"Tuan dimana anda sekarang?, mengapa saya tidak bisa menemukan anda di manapun?"
"Laure..."
"Laure...."
"Laure...." Suara suara terdengar.
Mataku sontak terbuka.
Aku melihat Emily, Rachael dan Louise berdiri mengelilingi ku.
"Dimana ini?"ucapku melihat sekeliling."Kau pingsan di hutan, jadi kami membawamu kemari"ucap Louise dengan suara lembut.
"Tidak... Aku harus kembali ke hutan"ucapku yang mencobaberdiri dari kasur namun terjatuh.
"Hei tenangkan dirimu, kau harus beristirahat sejenak dan makan... "Ucap Emily memegang bahuku.
"Aku tidak punya waktu untuk makan, aku harus menyebarkan akarku lebih lebar lagi agar bisa menemukan tuan dengaj cepat "ucapku
"Kau hanya akan menghancurkan tubuhmu, jika kau tetap seperti ini Laure"ucap Rachael menatapku.
"Kau sudah seminggu terus m ngeluarkan mana tanpa menegak dan menelan makanan serta air sedikitpun. Walaupun tekadmu begitu besar jika tubuhmu tak sanggup mengikuti tekad itu. Semuanya hanya akan menjadi hal tak berguna"ucap Rachael yang berdiri jauh dariku."Aku tahu akan hal itu, namun saat membayangkan tuan bisa saja telah mati membuatku menjadi sangat frustasi "ucapku memandang Rachael
"Tuan belum mati"jawab Rachael
"Bagaimana bisa kau sangat yakin padahal kau bahkan tak bisa menemukan jejak tuan"ucapku memandang Rachael dengan mata tajam.
"Karna tanda keterikatan kami masih belum menghilang"ucap Rachael.
"Selama tanda itu belum hilang, kemungkinan tuan masih hidup adalah 100%"ucap Rachael.
"Begitukah, sykurahl—"
Bruk
Aku pingsan kembali.
Setelah kejadian itu suasana mansion berubah total.Perubahan yang paling besar terlihat pada Louise.
Tuk tuk
Pria berambut coklat itu mengetuk pintu kamar Emily di tengah malam.
"Nona Emily, apa anda sudah tidur?"pria itu berbicara dengan suara yang hampir berbisik.
Clak
Pintu terbuka.
"Louise, mengapa kau kemari?"tanya Emily yang masih terjaga.
"Bisakah anda membantu saya?"ucap Louise menatap Emily dengan lekat.
Emily mulai memperhatikan gerak gerik Louise.
Louise terus menyentuh paha kanannya.
"Sepertinya ceritamu akan memakan banyak waktu, masuklah"ucap Emily membuka pintu kamarnya.
"Terima kasih, nona Emily"ucap Louise mengangguk.Pria itu duduk di sebuah kursi kayu yang berada di dalam kamar yang seluas 5 x 5 meter.
Crrrr
Perlahan wanita berambut merah mudah itu menuangkan air dari teko kedalam cangkir yang terbuat dari tembaga.
Lalu menaruh segelas air itu di hadapan pria berambut coklat yang terus menatapnya.
"Jadi apa yang kau inginkan dariku, Louise?"ucap Emily duduk di kursi kayu di dekat lemari.
Louise menarik nafasnya lalu mulai membuka mulutnya."Bisakah anda memberikan sedikit darah anda kepada saya?"tanya Louise.
"Untuk apa?"tanya Emily.
"Saya ingin menyembuhkan kaki saya yang pincang ini"ucap Louise menyentuh lutut kanannya.
Lalu perlahan Louise sedikit menyikap celana panjangnya.
"Anda pasti sudah tahu, kalau kaki saya terkena cedera karena kekerasan yang berkepanjangan. Dan karna hal itu kaki saya menjadi cacat permanen dan tak bisa di gunakan untuk berlari"ucap Louise melepaskan sepatu boot yang biasa dia pakai.Saat celana itu tersingkap dan sepatu itu dilepas, terlihat jelas bahwa tulang kering Louise menonjol keara lutut dan membuat batok lututnya menjadi lebih terangkat dari posisi seharusnya.
Tulang yang menopang kakinya juga bergeser, membuat area mata kaki sampai jari-jarinya tidak bisa di luruskan dan melintang ke area dalam. Jadi saat ia berjalan ia menggunakan tepi punggung kakinya untuk berjalan. Dan hal itu membuat punggung kakinya membengkak dan menjadi keras.Emily memperhatikan setiap kata kata Louise sembari menatap kecacatan dalam tubuh Louise.
"Namun Louise, bukankah kau sudah melihat saat itu. Kalau darahku hanya berfungsi untuk regenerasi bukan untuk menyembuhkan"ucap Emily.
"Ya saya tahu itu, nona Emily "ucap Louise.
"Kalau kau sudah tahu, mengapa kau masih meminta darahku?"tanya Emily."Karna saya ingin berguna"jawab Louise dengan lantang.
"Apa ini tentang kata kata Laure?"tanya Emily memangku dagunya.
Mata emas Emily menatap Louise dengan begitu lekat.
"Saya tidak bisa membantahnya, karna yang di katakan tuan Laure benar adanya"ucap Louise mencengkram paha nya."Ketika kalian bertiga terus berusaha mencari tuan sampai melupakan kata istirahat, sedangkan saya hanya bisa cemas di dalam mansion terus menanti kabar yang tak pasti"ucap Louise
"Setelah melihat tuan Laure yang akhirnya benar benar jatuh sakit, membuat saya semakin frustasi dengan kenyataan kalau saya tidak bisa melakukan apapun untuk membantu kalian dalam pencarian tuan"ucap Louise"Kaki cacat yang bahkan tak bisa di gunakan untuk berlari "ucap Louise mengcengkram pahanya.
"Nona Emily, tolong berikan darah anda kepada saya. Saya ingin menghilangkan kecacatan ini dari saya"ucap Louise dengan lantang menatap Emily dengan pasti.
"Aku tidak bisa menyembuhkan kakimu, namun jika kau bersikeras ingin aku menyembuhkan kakimu. Aku akan memberikan darahku padamu"ucap Emily berdiri dari kursi.
"Benarkah?"tanya Louise perlahan tersenyum.Emily perlahan mengambil sesuatu dari dalam laci.
Itu sebuah kain yang terbuat dari bulu domba.
"Gigit kain ini lalu berbaring lah di atas kasur"ucap Emily melempamparkan kain itu pada Louise.
"Baik nona"ucap Louise melipat lipat kain itu lalu memasukkan nya kedalam mulutnya.
Louise berbaring di atas kasur siglebad dengan posisi kaki yang selonjoran.
Graat
Emily mengigit urat nadi di tangan kanannya.
Darah berwarna merah mulai keluar dari urat berwarna kebiruan itu dan mengucur dengan cepat ke lantai yang sedang ia pijak.
Emily menggerakkan tangannya dan perlahan darah yang cair itu mulai menggumpal dan mengeras lalu membentuk wujud sebuah kapal.
Kapak terbuat dari darah itu terlihat begitu tajam dan tipis."Aku akan melakukannya dengan cepat, sehingga kau tak perlu kesakitan"ucap Emily.
Louise mengangguk.
Emily memegang gagang kapal darah itu dengan kedua tangannya.
Lalu
Crap
Kapak itu akhirnya di gerakan.
"Agghkk"teriakan louise terdengar cukup kencang.
Darah mulai mengucur dari area pangkal paha yang Emily potong.
Emily mengangkat kaki kanan Louise yang sudah terpotong dan melemparkannya begitu saja ke sudut kasur.
Darah Louise mulai membanjiri kasur Emily dengan warna merah yang cerah serta bau amis yang kental."Aku akan mulai meregenerasi kaki mu Louise, tahanlah sekuat tenaga karna rasanya akan sangat sakit"ucap Emily.
Louise menggenggam seprai di kedua sisinya.
Lalu perlahan mengangguk pada Emily.
Emily mengangguk lalu membuka kedua telapak tangannya yang sejak dari menggenggam gagabg kapak.
Darah berbentuk kapak itu perlahan mulai mencair lagi lalu dengan hati hati Emily meneteskan 3-4 tetes daranya ke bekas potongan itu.Craaaaak
"Ughk..."
Sisa tulang kaki yang tak tertinggal di pangkal paha itu mulai tumbuh beregenerasi dengan sangat cepatcepat, tulang betis,tulang kering, tempurung lutut bahkan ke tulang jari jari beregenerasi dengan sempurna.
"Ughkkk...."
Louise terus mengcengkram keras seperti serta mengigit kain di mulutnya dengan kencang.
Matanya terbuka lebar dengan air mata yang sesekali menetes dari kelopak matanya.
Rasa sakit yang harus di tanggung demi membuang kecacatan dalam hidupnya.
Walau menderita sekalipun, jika hal itu bisa membuang semua kecacatan itu, dia akan dengan senang hati menerimanya.
Setelah tatanan tulang selesai, lapisan otos serta jaringan syaraf mulai muncul dan di akhiri dengan lapisan paling luar yaitu kulit.
___
Keesokan hari kemudian.
Saat matahari terbit mata Laure terbuka.
"Sial, ini bukan saatnya pingsan"ucap Laure yang langsung bangun dari kasur.
Laure mulai beranjak dan keluar dari kamar.
"Selamat pagi Laure..."ucap Louise yang sudah menunggu di depan pintu sembari membawa sebuah keranjang kecil berisi makanan."Apa anda akan pergi ke hutan lagi, Laure?"tanya Louise.
"Ya"jawab Laure singkat mulai melangkah cepat.
"Kalau begitu, izinkan saya pergi bersama anda"ucap Louise yang berjalan dengan cepat melewati langka cepat Laure."Louise, kakimu..."ucap Laure dengan wajah tercengang
"Emh?, ada apa Laure?"tanya Louise tersenyum hangat.
"Tidak ada.."ucap Laure berhenti bicara.
Perubahan yang di buat oleh Louise begitu terasa oleh Laure.
Membuat Laure yang awalnya hampir putus asa mulai mengumpulkan semangat nya kembali.
"Aku tidak akan kalah dari mu"ucap Laure sedikit terkekeh.
Louise hanya tersenyum ramah lalu
"Baiklah kalau begitu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembalasanku (Harem BL)
Mystery / Thriller"aku memutuskan pertunangan denganmu" teriak pria berambut pirang yang tak lain adalah pangeran. dan seorang gadis yang menangis di tengah tengah aula yang merupakan seorang Villainess itu. gadis itu di permalukan oleh pangeran dan hanya mampu menan...