Kami bermain game hingga sore, makan siang, dan menonton film bersama. Saat waktu piket para dokter hampir berakhir, semua orang berpamitan dan pergi. Tak lama kemudian, pemilik ruangan kembali sambil membawa tas berisi makanan ringan. Dia menaruhnya di atas meja dan berjalan ke tempat tidur, membungkuk untuk memberiku kecupan lembut di dahi.
"Apa kabar?"
"Oke. Kenapa kau membeli begitu banyak makanan ringan?"
"Seseorang memberikannya padaku."
"Hmm?"
"Penggemarku, kurasa."
"Oh."
"Cemburu?"
"Tidak, wajar saja penggemar memberi sesuatu." Jawabku jujur. Arthit cemberut, tampak kesal.
"Tidak cemburu sedikitpun?"
"Sedikit. Apa kau akan menghabiskan semua ini?"
"Jika kita makan bersama, ini akan cepat selesai." Katanya sambil menuju lemari, cepat-cepat melepaskan baju dan celananya. "Maukah kau mandi bersamaku?"
"Hah?"
"Apa masih sakit? Kau bilang kau baik-baik saja."
"Kenapa kau bertanya?"
"Kenapa menurutmu? Aku ingin melakukannya lagi."
"Tidak hari ini. Aku ingin pulih sepenuhnya. Aku ingin bekerja."
"Baiklah, istirahatlah hari ini." Katanya, sambil melepas baju dan celana pendekku, menuntunku ke kamar mandi. Kami duduk di bak mandi seperti sebelumnya. Aku bersandar di dadanya di bak mandi yang lebar, saat air hangat perlahan naik. Aroma yang menenangkan itu menenangkanku. "Apa yang kau lakukan dengan North hari ini?"
"Bermain."
"Hanya itu?"
"Kita semua kecanduan game." Lengannya yang kuat melingkari pinggangku dengan lembut. Aku menahan napas sedikit saat merasakan sesuatu yang keras di punggungku, tetapi memutuskan untuk tidak menyebutkannya.
"Bagaimana harimu?" tanyaku.
"Membosankan, hanya ceramah."
"Oh."
"Dao."
"Hmm?"
"Pacarku."
"Ya."
"Istriku."
"Apa?"
"Kau jawab semuanya."
"Kenapa kau memanggil ku?"
"Aku hanya mau memanggil. Aku suka. Pacar, istri, Dao." Ucapnya dengan nada riang, membuatku tersenyum. Aku berbalik dan menepuk kepala anjing besar yang memelukku dari belakang. "Kau bilang hanya mau memanggilku."
"Apa aku bilang?"
"Di mal, kau bilang mau ganti status dan memanggilku suami."
"Tidak, aku memanggilmu pacar saja."
"Jadi, katakan padaku."
"Pacar..."
"Tatap mataku lagi."
Aku berbalik dan menatap matanya lagi.
"Pacarku."
"Oh, hatiku." Dia memelukku lebih erat, membenamkan wajahnya di lekuk leher dan bahuku, lalu bergerak menempelkan bibirnya ke pipiku dengan kuat, menariknya menjauh dan menekannya berulang kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] WEST : THE SUN FROM ANOTHER STAR
Storie d'amore=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan Bahasa Indonesia yang sudah memiliki ijin resmi dari penulis 😊🫶🏻 ⭐️⭐️⭐️ Saat Arthit mengungkapkan persaannya, Daotok tidak tahu harus berbuat apa meskipun dia juga menyukainya. Tapi, yang terjadi ada...