30. The Truth

131 21 54
                                    

ACE POV

Rohan bersandar ke depan lagi dan mendekat agar terlihat. "Tapi Ace, ini semua gila, bahkan untuk seseorang sepertimu, Predator Killer—"

"Sudah kubilang, aku bukan Predator Killer," potongku sambil menggeleng.

Pemuda itu nyengir. "Yeah... right dan aku tidak pernah meretas data penyimpanan nasional selama 24 jam."

Rohan mengedipkan sebelah matanya dan aku tahu pemuda itu sudah menentukan pilihannya untuk percaya bahwa aku adalah Predator Killer. Lebih dari percaya, aku merasa pemuda itu justru makin mengagumiku karena aku adalah Predator Killer.

Secepat aku merasa lega mengetahui bahwa aku tidak perlu membunuh Rohan dan adiknya, aku kembali ke dalam kegelapan dan memalingkan mataku darinya, kembali menatap keluar kaca depan ke hari yang dingin dan kelabu.

"Apa sebenarnya yang diketahui wanita itu hingga kau membutuhkannya untuk menemukan istrimu?" Rohan bertanya.

Bahuku naik turun dengan hembusan napas berat, dan pandanganku jatuh ke pangkuanku, di mana jemariku kembali bergerak resah. Setelah beberapa saat dalam hening yang penuh renungan, aku menaikkan kedua tanganku ke meja dan melipatnya menjadi satu sebelum mulai bercerita.

Kuceritakan kisah yang sama dengan yang diceritakan Emilia padaku semalam—bagaimana ia dan Skeeter pertama kali bertemu, apa yang terjadi di gudang perkakas ketika mereka masih kecil, apa yang dilakukan oleh ayah Skeeter kepada putrinya, kemudian apa yang dilakukan Skeeter pada kedua orang tua Emilia. Terakhir, kuceritakan apa yang dilakukan Skeeter sebelum ia membakar rumahku. Wanita-wanita berambut pirang yang dibunuhnya karena ia mengira wanita itu Emilia.

Rohan mendengarkan dengan bibir sedikit terbuka. Ekspresi ngeri dan sedih terlihat mengambil alih wajah yang biasanya ceria. Aku mencoba untuk tidak menatap matanya sama sekali, karena aku bisa merasakan genangan air mata yang kembali mendesak ketika aku menceritakan apa yang terjadi.

Saat ceritaku selesai, Rohan tidak bisa berbicara untuk waktu yang cukup lama. Aku melihat emosi menggerogoti pemuda itu, sebelum ia kemudian menoleh ke arahku.

"Ace," katanya pelan, lalu mengalihkan wajahnya menatapku, "Kau harus melepaskan Emilia. Setelah apa yang kau ceritakan, apalagi, kau harus melepaskannya. Ia tidak pantas untuk berada di basement-mu seperti itu."

Aku menggeleng, meskipun sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menggeleng—itu hanyalah refleks. Aku tidak bisa membiarkan Emilia pergi, dan aku tidak akan melakukannya, sekeras apa pun Rohan memaksa.

Aku mulai menyesal sudah bercerita pada Rohan. Kenapa aku menceritakan semua ini padanya? Saran apa yang bisa aku dapatkan dari seorang pemuda berumur belum genap 20 tahun?

Aku merasakan tangan Rohan meraih lenganku yang ada di atas meja. Jari-jarinya mengerat di tulangku.

"Dengarkan aku, man." Suaranya berubah tajam, penuh tekad, dan akhirnya aku menatap matanya. "Pikirkan apa yang telah gadis itu alami. Pikirkan apa yang baru saja kau ceritakan padaku."

Rohan mengguncang lenganku sebelum melanjutkan, "Aku akui apa yang sudah dilalui Skeeter adalah hal yang mengerikan, tapi Skeeter juga sudah membunuh ibu dan ayah gadis ini, Ace. Emilia pasti mengalami trauma sebagai anak karena apa yang dilakukan istrimu padanya. Ia sudah melalui sesuatu yang tidak seorang pun seharusnya pernah alami, dan sekarang ia dikurung dan dirantai di ruang bawah tanah seperti seekor anjing? Yang lebih menjijikkan, kau bahkan membuatnya berpikir bahwa ia jatuh cinta padamu! That's sick, man! Kau lebih gila daripada yang kubayangkan jika kau menolak untuk melepaskan gadis ini."

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang