Agak dirty, siap-siap bawa sapu.
*
Niatnya, Jeha tidak ingin membuat cerita baru untuk sementara. Cowok itu ingin menganggur dengan gaya. Namun, rencananya gagal saat mengingat sandal Lucy yang copot sebelah teronggok di sudut ruang tamunya. Awalnya iseng menulis narasi acak, tapi lama-lama tangannya mulai lihai menuliskan kalimat demi kalimat hingga menjadi sebuah cerita pendek. Jeha sempat takjub saat membaca cerita pendek yang dibuatnya tentang sandal milik Lucy tersebut.
Saking mengalirnya ide di kepala, Jeha sampai tidak sadar bahwa Lucy berkali-kali mengetuk pintu ruangannya.
"Serius amat, Pak. Sambil cengar-cengir pula. Jadi edan mendadak apa gimana?" tanya Lucy. Cewek itu berjalan mendekat ke arah Jeha.
Jeha mengalihkan sejenak pandanganya dari layar komputer untuk memandang kedatangan Lucy. "Lagi dapat ide baru."
"Oh ya? Romance lagi?"
Jeha mengangguk.
"Cuih, nggak seru. Keluar zona nyaman dong, Pak. Genre action apa gitu."
"Siapa yang bilang ini full romance, Lucyyana?"
"Terus apa?"
"Ada deh. Suatu hari nanti lo juga bakal tahu."
Lucy mencebik, katanya Jeha perhitungan.
"By the way, tumben udah pulang? Katanya bakal pulang agak malam," tanya Jeha.
"Nggak jadi. Kerjaan selesai lebih cepat jadinya pulang lebih cepat," jawab Lucy sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa di ruangan Jeha.
"Udah makan?"
"Nggak napsu."
"Tumben. Kenapa?"
"Soalnya gue pengennya makan lo."
Jeha keselek ludahnya sendiri. Belum sempat cowok itu menimpali kalimat Lucy, cewek itu beranjak dadi duduknya lalu berkacak pinggang. Dari gelagatnya sih bakalan sewot.
"Gue heran deh, Je."
Tuh, kan. Mau tidak mau Jeha sepenuhnya fokus pada Lucy.
"Apa?"
"Kita udah pacaran hampir dua bulan setengah, tapi lo cuma nyium sama meluk gue doang njir."
"Emang lo nggak suka?"
"Ya suka. Tapi kan..." Lucy agak kesulitan melanjutkan. Cewek itu bingung mengeluarkan kalimat yang ada di kepalanya. Matanya mulai bergerak-gerak gelisah ketika dia sadar bahwa kalimatnya akan mencipta keambiguan.
"Apa, Lucyyana?"
Belum juga mengatakannya, tapi telinga Lucy sudah memanas. Wajahnya pun mulai ikutan hanya karena membayangkan kalimat memalukan di kepalanya. Sementara itu, Jeha diam-diam mengulum senyum melihat perubahan ekspresi Lucy. Cowok itu menahan diri untuk tidak tertawa kecil saat menyadari bahwa Lucy kesusahan untuk mengatakan kalimatnya.
"Ngomong yang jelas biar gue paham."
Lucy mendecak tidak terima. "Ck, intinya ya itu. Padahal lo bukan tipe yang alim-alim amat, tapi kok tumben anteng."
"Emang lo mau gue gimana?"
Sumpah, Lucy jengah. Jeha sengaja menggodanya dan itu berhasil. Wajah Lucy langsung memerah saat Jeha menatapnya sambil tersenyum jahil. Cowok itu menikmati gerak-gerik Lucy yang mulai salah tingkah.
"Dahlah, gue mandi aja. Lo balik nulis aja deh," kata Lucy setelah dia tidak tahu harus bagaimana lagi menimpali Jeha. Rasanya, dia ingin bicara, tapi tenggorokannya tidak bisa mengeluarkan suara sebab otaknya menyuruh Lucy untuk tetap bungkam. Kalimat itu lebih baik tidak dia ucapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/371313903-288-k37180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Sequence [END]
Romance[Completed] Jeha bilang, Lucy tidak layak menjadi peran utama dalam kisah hidupnya. Namun, cowok introvert yang selalu menghabiskan waktunya untuk menulis itu akhirnya terpelintir oleh kalimatnya sendiri. Ini bukan kisah cinta bar-bar yang membara...