Seruan pagi terdengar gaduh di kamar si manis. Membangunkan sosok yang tertidur sejak sore karena kelelahan akibat perjalanan panjang. Kakinya muncul di balik selimut dengan baju berantakan asal seperti ada yang sudah membuatnya begitu kacau.
Leguhan manis selalu terdengar begitu indah, setiap suara gaduh itu meretakkan kaca mimpi nya. Matanya enggan membuka, menikmati pantulan mimpi yang masih berjalan begitu nyaman.
Langkah orang-orang yang berlalu lalang, membuat gusar akan posisi tidurnya. Bantal saja kini menjauh karena begitu tak di harapkan. Selimut itu juga kian membelit kencang namun enggan menutupi kaki mulus yang menyelinap keluar.
Wajahnya berkerut beberapa kali, cahaya yang masuk seolah mengakhiri sesi mimpinya yang begitu enggan ia tinggalkan.
"Ughhh berisik sekali...?" Gumam nya kebingungan.
Matanya mengerjap beberapa kali dengan siluet buram beberapa orang di kamarnya. Lalu lalang itu bagai hantu yang ia lihat tanpa sadar pada mata yang baru setengah terbuka.
Tubuhnya dia bangkitkan lalu memasukan kembali kaki yang sebelum nya menyelinap keluar dari balik selimut.
"Ah kalian, selamat pagi..." ucapnya menyapa para pelayan yang tengah membersihkan kamarnya, serta beberapa pecahan kaca yang masih tersisa.
Pantas saja rasanya begitu gaduh bahkan menembus dimensi mimpinya. Reeve bangkit dan berjalan untuk mandi. Karena ada pelayan di kamarnya, dia juga sekalian meminta untuk disiapkan beberapa pakaian dan aksesoris untuk ia pakai nanti.
Setelahnya kakinya melangkah turun untuk pergi sarapan. Anggota kerajaan sudah hadir semua namun seperti ada satu orang yang belum hadir di meja makan.
"Ibunda, dimana Gaines?" tanya Reeve celingukan.
"Dia sudah kambli ke kerajaannya semalam, karena ayah mu juga menyuruh dia secepatnya kembali, usai tugas dan barang yang di minta sudah ada."
Rasanya begitu bersalah karena Reeve kemarin membuat Gaines begitu terpuruk akan masalah semalam. Dia belum meminta maaf namun sosok itu bahkan sudah pergi tanpa sepucuk kata perpisahan.
Walau Reeve tak ingat apa yang terjadi, menurut cerita Gaines, dia dan sosok itu akan terus menjadi teman, sejak kecil ataupun sekarang. Makanya itu Reeve seolah telah melukai hati teman lama nya.
"Kau mengkhawatirkan nya?" tanya ratu Eileen pada sang putra.
"Tidak, namun aku harus meminta maaf dengannya karena telah berlaku kasar padanya."
"Kakak, kata pangeran Gaines dia juga meminta maaf padamu karena telah mengacaukan kebahagiaan mu dengan pangeran Jay, dia juga berterima kasih karena bisa di pertemukan dengan mu lagi, itu ucapan yang dia titipkan pada ku." Urai Niel menyampaikan pesan Gaines utnuk Reeve dan Jaylen.
"Yaa..."
"Reeve kau baik-baik saja?" tanya Jaylen sambil mengelus pundak sang empu.
"Aku baik-baik saja pangeran, hanya saja aku harus meminta maaf padanya." Jaylen mengangguk, tahu akan maksud kekasihnya itu. Karena bagaimana pun Gaines adalah bagian dari keluarga Reeve.
"Iya aku paham, kau bisa memberikannya surat nanti ya, sekarang makan dulu." Mereka melanjutkan makan tanpa ada dentingan suara apapun.
Teriknya sinar mentari yang kian naik ke atas, tak menyulut si manis yang duduk di ayunan dekat tebing. Tebing yang pertama kali menjadi saksi bisu pertemuannya dengan Jaylen yang begitu konyol.
"Lunas... Apakah setelah ini dunia akan damai? Apakah kau yakin aku mampu?" Gumam Reeve asal untuk mengeluarkan semua isi kepalanya.
Tak ada sahutan apapaun seperti saat dia meminta doa pada sang dewi. Reeve tertunduk sampai Jaylen datang dengan pakaian lusuh tanpa atasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE OF VERDENTIA [NOREN]
RomanceJaylen Verden Smith sang pangeran berdarah dingin yang selalu berpegang teguh pada sumpahnya yakni tak akan berlutut kepada siapapun dan apapun tahta nya kecuali pada sang Ayahanda dan Ibundanya. Namun Pangeran Reeve Aurolarick lah satu satunya pan...