Bab 48

398 101 30
                                    

Selamat Membaca..
































Dan di ruang tamu yang kini terasa dingin dan sunyi, Gracio hanya bisa duduk kembali, dadanya naik turun, sementara Shani menggenggam tangannya erat.

Keheningan setelah ledakan amarah Jojo terasa begitu menyiksa. Suasana ruang tamu masih penuh ketegangan yang mencekik, bahkan napas pun terasa berat.

Gracio masih duduk dengan rahang mengeras, matanya menatap kosong ke arah meja. Sementara itu, Shani diam di sampingnya, sesekali melirik ke arah Shanju yang duduk dengan ekspresi sulit dibaca.

Namun, ketegangan itu belum berakhir.

Shanju menghela napas panjang sebelum akhirnya bersuara. Suaranya tidak meledak seperti Jojo, tetapi ketenangan itu justru membuat kata-katanya terasa lebih tajam.

"Jujur saja, aku tidak menyangka kau akan melakukan ini, Cio."

Gracio menoleh, menatap ibunya dengan hati-hati. Tidak ada kemarahan yang meledak seperti Jojo, tetapi justru itu yang membuatnya semakin tegang. Wajah ibunya tetap anggun seperti biasa, tetapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya—kekecewaan mendalam.

Shani menggigit bibirnya, merasa tidak enak. "Ma… Kami benar-benar tidak bermaksud menyakiti perasaan Mama dan Papa. Kami hanya ingin…"

"Ingin apa?" potong Shanju, suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya. "Mengambil Christy kembali setelah bertahun-tahun dia tumbuh di sini? Setelah selama ini kami yang membesarkannya, mencintainya, dan menjaganya?"

Shani terdiam.

"Kau bicara seolah ini keputusan yang mudah, Cio," lanjut Shanju, matanya kini menatap tajam ke arah putranya. "Seolah Christy bisa dengan begitu saja kau pindahkan kembali ke rumahmu, seolah dia barang titipan yang kapan saja bisa kau ambil kembali!"

Gracio mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi yang kembali menghangat di dadanya. "Aku nggak pernah menganggap Christy seperti itu, Ma…"

"Benarkah?" Shanju menyipitkan mata. "Lalu di mana kau selama ini, Cio? Di mana kau saat Christy menangis mencari ayahnya? Di mana kau saat dia mulai bertanya kenapa dia tinggal di sini, bukan di rumahnya sendiri?"

Gracio terdiam.

"Kami yang menjawab pertanyaannya, kami yang mencoba menenangkan hatinya," suara Shanju sedikit bergetar, tetapi tetap penuh ketegasan. "Kami yang selalu ada setiap kali dia membutuhkan orang tuanya. Bukan kau."

Shani menggigit bibirnya, merasa sesak dengan kata-kata itu. Ia tahu Shanju tidak bermaksud menyakitinya, tetapi tetap saja… kata-kata itu menohok tepat di hatinya.

Shanju melanjutkan, suaranya semakin kuat, semakin penuh emosi yang tertahan selama bertahun-tahun. "Aku ini ibumu, Cio. Aku yang melahirkanmu, membesarkanmu, dan melihat setiap tahap hidupmu. Aku tahu kau punya banyak alasan, aku tahu kau tidak pernah bermaksud buruk. Tapi kali ini…"

Wanita itu menghela napas dalam, lalu menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. "Aku benar-benar kecewa."

Shani menutup mulutnya, matanya mulai memerah.

Gracio menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Ma… Kami tidak pernah ingin menyakiti Mama dan Papa."

"Tapi kalian sudah melakukannya."

Suara Shanju terdengar lebih pelan, tetapi dampaknya lebih besar dari bentakan Jojo sebelumnya.

"Kami tidak pernah mempermasalahkan keputusanmu dulu. Kami menerimanya dengan tulus, tanpa bertanya kapan kau akan 'mengambil' Christy kembali. Kami merawatnya dengan sepenuh hati, bukan karena terpaksa, tapi karena kami menyayanginya."

YANG INDAH? | ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang