Episode 40

2 0 0
                                    

+62 819XXX: Hi, Michika. Ini gue, Raksaka 🙂

+62 819XXX: Maaf ya, kalo gue lancang udah minta nomor lo dari Sheila tanpa ijin dulu sm lo 🙏

+62 819XXX: Lo boleh abaikan chat ini kalo lo ga suka or marah :🙂

Langkah Michika seketika terhenti di tengah koridor lantai 2 saat membaca whatsapp yang ia terima pagi ini. Jujur ia memang tidak suka, masih tidak suka karena Sheila telah membocorkan salah satu privasinya. Tapi kalau untuk mengabaikan pesan Raksaka begitu saja kok, kesannya sombong banget ya. Terlepas dari Raksaka yang kata Alan sedang PDKT padanya, Raksaka adalah senior yang lebih dulu terjun di dunia kerja, seperti yang pernah ia katakan.

Michika: Hai. Gue maafin.

Akhirnya Michika menjawab dengan balasan sesingkat itu. Lalu ia pun kembali berjalan. Namun ponselnya mendadak berdering lagi. Kali ini, tanpa menghentikan langkah, Michika membaca pesan ini, sekalian membalasnya.

Tak ia sadari ada Oisin di belakangnya, memperhatikan dan mengikuti dirinya.

+62 819XXX: Asiiiik! Thanks, Michikaaaa 😊

+62 819XXX: BTW, udah sampe di sekolah? Atau jangan2 baru bangun nih?

Michika: Masih mimpi.

+62 819XXX: Wkwkwk, lawak mulu lo, Michika.

+62 819XXX: Michika, gue mau tanya jadwal lo lagi. Kapan lo available buat jalan sama gue?

Langkah Michika kembali terhenti. Michika langsung teringat dengan ucapan yang telah ucapkan kepada Krio di depan Oisin tentang Raksaka. Apakah Michika harus melakukan itu? Maksudnya, membiarkan Raksaka mendekatinya? Apakah dengan begitu, lantas ia akan bisa move on dari Oisin?

+62 819XXX: Hello, are you still there?

Michika masih belum membalasnya meski Raksaka sudah mengiriminya pesan lagi. Ia masih menimbang-nimbang pemikirannya. Apakah pemikiran itu merupakan langkah yang tepat untuk ia ambil? Sebab sekali Michika mengambil langkah itu, Michika tidak bisa mundur. Karena itu akan melibatkan perasaan orang lain. Sebagai orang yang baru saja sakit hati, Michika tau persis bagaimana rasanya. Tidak enak. Sesak.

Jarinya sudah bergerak, menyentuh huruf N dan A. Ketika ia hendak menyentuh huruf N lagi, tau-tau ponselnya sudah berpindah tangan. Oisin telah mengambil ponsel di tangannya dari arah belakang.

Terang Michika kaget. Ia putar tubuhnya mengikuti arah ponsel itu terbawa, hingga ia berhadapan dengan Oisin dalam jarak yang begitu dekat. Mata Michika melebar seketika. Tentu saja, Michika jadi makin kaget sampai tidak bisa bergerak dan berkata-kata untuk beberapa saat.

Senyum sinis langsung tercetak di bibir Oisin saat Oisin membaca isi chat dari Raksaka. Lalu dengan cepat, tangannya bergerak, menyentuh-nyentuh layar ponsel Michika.

Detik itu, Michika tersadar. Segera ia merampas ponselnya kembali dari tangan Oisin dengan kesal. "Nggak sopan!" serunya jengkel setelah berhasil mengamankan ponselnya.

Oisin tidak bereaksi apa-apa selain memperhatikan gadis yang langsung mengecek ponselnya.

Baru saja Oisin mengirim balasan chat untuk Raksaka dan langsung Raksaka read saat itu juga.

Michika: Cari cewek lain buat lo ajak jalan.

"Sin!" Michika langsung menyeru. Ia mendongak, menatap wajah watados Oisin dengan penuh kekesalan. Sudah Oisin merampas ponselnya, membaca chat-nya dengan Raksaka, lalu membajak whatsapp-nya pula. Bagaimana Michika tidak marah coba?

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang