Sudah terlewat dua hari lamanya sejak insiden itu. Luka di tubuh Jaylen juga sepenuhnya sudah pudar. Namun entah mengapa Jaylen rasa akhir akhir ini dirinya dan Reeve sangat berjarak. Sekedar bertemu saja mereka tak saling sapa. Sikap Reeve mendadak dingin dan angkuh sama seperti apa yang Niel bilang.
Hari ini Jaylen mendapati surat dari ayahnya, untuk segera kembali ke istana karena hendak mengusulkan jadwal dan waktu pernikahan Maron dengan Haylen.
Siang ini Jaylen tengah bersiap membawa pedang kebanggaannya dan melenggang pergi bersama 10 prajurit yang dia tunjuk untuk mengawalnya. Sebelum pergi Jaylen menuliskan surat untuk Reeve lalu dia selipkan di antara pintu si manis berharap pesan itu adalah cara komunikasi dirinya terakhir sebelum kembali ke Verdentia.
Jaylen berpamitan bersama raja Dareth dan ratu Eileen, setelahnya mempersilahkan Jaylen untuk kembali ke istananya.
"Beritahukan pada Edward, jika mungkin nanti aku akan mengunjungi Verdentia," ucap Dareth kepada Jaylen.
"Baik yang mulia."
Jaylen melenggang melalui gerbang utama dengan para pasukannya. Meninggalkan Aurosise dengan kondisi dia belum berkomunikasi apapun dengan pangeran Reeve.
Ada rasa gundah dan tak enak hati saat meninggalkan Aurosise. Dia rasa enggan untuk kembali jika ini bukan perintah ayahnya. Perjalanan panjang dia lalui dengan singkat, karena dia tak berhenti di sudut kota manapun. Dia langsung menerobos hutan dan menghabiskan waktu hanya 5 jam saja.
Sore hari dengan senja yang terus mengintip di balik menara membuat Jaylen kian terpikir akan Reeve. Mengingat lonceng Aurorise yang pernah dirinya pijaki saat melihat lonceng terbengkalai milik Verdentia.
Jaylen di sambut hangat oleh para warganya. Gerbang istana segera terbuka saat Jaylen dan pasukannya kembali. Benar saja, pemimpin Ghalerixt berada di sana. Namun hanya sang raja dan putra mahkotanya yakni Haylen Sanfenix lah yang datang ke Verdentia. Maksud ayahnya untuk memanggil Jaylen adalah, karena pernikahan milik Maron akan terlaksana, maka memungkinkan jika tanggal dan tahun pelantikan Jaylen juga akan di umumkan.
Jaylen malam ini masuk kembali ke kamarnya yang bernuansa serba hitam dan dominan gelap. Sudah seminggu sejak dirinya berada di Aurosise, dia sedikit merindukan pernak pernik hiasan kamar miliknya. Karena benar-benar bagaikan Yin dan Yang dua kamar yang Jaylen tempati.
Jexy masuk tanpa mengetuk kamar sang kakak. Duduk di tepi ranjang besar itu sambil menunggu Jaylen selesai mandi. Jaylen keluar dengan handuk kain yang menyangkut di pinggangnya.
"Ada apa?"
"Ah, tidak ada, aku... Boleh kah aku ikut ke Aurorise?" tanya Jexy membuat Jaylen mengernyit keheranan.
"Untuk apa, perjalan sangat panjang dan berbahaya, kau masih terlalu awam untuk itu." Ketusnya mengomeli sang adik.
"Aku penasaran setelah mendengar cerita kak Maron, rasanya ingin satu hari saja melihat kerajaan itu.." rasa penasaran Jexy tak bisa di bendung.
Jaylen yakin ibundanya juga tak mengizinkan Jexy untuk ikut ke Aurorise. Apalagi perjalanannya yang sangat menguras waktu dan tenaga. Dia tak yakin adiknya kuat disaat fisiknya masih lemah.
"Aku tak bisa menentang ibunda." Satu kata itu mampu memudarkan semangat Jexy sebelumnya. Raut wajah kecewa itu bisa langsung terlihat jelas di wajah lucu nan manis Jexy.
"Jika kau ingin tahu, naiklah ke atas menara lonceng, dan menghadap lah ke Utara." Perintahnya, agar sedikit membuat Jexy masih mempunyai harapan.
"Sungguh? Apa terlihat?" Binar mata itu membuat Jaylen gemas dan berjalan mendekatkan diri pada sosok itu. Mengacak kasar surai Jexy yang terbilang rapih.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE OF VERDENTIA [NOREN]
RomanceJaylen Verden Smith sang pangeran berdarah dingin yang selalu berpegang teguh pada sumpahnya yakni tak akan berlutut kepada siapapun dan apapun tahta nya kecuali pada sang Ayahanda dan Ibundanya. Namun Pangeran Reeve Aurolarick lah satu satunya pan...