Selamat Membaca...
Keesokan Harinya
Christy duduk di meja sarapan, mengaduk buburnya tanpa niat untuk memakannya.
Opa Jojo di seberang, membaca koran dengan ekspresi murung. Sementara itu, Oma Shanju menyiapkan teh di dapur.
Ponselnya tergeletak di samping piring, dengan pesan dari Chika yang masih belum ia balas.
Hatinya terasa berat, tapi setiap kali ia mencoba mengetik sesuatu, suara Oma dan Opa selalu kembali terngiang di kepalanya.
"Oma cuma mau Dedek tetap di sini. Tetap jadi cucu kecil Oma. Itu saja."
Christy menghela napas, meletakkan sendoknya.
Opa Jojo menurunkan korannya dan menatapnya dengan lembut, namun jelas ada sesuatu yang mengganggunya. "Dedek, nggak nafsu makan?"
Christy menggeleng pelan. "Nggak lapar, Opa."
Opa menghela napas, lalu melipat korannya dengan gerakan hati-hati. "Dek, Opa mau ngomong sebentar."
Christy mengangkat wajahnya, menunggu.
Opa menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "kamu masih sering deket sama kak Chika?"
Jantung Christy langsung berdebar. Ia menunduk, berusaha mencari jawaban yang tepat.
Opa terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Christy di atas meja.
"Dek... Opa sama Oma bukan mau jahat, bukan mau maksa kamu jauhin Chika. Tapi kamu tahu kan, kalau sekarang Papa dan Mama kamu sedang berusaha ambil hak asuh kamu?"
Christy mencengkeram ujung bajunya.
Opa melanjutkan, suaranya terdengar berat. "Kalau mereka menang... kalau mereka benar-benar ambil kamu dari kami... Dedek masih bakal inget Opa sama Oma? Masih bakal sayang kami?"
Christy menatap Opa, terkejut melihat air mata mulai menggenang di sudut matanya.
"Kami udah kehilangan kamu sekali, Nak..." suara Opa semakin lirih. "Waktu kamu masih bayi, waktu teror itu terjadi... kami nyaris kehilangan kamu selamanya. Oma sampai sakit-sakitan karena kepikiran."
Opa terdiam sejenak, lalu menatap Christy dengan mata yang penuh ketakutan. "Kalau sekarang kamu pergi lagi... Opa nggak tahu, Nak. Opa nggak tahu apa Opa masih kuat."
Dada Christy terasa sesak.
"Opa..." bisiknya.
"Kami yang ngerawat kamu sejak kecil. Kami yang ada buat kamu saat kamu sakit, saat kamu takut, saat kamu butuh tempat pulang..." Opa menggenggam tangannya lebih erat.
"Kami ini keluarga kamu juga, Dek. Kami nggak bisa ngebayangin kalau suatu hari kamu pergi dan nggak pernah balik."
Christy menggigit bibirnya, menahan isak.
"Apa kamu benar-benar mau ninggalin kami, Nak?" suara Opa hampir seperti bisikan putus asa.
Christy menggeleng cepat, air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. "Aku nggak mau ninggalin Opa dan Oma..."
Opa mengangguk pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri. "Kalau begitu, tetaplah di sini, Nak. Tetaplah di rumah. Jangan biarkan mereka ambil kamu dari kami..."
Christy menunduk, terisak tanpa suara. Hatinya hancur.
Ponselnya bergetar.
Chika: Dek, nanti pulang sekolah aku bisa ketemu kamu? Cuma sebentar aja.
