24. Broken Heart

112 27 41
                                    

EMILIA POV

🤍

Mengapa ia melakukan ini?

Aku tidak bisa berkedip menatap layar TV yang menyala di depanku. Aku bahkan tidak sadar bahwa aku sudah berdiri sangat dekat dengan layar kaca hingga aku merasakan mataku terbakar.

Mengapa?

Aku melihat Ace mendorong wanita itu berlutut ke atas karpet. Lampu yang menyala terang membuatku bisa melihat wanita itu dengan jelas layaknya aku berada di dalam ruangan bersama mereka. Tapi aku tidak berada di dalam ruangan. Aku berada di basement. Menonton pria yang kucintai membawa wanita lain bersamanya.

Aku bisa melihat bahwa wanita itu sangat cantik. Dengan rambut hitam, tubuh molek, dan kepercayaan diri yang mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang kubenci. Seseorang yang kutakuti.

Aku bisa melihat wajah wanita itu ketika menatap Ace. Bibir terbuka sedikit seolah menahan napas. Mata membelalak lebar penuh antisipasi dan kepasrahan. Aku tahu tatapan itu. Tatapan penuh gairah dan kekaguman, tatapan yang tak bisa mengalihkan pandangan. Aku tahu karena seperti itulah aku ketika menatap Ace.

Aku bisa merasakan wajahku yang mulai basah. Air mata mengalir tanpa bisa kutahan, membasahi pipiku dengan dingin. Sakitnya tak tertahankan, mengalir deras seperti hujan yang tak mengenal belas kasih. Aku ingin berteriak. Aku ingin memukulkan tanganku dan menghancurkan layar itu, merobek gambar yang berputar di depanku—tapi tubuhku terasa terpaku, terlalu lemah bahkan untuk bergerak menjauh dari apa yang kini menjadi mimpi terburukku.

Mengapa ia melakukan ini padaku? Ia tahu bagaimana perasaanku padanya, jadi mengapa ia tega melakukan ini? Sepenting itukah Skeeter bagi pria itu hingga ia tega menghancurkanku?

Pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan demi pertanyaan. Satu lebih menyiksa dari yang lain. Aku tahu Ace tidak mungkin bisa mencintaiku seperti ia mencintai Skeeter, tapi setidaknya kupikir ia peduli.

Tapi sekarang, apa yang kulihat menamparku dengan kenyataan yang kuhindari selama ini. Ace sama sekali tidak peduli padaku.

Dalam mataku yang kabur, aku melihat Ace meraih rambut wanita itu. Jemari yang sama dengan yang digunakannya untuk membelai rambutku. tak lama wanita itu merangkak naik ke atas kasur dengan Ace berdiri di belakangnya.

"Hentikan..," tanpa sadar aku berbisik. Dan seakan mendengar, Ace mendadak melirik ke arah kamera dan menatap langsung ke dalam mataku.

Aku bisa melihat sesuatu menyala dalam matanya. Aku tidak tahu apa tapi sekilas aku melihat kemarahan.

Pria itu tahu aku menonton. Pria itu sengaja membiarkan semuanya terjadi. Aku bisa melihat bahwa pria itu menikmati apa yang dilakukannya.

Ace bergerak menuju lemari, melepaskan sisa pakaiannya sebelum meraih sesuatu di dalam laci.

Genggamanku mengeras melawan telapak tanganku sendiri dan aku sadar aku mulai gemetar. Rasa panas dan dingin bergantian menyelimuti tubuhku, membuatku merasa seakan terjebak dalam lingkaran penderitaan yang tiada ujung.

Tanpa bisa ditahan, jeritan pecah dari tenggorokanku, memenuhi basement yang sepi dan dingin.

"Ace!" Suaraku menggaung di ruangan kosong, bergetar, terdengar lemah dan penuh rasa sakit. Aku menggigit bibir hingga terasa perih, berharap itu bisa menahan emosiku, tapi tidak ada yang bisa mengobati luka ini.

Tangan kiriku mulai mengepal tanpa kendali, dan aku tidak bisa merasakan kemarahan mendidih, bergemuruh, mengambil alih semua sisa-sisa logika yang kumiliki. Pandanganku beralih ke kursi kayu yang ada di dekat kasur. Kursi yang selalu digunakan oleh Ace setiap ia berada di sini.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang