Bab 19

1.6K 143 2
                                    

Happy Reading..























Setelah Zee dan kawan-kawan pulang, suasana rumah sakit kembali tenang. Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Tak berselang lama, suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar di koridor. Gracio dan Zean akhirnya tiba di RS.

Sebelum mereka sempat masuk ke ruang rawat, Shani dan Shanju sudah sibuk mengemas barang-barang Christy yang digunakan selama opname.

"Ini udah semua?" Gracio memastikan sambil melirik sekeliling ruangan.

"Udah, Mas," jawab Shani singkat, menenteng kantung berisi pakaian kotor.

Dokter yang memeriksa Christy sebelumnya mengabarkan bahwa sore ini ia sudah diizinkan pulang. Namun sebelum mereka sempat membicarakan lebih lanjut, suara berat yang familiar terdengar dari ambang pintu.

"Pah, Christy kita bawa ke rumah, kan?" tanya Zean, memecah keheningan.

"Opa masih takut kejadian seperti ini terulang, jadi Christy pulang ke rumah Opa!" Suara tegas itu bukan berasal dari Gracio, melainkan dari Jonathan, yang tiba-tiba muncul di pintu dengan tatapan tajam.

/Sontak semua pandangan beralih pada Jojo/

Suasana yang tadinya tenang berubah mencekam. Tidak ada yang mengira Jonathan akan muncul begitu tiba-tiba dengan keputusan sepihak seperti itu.

"Pah, ayolah... itu nggak disengaja. Kita juga nggak tahu kalau Adek ada alergi itu," Gracio mencoba memohon, suaranya bergetar menahan emosi.

Namun Jonathan tak bergeming. "Justru karena kalian tidak tahu, itu yang berbahaya bagi kesehatan Christy! Jadi lebih baik dia pulang ke rumahnya, yaitu rumah saya!" Tekanan di suaranya membuat ruangan terasa sesak.

"Hanya karena Christy tidak dibesarkan oleh kami, bukan berarti kami tidak peduli, Pah!" lirih Gracio, mencoba menahan amarah yang mulai menggelegak di dadanya.

Jonathan menyipitkan mata, menatap menantunya dengan sinis. "Peduli? Tapi bisa sampai seteledor itu? Itu yang kamu sebut peduli?" sindirnya tajam.

Gracio terdiam sejenak, rahangnya mengeras. "Aku dan Shani selalu berusaha jadi orang tua yang baik. Kami peduli pada anak-anak, begitu pun dengan Christy. Tapi kejadian hari itu memang nggak disengaja," ucapnya dengan suara berat.

Jonathan menggeleng, suaranya semakin meninggi. "Bukan nggak disengaja, tapi kalian tidak mau cari tahu tentang Christy!"

Gracio yang tadinya masih bisa menahan diri, kini meledak. "Gimana caranya kami tahu? Christy tinggal di rumah Papa! Christy itu anak kami, kalau Papa lupa! Jadi nggak ada seorang pun yang bisa membatasi dia tinggal di rumahnya sendiri, termasuk Papa!" serunya lantang, membuat suasana semakin panas.

Mata Jonathan membelalak marah. "Anak kalian? Saya nggak salah dengar!? Setelah kamu kirim dia ke rumah saya dan menghilangkan tanggung jawab sebagai orang tua, kamu masih berani sebut dia anak?" Nada suaranya menampar keras, membuat semua orang terdiam.

YANG INDAH? | ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang