18. Suspicion

83 20 25
                                    

ACE POV

Menjalankan jariku di atas layar, aku mematikan siaran live video CCTV dan mengubah mode ponsel menjadi getar. Menarik napas untuk menghilangkan kecamuk pikiran, aku memasukkan ponselku ke dalam saku sebelum berjalan kembali masuk ke dalam motel.

"Semua baik-baik saja?" Rohan bertanya dengan suara was-was ketika aku kembali masuk ke dalam kamar.

"Ya," aku menjawab sambil melirik ke arah Bobby yang terikat di kursi dan kini menggeliat.

Aku tidak ingin membuang waktu lagi. Aku berjalan langsung ke arah Bobby, berniat menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dan pulang kembali ke Boston.

Jika sebelumnya ku ingin menjauh dari Emilia, sekarang semuanya telah berubah. Apa yang kulihat dari CCTV kamar Emilia benar-benar membuatku terganggu. Aku hanya berharap bisa tetap berpikir jernih dan tidak kehilangan kewarasanku di depan Rohan. Aku tidak ingin Rohan melihat kegelapanku dan mulai curiga. Akan sangat merepotkan jika sampai itu terjadi.

"H-hei!," Bobby membentak saat aku mendekat, "Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan, tapi ini tidak benar!" Pria itu mengencangkan tangan dan kakinya melawan tali yang mengikatnya ke kursi dan menggeliat kasar melawan ikatannya. Kaki kursi itu bergetar di lantai. Wajahnya yang berminyak terlihat berkeringat dan merah.

Aku menarik kursi lain dan menempatkannya di depan Bobby sementara Rohan berdiri di belakangku dengan belati di tangan.

"Aku di sini untuk Marry, Bob," aku berkata dengan tenang sambil duduk, menyilangkan satu kaki di atas yang lain. "Selama kau bekerja sama dan menjawab jujur, tidak ada yang akan menyakitimu."

Untuk sesaat, pria itu terlihat bingung, matanya yang besar beralih dari Rohan ke arahku sebelum tersenyum.

Aku menemukan itu sangat menarik. Pria itu sepertinya tidak takut padaku.

"Marry?" pria itu mengulang dengan cengiran di wajahnya. "Mengapa kalian bertanya padaku? Aku tidak tahu di mana perempuan itu."

"Kau adalah orang terakhir yang melihatnya sebelum ia menghilang," aku berkata masih dengan suara tenang.

"Salah," pria itu membalas. "Ayahnya adalah yang terakhir melihatnya sebelum ia hilang. Apakah kau tidak tahu bahwa mereka bertengkar sebelum Marry kabur? Lagipula, aku ada di bar ketika kejadian. Aku sudah mengatakan hal ini pada polisi yang mencarinya. Lagipula, siapa kalian? Kalian tidak terlihat seperti polisi."

"Tidak penting siapa kami," aku membalas. "Bukan kau yang memberiku pertanyaan, aku yang bertanya dan kau yang menjawab. Sekali lagi aku bertanya, di mana kau menyembunyikan Mary?"

"Sudah kubilang aku tidak tahu," pria itu membalas dengan mata menantang. "Apakah kau ini tuli atau idiot? Aku di sini untuk berlibur dan kalian sudah mendobrak masuk kamarku dan mengikatku di kursi. Aku tidak tahu apa-apa."

Mother fucker. Aku tidak punya waktu untuk ini.

Aku melompat dari kursiku dan menyambar belati dari tangan Rohan. Aku kemudian menarik serbet dari piring kosong di samping ranjang dan menjejalkannya ke mulut Bobby.

Dan sebelum ada yang bisa bereaksi, aku menusukkan pisau itu ke menembus paha Bobby.

Teriakannya yang teredam terdengar di dalam kamar sempit tempat kami berada. Aku menyalakan TV dan menaikkan volume untuk menutupi suara yang tersebar melalui dinding dan langit-langit kamar.

"What the fuck!" Aku mendengar Rohan mengumpat. "Ace! Apa yang kau lakukan?!"

Mengabaikan suara Rohan aku berjalan ke kamar mandi untuk mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin. Begitu menemukan apa yang kucari, aku duduk kembali di kursi dengan santai seperti sebelumnya.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang