Dan Tentang Arti Menghargai

46.4K 2.4K 53
                                    

"Buleeee....." teriakan Ar dari tengah lapangan basket sungguh menggema di pelataran sekolah itu. Waktu sudah hampir sore saat Kimberly menunggu Ar selesai latihan beladiri.

"Ojaaak Kim kangen....." Kimberly memeluk bahagia Ar.

"Hussh jangan panggil gue Ojak , bule!!! Ar, hanya Ar.....!!!!" tegas Ar setengah cemberut. Kimberly sungguh merindukan tingkah kesal dan protesan khas dari Ar. Kimberly merindukan lesung pipit milik kakak tersayangnya. Ar memang memiliki wajah yang enak di pandang. Ia tidak manis, tapi tatapan khas laki-laki jelas terlihat dalam wajah Ar.

"Eh bule, lo ko kurus sih, sekarang? Betah kagak lo di sono?" selidik Ar sambil menarik tangan Kimberly.

"Aku punya teman baru Ar. Mereka baik. Kemarin kita ikut acara bazzar di sekitar perumahan itu." cerita Kimberly menutupi kesedihannya. Ia tidak mau lagi membagi kesedihannya dengan Ar. Ia malu.

"Gue tanya lo betah kaga di sono?" Ar bukan sehari dua hari mengenal isi hati gadis di depannya ini. Ia sudah sangat hafal raut wajah Kimberly saat ia sedang sedih atau bahagia.

"Kimiiii...?" selidik Ar meminta jawaban.

"Semua butuh proses mungkin Ar. Mamaku masih sibuk." Kimberly menunduk. Sebenarnya ia berusaha melupakan kata-kata yang sempat ia dengar beberapa hari yang lalu.

Sebuah kenyataan akan kehadiran dirinya. Kehadirannya adalah sebuah kesalahan.

"Yaelah ini kan bukan sekali dua kali, Kimii. Kayak biasanye aje, sabar dan yakin kalo mama lo pasti akan jemput lo.." Kimberly setengah malas untuk tersenyum. Mana mungkin sang mama mau menerimanya jika ia sebenarnya anak hasil dari skandal terlarang.

"Ibu bagaimana kabarnya? Aku rindu dengannya." mengalihkan pembicaraan dirasa sangat dibutuhkan oleh Kimberly.

"Baek-baek aje. Tapi gue liat ibu berusaha nutupin kalo die kesepian dan kangen berat ama lo. Eh bule, maen kek lo ke rumah. Sombong bener..." Kimberly mengangguk.

"Hari sabtu nanti aku mau ke rumah. Aku kangen ibu, emak dan babe..."

"Supir lo mane kagak jemput?" Kimberly menggeleng.

"Tadi aku suruh balik karena aku maunya pulang bareng kamu..." Ar menaikkan alisnya.

"Gue naik sepeda bule..." Kimberly menarik lengan Ar menuju tempat ia memarkir sepeda.

"Aku kangen di bonceng sama kamu Kakak Ojak ku tersayang, aku kangen duduk di atas Silla..." tawa yang diharap mampu mengobati kekecewaan Kimberly.

"Dasar bule...!! Kasihan deh Silla." Ar merangkul Kimberly yang sama rindunya.

"Ar kamu mau bertanding lagi yah?" Ar mengangguk saat menarik sepedanya agar Kimberly duduk di belakang.  Ar mempunyai sepeda antik jaman dahulu yang begitu di sukainya. Sepeda Onthel Gazelle memang sangat ia rawat dengan hati-hati. Ia membelinya dari hasil pertandingan bela diri yang ia ikuti. Uniknya Ar menamakan sepeda itu Sila.

Selama ini hanya Kimberly lah yang diperbolehkan menerima tumpangannya. Selebihnya tidak ada satupun orang yang boleh duduk di singgasana itu. Itu sangat terlarang.

"Bule lo kepanasan kaga? Kira-kira  jauh nggak rumah lo dari sini?" Ar sudah mengayuhkan sepedanya sesuai arahan Kimberly sendiri. 

My Love Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang