28. Love is The Greatest Deception

106 21 33
                                    

EMILIA POV

🤍

Aku mengedip dan menemukan diriku berbaring di ranjang dengan kepala bersandar di paha Ace. Sepertinya tenggelam dalam kenanganku sendiri, aku bahkan tidak ingat kapan aku berubah posisi.

Sudah lama aku tidak mengingat semua ini, atau apa pun tentang hidupku, jadi semua ini terasa terlalu berlebihan.

Tangan Ace bergerak lembut melalui rambutku, mengirimkan getaran dari belakang leher hingga seluruh tubuhku. Rasanya seperti ia sedang menghiburku, tapi lebih dari itu, rasanya seperti ia juga terluka, dan aku jadi ragu untuk melanjutkan cerita ini.

Aku tahu hidupnya sangat berat. Seperti Skeeter, Ace juga mengalami hal-hal mengerikan saat ia masih kecil. Hal-hal yang mungkin tidak akan pernah diceritakannya padaku. Tapi aku tahu, semua itu jauh lebih buruk dari apa yang pernah kualami.

"Apa yang dilakukan Skeeter pada orang tuamu, Emilia?" Ace akhirnya bertanya dengan suara lembut sementara jemarinya menyusup melalui helaian rambut panjangku.

Aku menatap kosong ke televisi di dinding seberang ruangan dan membiarkan adegan dari malam itu terputar di benakku seolah-olah adegan itu sedang diputar di layar gelap itu.

Lalu aku menjawab, "Ia menusuk leher ayahku saat ia sedang tidur di kursi kesayangannya di depan TV. Lalu, ia mengambil bensin dari gudang perkakas dan membakar rumahku. Ibuku terbakar hingga tewas di kamarnya."

Sebagian diriku merindukan kedua orang tuaku, tapi sebagian lainnya tak merasakan apa-apa karena semua itu sudah sangat lama terjadi.

"Aku tidak pergi ke New York bersama Skeeter," aku berkata dengan suara yang terdengar jauh, membayangkan wajah Skeeter dalam pikiranku, seperti terakhir kali kulihat saat ia dibawa pergi dengan mobil polisi.

Caranya menempelkan wajahnya ke kaca saat ia melihatku akan selalu membekas dalam benakku. Penuh kemarahan dan kekecewaan. Seakan satu-satunya orang yang dipercayainya bahkan sanggup mengkhianatinya.

"Aku memberi tahu polisi apa yang telah ia lakukan dan mereka membawanya pergi. Ia mengakui segalanya dan aku tidak pernah melihatnya lagi setelah itu."

Jari-jariku menggenggam erat sprei di bawahku dan aku bisa merasakan bulu kudukku meremang. "Hingga sekitar setahun yang lalu, saat ia menemukanku dan mencoba membunuhku. Aku tahu ia berpikir ia membantuku dengan membunuh kedua orang tuaku. Kurasa, ia juga membunuh orang tuanya sebelum membunuh milikku. Itulah mengapa ketika aku melaporkan apa yang dilakukannya pada kepolisian, ia mengira aku sudah mengkhianatinya. Dan sekarang...ia ingin membalas dendam untuk kehidupan yang hilang darinya."

Ace diam untuk waktu yang sangat lama, dan aku mulai khawatir tentang apa yang mungkin dipikirkannya. Bisakah ia masih mencintai Skeeter setelah mengetahui apa yang wanita itu lakukan? Bukan maksudku untuk membuatnya berhenti mencintai Skeeter dengan menceritakan kebenaran ini, tapi aku tidak bisa menahan harapan bahwa mungkin sekarang ia akhirnya bisa melihat dengan lebih jelas.

"Ace?"

***

***

ACE POV

"Ya?" aku menjawabnya, meski saat ini, aku tak yakin apakah aku bisa memaksakan jawaban lebih dari dua huruf itu.

Hidupku berakhir. Semua yang aku kira aku ketahui tentang Skeeter, tentang hidup kami bersama, tentang cinta yang kami bagi, semuanya berakhir. Sekarang aku tahu tak ada jalan untuk membantu Skeeter, untuk membawanya kembali kepadaku.

Skeeter adalah ancaman—untukku, untuk dirinya sendiri, dan untuk semua orang di sekitarnya. Termasuk Emilia. Terutama... Emilia.

Skeeter sudah terganggu saat aku bertemu dengannya lima tahun lalu, saat aku jatuh cinta padanya. Aku tahu itu, tapi aku tak pernah tahu sejauh apa penyakitnya, tak pernah tahu separah apa trauma yang dialaminya di masa kecil.

'Till I Die [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang