Part 39. Butuh Wejangan

293 63 11
                                    

(bunganya, qaqa!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(bunganya, qaqa!)

*

Perkara Jeha sedikit telat memberitahu bahwa dirinya akan menikah dengan Lucy, Naka malah ngambek macam bocah berumur tujuh tahun yang dilarang naik bianglala di pasar malam. Makanya demi meladeni manusia sakit hati itu, Jeha datang menemuinya sebelum pergi ke Bandung. Karena tahu Naka sedang berada di kantor walaupun akhir pekan, dia pergi ke Colorgraph ketika jam istirahat berlangsung. Lucy yang memang sejak awal ada kerjaan di hari Sabtu pun dibuat terkejut saat Jeha tiba-tiba datang bak model menghampirinya yang sedang makan bersama Yuki. Dia sampai keselek ketika pacar gantengnya itu datang lalu mengelus puncak kepalanya dengan lembut. Yuki cuma bisa cengar-cengir karena melihat keuwuan di depan mata.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Lucy memastikan tujuan kedatangan pacarnya itu.

Tanpa mengambil duduk barang sebentar pun, Jeha menjawab. "Mau nemuin Naka. Di mana dia? Drama banget tadi pas telepon."

"Loh, Naka masuk juga? Gue kira enggak," Lucy heran. Pasalnya mereka memang beda gedung. Tim-tim produksi berada di gedung B sedangkan jajaran atasan dan direksi berada di gedung A.

"Masuk, tadi dia telepon gue katanya masih ada kerjaan. Di mana dia?"

Yuki yang menjawab. "Kayaknya di ruangannya. Tadi gue ketemu Elin yang datang bawain bekal makan siang gitu. Naik aja, mereka pasti masih di sana."

"Oh, ya syukur kalau dua-duanya ada."

Lucy memgangkat alisnya. "Emang ada apa sih? Lo kelihatan kayak mau ngelabrak mereka tahu, Je."

Jeha menoleh pada Lucy. Bukannya menjawab pertanyaan Lucy yang luar biasa penasaran dengan kedatangannya, Jeha malah balik bertanya. "Lo nggak sibuk, kan? Kalau enggak, ikut gue klarifikasi ke mereka biar puas. Bentar doang kok."

Lantas Jeha beralih pandang pada Yuki. "Gue bawa Lucy nggak masalah kan, Ki?"

Yuki mengangguk. "Bawa aja. Gue juga mau langsung balik ke ruangan."

Begitu saja Lucy digelandang Jeha menuju ruangan Naka. Di perjalanan, Jeha menjelaskan segalanya. Setelahnya Lucy paham sambil manggut-manggut.

"Oalah, gue baru tahu kalau Naka protes begitu. Dia nggak komplain ke gue sih jadi ya nggak tahu," balas Lucy.

Sebelum membuka pintu ruangan Naka, Jeha menyahut. "Biasalah dia banyak drama."

Lucy hanya terkekeh. Setuju sepenuhnya dengan ucapan Jeha.

"Loh, tumben si pemilik saham datang berkunjung?" sapa Naka pada Jeha dan Lucy yang memasuki ruang kerjanya. Elin yang sedang mengaduk kopi pun ikut mendongak.

"Gue datang karena katanya ada yang butuh penjelasan," jawab Jeha setengah sewot.

Naka nyengir. "Makasih, karena lo mau ladenin drama ngambek gue."

Romantic Sequence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang