Cahaya indah menelisik bagaimana cantiknya wajah sang empu. Mengeluh indah guratan sempurna tanpa cacat pada wajah indahnya. Cahaya yang masuk pada netranya membangunkan ia dari lelap tidur usai pergulatan panas malam itu. Melenguh dan merenggangkan badannya yang nampak kaku dan sesak. Tangannya meraba ke area sekitar ranjang yang terasa lebih luas dan lega.
"Dimana dia?" Pikirnya yang sudah sedikit bangun.
Reeve lantas bangkit dan mengerjapkan matanya berulang kali untuk memfokuskan pandangannya agar tidak kabur.
Dirinya bangkit, namun lemas di kakinya membuat dirinya terjatuh beberapa kali. Rasa sakit di sekujur tubuh begitu menyiksanya. Saat tersadar bahwa tubuhnya kini penuh dengan bercak merah penuh ruam yang mengingatkan nya pada pergulatan panas dengan sosok yang sebelumnya dirinya rindukan.
"Astaga apakah benar aku melakukannya semalam?" Dia menutup wajahnya malu setiap kali memori semalam terulang kembali.
Reeve bergegas masuk ke kamar mandi, membersihkan dirinya walaupun berjalan sambil memapah tubuhnya di tembok. Dia berganti pakaian yang cukup terutup, guna menyamarkan bekas merah yang sangat banyak di lehernya. Walau luka di bibirnya tak bisa di tutupi sebisa mungkin dia akan mencari alasan jika ada yang curiga.
Reeve turun untuk sarapan bersama anggota kerajaan yang lainnya. Duduk dengan cukup kesulitan karena sakit di tubuh bagian bawahnya.
"Reeve kau kenapa?" tanya ratu Eileen alias ibundanya.
"Tidak, semalam aku terjatuh dan membuat kaki ku sedikit sakit." Bualnya dengan alasan yang mungkin terdengar kurang masuk akal.
"Astaga lalu bibirmu mengapa begitu bengkak?" Ratu Eileen sangat curiga dengan anaknya apalagi dini hari melihat Jaylen keluar dari kamar sang anak sambil bertelanjang dada.
"Biasa ibunda, bibirku akan bengkak jika aku kedinginan..." Eileen mengangguk lirih dengan Niel yang melihat kakaknya begitu penasaran.
"Oh ya, dimana pangeran band- umm maksud ku Jaylen..?" tanya Reeve pada ibundanya.
"Dia sudah kembali ke Verdentia, karena pernikahan kakak nya akan ajak segera terlaksana."
"Kembali begitu awal?" Angguk nya.
"Kenapa, apakah kakak merindukan pangeran Jay?"
"Tidak hanya saja aku harus meminta maaf karena perseteruan bersama Gaines waktu lalu."
"Sudahlah Reeve, Gaines pasti juga bisa mengurusnya sendiri." Ratu Eileen nampak biasa saja akan perseteruan dua pangeran yang memperebutkan putra sulung nya itu.
Di sisi yang lain Jaylen tengah beristirahat di salah satu gubuk di dalam hutan bersama dua pengawalnya. Jaylen mengingat momen semalam yang membuatnya selalu gila akan pangeran kecil itu. Jaylen sudah menandai Reeve bahwa tubuh itu miliknya, apalagi kaneahan yang terjadi pada tubuh Reeve.
Jaylen menegak air minum nya, guna membuyarkan pikirannya pada hal yang begitu erotis tentang si manis. Untung saja Jaylen masih bisa menahan nafsunya agar tidak menyakiti Reeve lebih lama.
"Pangeran, mari lanjutkan perjalanan, yang mulia raja Edward pasti sudah menunggu kita." Dia mengangguk dan kembali menunggangi kudanya membelah hutan yang begitu sepi dengan cukup kencang.
Maron di Kerajaan Verdentia sibuk menyiapkan beberapa hadiah pernikahan untuk Haylen, yang dimana syaratnya itu tidak boleh di ketahui oleh sang calon mempelai.
Matahari kian naik keatas membuat rasa panas kian menyeruak. Dan besok malam bulan ganda akan muncul, yang seharusnya Jaylen lihat siapa di antara Reeve dan Niel yang merupakan reinkarnasi batu biru.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE OF VERDENTIA [NOREN]
RomanceJaylen Verden Smith sang pangeran berdarah dingin yang selalu berpegang teguh pada sumpahnya yakni tak akan berlutut kepada siapapun dan apapun tahta nya kecuali pada sang Ayahanda dan Ibundanya. Namun Pangeran Reeve Aurolarick lah satu satunya pan...