ACE POV
♠
Aku masih duduk di mobil, tapi Greta sudah terus-terusan mengintip dari jendela-jendela berbeda di rumah sejak aku tiba di jalan masuk setengah jam yang lalu.
Meski demikian, aku tak bisa masuk. Masih tak bisa.
Saat ini, aku lebih memilih kesunyian mobil daripada menghadapi apa yang menunggu. Dinding-dinding logam yang begitu dekat di sekitarku terasa menenangkan dan membuat pikiranku menjadi satu-satunya suara yang kudengar. Meski aku tak suka apa yang mereka katakan.
Selain percakapanku dengan Rohan dan semua hal yang tak ingin kupikirkan lagi, aku juga memikirkan para wanita itu. Gwen dari bar. Pelayan di cafe yang baru saja kudatangi. Aku memikirkan wanita terakhir yang kutiduri. Dan wanita lain sebelum wanita itu yang terasa sudah sangat lama terjadi.
Tak pernah terpikir olehku, hingga aku melihat pelayan di cafe itu, betapa berubahnya aku. Betapa aku sudah semakin menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya.
Dan betapa sudah lamanya aku mengurung Emilia dari dunia luar.
Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menikmati wanita lain lagi. Tidak tanpa perasaan bersalah yang membara dan penyesalan yang memberat di dadaku selama berhari-hari setelahnya.
Dalam setahun aku menyimpan Emilia di ruang bawah tanah, Gwen adalah wanita pertama yang pernah kubawa pulang.
Aku berniat membawa wanita lain sebelum Gwen, melakukan hal-hal pada mereka seperti yang pernah kulakukan ketika aku bersama Skeeter, dengan harapan itu akan memunculkan kenangan Skeeter saat ia menonton di layar televisi. Itulah alasanku memasang kamera di kamarku sejak awal. Tapi sebelum Gwen, aku tak pernah bisa melakukannya.
Dengan Skeeter, meniduri wanita lain terasa biasa. Aku menyukainya. Demikian juga dengan Skeeter.
Dengan Emilia, aku tidak bisa melakukannya. Karena Emilia bukanlah Skeeter.
Cahaya kecil dari jendela dapur menghilang ketika Greta menurunkan tirai kembali ke tempatnya.
Aku menghela napas. Aku harus turun dari mobil. Aku harus menghadapi semua ini.
Setelah jeda yang panjang, aku mematikan mesin dan melangkah masuk ke rumah.
"Dia sudah tidur, Tuan Maddox," kata Greta ketika aku memasuki dapur.
Aku meletakkan kunciku di meja.
"Bagaimana keadaannya?" aku bertanya sambil melepas mantelku.
"Baik-baik saja," Greta membalas dengan senyum hangat di matanya. "Menurutku ia terlihat lebih baik sejak ingat siapa dirinya. Mungkin lebih tenang sekarang."
"Jadi, ia sudah menceritakannya padamu?"
Greta menganggukkan kepalanya yang mulai beruban, wajahnya berubah muram.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Till I Die [TAMAT]
Mystery / ThrillerThriller|| Dewasa|| Sadis BLURB: Ace Maddox adalah seorang pembunuh. Itu adalah kenyataan. Dingin dan haus darah, ia tidak pernah mengira akan kemungkinan cinta, atau berpikir bahwa ada seorang wanita di luar sana yang bisa memahami atau menerima di...