Bab 62

447 98 41
                                    

Happy jojo day😦...


































Chika duduk di kamar, rahangnya mengeras sementara pikirannya berputar cepat. Setelah kejadian di kantin tadi, hatinya semakin yakin-dia tidak bisa membiarkan Christy terus seperti ini.

Mengadu ke Papa Gracio? Itu memang bisa jadi solusi, tapi Chika tahu kalau Papa sampai turun tangan, semuanya bakal masuk ke jalur hukum. Christy pasti bakal lebih tertekan lagi. Tidak, dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Ada satu cara lain-sesuatu yang lebih gila, lebih berisiko.

Dia harus menculik Christy malam ini.

Chika meraih ponselnya, mengetik pesan cepat ke Adell.

Chika: "Pinjem motormu malam ini. Gue butuh buat sesuatu."
Adell: "Serius, lo? Buat apa?"
Chika: "Buat ambil Christy."
Adell: "CHIK! Lo gilak ya!!Lo yakin?"
Chika: "Yakin. Gue nggak bisa tinggal diam. Christy butuh gue."
Adell: "... Oke. Gue percaya lo. Gue siap backup kalau butuh."

Chika menghela napas, jemarinya mengepal kuat. Dia sudah menyusun rencana.

Christy dikawal ketat, tapi Chika tahu satu kelemahan pengawasan di rumah Opa Jojo-balkon kamar Christy. Itu adalah satu-satunya tempat yang bisa dia akses tanpa terlihat langsung oleh bodyguard.

Dia akan manjat ke balkon, lalu membawa Christy kabur lewat motor Adell.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Waktu yang tepat.

Chika menarik hoodie hitamnya, memastikan semuanya sudah siap. Helm? Ada. Sarung tangan? Ada. Senter kecil? Ada.

Dia melirik ke luar jendela, memastikan kondisi jalanan. Lalu tanpa ragu, dia keluar dari rumah, berjalan cepat ke arah tempat Adell menunggu.

Adell menyerahkan kunci motor dengan ekspresi khawatir. " Chik, hati-hati. Kalau ada apa-apa, kabarin gue."

Chika tersenyum miring. "Gue nggak bakal ketahuan. Santai aja."

Lalu tanpa pikir panjang, dia menyalakan motor dan melaju ke rumah Opa Jojo.

Malam Ini, Christy Akan Dia Selamatkan.














































Chika memarkir motor Adell di gang kecil dekat rumah Opa Jojo. Ia menatap bangunan megah di depannya, rahangnya mengeras. Christy ada di dalam, sendirian, terjebak dalam aturan yang membatasi kebebasannya.

Chika menarik napas dalam, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Matanya langsung tertuju ke balkon lantai dua-kamar Christy. Lampu kamar masih menyala, pertanda adiknya itu belum tidur.

Dengan cekatan, ia menyelinap ke sisi rumah, memanfaatkan dahan pohon yang cukup kuat untuk membantunya naik.

Gerakannya cepat dan senyap, hingga dalam hitungan detik, ia sudah berdiri di depan pintu kaca kamar Christy.

Dari celah tirai, ia melihat Christy duduk di tempat tidur, memeluk lututnya. Wajahnya terlihat sendu, menatap kosong ke arah jendela.

Chika mengetuk kaca pelan..

Christy tersentak, matanya melebar saat melihat sosok Chika di luar balkon. Ia butuh beberapa detik untuk menyadari kalau ini bukan mimpi, sebelum akhirnya ia berlari dan membuka pintu kaca.

YANG INDAH? | ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang