26. Memories

127 23 24
                                    

Note: Yang kemarin sudah buka bab di KK gimana komennya?

Setuju dengan keputusan neng Emilia untuk memaafkan abang Ace?

Yang gak buka, sayang sih kataku. Cmn ya gpp juga gak akan ketinggalan plot. Intinya, neng M dan bang A sudah baikan gaes.

Okay, siap untuk melanjutkan cerita?

***

***

EMILIA POV

🤍

Ace mengangkat tubuhnya yang hangat perlahan dari atas tubuhku dan duduk tegak. Menyandarkan punggungnya ke dinding, ia kemudian duduk dengan cara yang sama setiap ia merasa kalah. Kedua kaki terbuka, tangan bertumpu di atas lutut yang ditekuk, kepalanya menunduk. Wajah tampannya yang belum tercukur tampak sedih ketika pria itu akhirnya kembali mendongak dan menatap ruangan.

Aku bangkit dan memposisikan diriku di antara kedua kakinya, sisi tubuh telanjangku bersandar pada dadanya sementara aku mengelus guratan urat yang menonjol sepanjang permukaan kulit lengannya. Aku masih bisa merasakan kehangatan dan kekerasan yang samar dari kejantannya yang menekan punggung bawahku. Duduk di antara kakinya selalu membuatku merasa aman. Aku mencair dalam pelukannya ketika lengan kuatnya melingkari tubuhku dari belakang.

"Aku lahir dan besar di Georgetown, Texas," aku memulai. "Ayahku adalah seorang kepala pemadam kebakaran dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah orang yang baik dan terpandang di kotaku dan aku menyayangi kedua orang tuaku. Skeeter, tapinya, tidak menyukai mereka. Ia bilang mereka jahat. Ia percaya bahwa mereka sudah melukaiku dan aku juga seharusnya benci pada mereka. Ia berkata bahwa ia ingin membantuku keluar dari kehidupanku agar bisa pergi dengannya."

Aku berhenti sejenak, mendengarkan detak jantung Ace yang berdetak melalui otot-ototnya di punggungku. Aku merasakan hembusan napasnya menghangatkan bagian atas pundakku saat ia melepaskan napas panjang dan dalam dari paru-parunya.

Ia tetap diam, hanya memelukku erat, memberiku kekuatan untuk menceritakan semua yang terjadi persis seperti yang kuingat.

"Dua belas tahun yang lalu, ketika aku berumur 10 tahun," aku memulai...

***

Ada anak perempuan baru pindah ke rumah sebelah.

Aku pikir anak perempuan itu agak aneh. Aku tidak pernah melihatnya bersama orang tuanya. Aku bahkan tidak tahu ada seorang anak kecil yang tinggal di rumah sebelah hingga beberapa bulan setelah mereka pindah.

Aku sedang sendirian di gudang perkakas yang ada di belakang rumah —aku sering berada di sana karena tempat itu sepi—ketika aku mendengar suara anak perempuan itu bernyanyi di halaman belakang.

Perlahan agar tempat persembunyianku tidak ketahuan ayahku, aku merangkak keluar dari pintu kayu yang berderit ketika kudorong dan mengendap-endap ke samping untuk mengintip melalui celah di antara papan pagar kayu besar yang memisahkan halaman belakang kami.

Rambut anak itu hitam legam, dipotong sebahu. Ia memakai celana pendek merah muda dengan gambar pelangi kecil di paha kiri, yang membuatku semakin penasaran karena aku juga punya celana serupa dengan anak itu.

Anak itu duduk di rumput dengan sebuah boneka di pangkuannya, dijepit di antara kakinya yang bersila. Di sampingnya ada buku mewarnai tebal. Menurutku itu juga aneh, karena usia kami kira-kira sama, tapi aku sudah tidak tertarik pada buku mewarnai. Ia mencoret-coret kertas dengan krayon sambil bernyanyi pelan untuk dirinya sendiri. Suaranya merdu dan sangat indah.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang