Bab XXXIV

5 0 0
                                    

Pukul 22.35

Amera sudah pulang ke rumah, nampak cesar juga tengah duduk di ruang tamu dengan macbook yang terus menyalah di depan nya. Seketika amera jadi teringat tentang kejadian siang tadi, ia masih tidak bisa mencerna perkataan cesar siang tadi saat berada di kantor nya.

Amera mendeham kala ia berdiri di samping cesar, namun sayang nya cesar masih tetap diam seakan-akan tidak mendengarkan nya.

"Kau marah pada ku?" Tanya amera memberanikan diri untuk bertanya kepada cesar.

Namun tampak nya cesar masih kesal, ia menutup macbook nya dan beranjak dari tempat nya menuju lantai atas. Sementara amera, ia terus mengekori langkah cesar.

"Hei, kenapa kau diam saja. Apa kau marah pada ku?" Sekali lagi amera bertanya,sayang nya cesar tak menggubris pertanyaan amera. Ia terus melangkah menaiki anak tangga.

"Cesar tunggu, aku perlu bicara padamu." Amera meraih tangan cesar hingga langkah pria itu berhenti tepat pada anak tangga ke tiga.

Cesar berbalik menatap amera. "Apa lagi si yang perlu di bicarain," ucap cesar dengan nada meninggi. Mata nya tajam menatap amera.

"Kenapa kau jadi marah hanya karena persoalan seperti itu, itu kan hanya masalalu. Lagian kau kan juga perna seperti itu bersama cassie, jadi sekarang apa masalah nya."

Cesar hanya berdecak, bukan penjelasan seperti itu yang ia inginkan dari amera. "Kau benar, kalau begitu kita lupakan saja," ucap cesar dengan raut wajah jengkel kemudian melepaskan tangan amera dan kembali menaiki anak tangga.

Walau cesar mengatakan untuk melupakan nya, tapi amera sadar bahwa pria itu masih benar-benar keliatan kesal dan bahkan mungkin tidak ingin berbaikan dengan nya. Amera berlari menaiki anak tangga hingga kini ia berdiri di hadapan cesar.

"Kenapa lagi?" Tanya cesar dengan kedua alis yang terangkat.

"Aku tahu kau masih marah, tapi tolong lupakan apa yang nolan katakan pada mu hari ini. Itu hanya lah masalalu jadi itu tidak perlu di ungkit lagi. Atau begini saja, kau bisa bertanya padaku tentang apapun untuk memperjelas segala nya," ucap amera tak ingin lagi membuat cesar kesal.

Cesar mendengus kasar dan bergeming sesaat. "Baiklah kalau begitu, jadi....apa kau masih mencintai nya?" Tanya cesar secara tiba-tiba hingga membuat amera terkejut. Lantaran dari banyak nya pertanyaan yang amera pikirkan ia tak akan menduga bahwa cesar akan bertanya seperti itu.

"Ti-tidak, aku....tidak mencintai nya." Amera memalingkan wajahnya ke sisi lain seraya mengulum bibir atasnya.

Mata cesar menelisik gerak gerak amera. Sungguh, amera itu masih bingung sama perasaan nya sendiri. Dia memang mencintai nolan tapi itu dulu dan sekarang tidak ada lagi perasaan untuk nolan tapi sayang nya ia belum begitu yakin akan perasaan nya sendiri.

"Lupakan saja, kau bahkan tidak bisa menjawab nya dengan jujur," ujar cesar melangkah melewati amera dengan cepat. Sedangkan amera masih terdiam di tempat.

"Cesar, tunggu dulu. Aku-"

Bam.

Pintu kamar cesar sudah lebih dulu tertutup. Tampak nya cesar masih begitu kesal dengan amera. Sementara amera hanya bisa menghela napas sambil merutuki nolan, jika saja pria itu tidak ember mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Amera berjanji bahwa besok pagi ia akan membuat perhitungan dengan nolan.

__________


"Ada apa?" Tanya nolan kala ia menyeruak masuk ke dalam ruangan amera. Pagi ini ia tiba-tiba saja dapat pesan dari amera untuk datang ke ruangan nya. Dan nolan pun juga senang mendapat pesan tersebut dari amera, tanpa basa-basi ia pun segera menghampiri amera.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang