Tapi Yakinlah

34.9K 2.3K 270
                                    

Sorry for typo. Namanya mata suka siwer. Kasih tahu yah nanti aku edit.😘

Happy weekend all.

---

Aku tak ingin merasa paling benar mencintaimu. Aku hanya ingin mencintaimu dengan benar dan cintamu benar untukku.

•••

"Permisi.." Marrisa melirik ke daun pintu di mana terlihat saudara sepupunya yang sudah lama tidak ia jumpai. Rahma dan Ibra berdiri berdampingan sambil tersenyum menatap Marrisa. Kebetulan suster jaga baru saja melepas infusan Marrisa.

"Boleh kami masuk?" tanya Ibra pelan. Marrisa mengangguk. Setelah suster itu keluar ruang perawatan.

Rahma menahan lengan Ibra. "Bisa tinggalkan kami berdua?" Ibra berfikir sejenak. "Baiklah Amma.."

Rahma tersenyum lalu kembali menatap Marrisa yang masih menatapnya lekat. Rahma melihat raut wajah putus asa dan kesakitan di sana.

"Apa kabar sepupuku?" panggil Marrisa sambil menunjuk kursi di samping tempat tidurnya. Marrisa duduk bersandar karena posisi tempat tidur sengaja dinaikkan sisi kepalanya.

"Baik. Di mana putrimu?" Marrisa menggeleng. "Entahlah mungkin dia pergi ke kantin."

Rahma duduk dengan kikuk. Ini pertemuan pertama setelah beberapa tahun lamanya. Terakhir mereka bertemu saat Marrisa dan Lily Ramana memaki dirinya di rumah Ibra. Rahma masih mengingat itu, sebagai rasa bersalah yang tidak bisa ia tebus.

"Kamu sangat mirip dengan putrimu Dalilah." Marrisa memulai pembicaraan. "Dia membantu aku ke rumah sakit." Marrisa terus saja berbicara.

"Dia sangat mirip dirimu."

Rahma mulai berani duduk di ranjang Marrisa. "Rissa.." Rahma memegang buku tangan Marrisa. "Maafkan aku Rissa." pinta Rahma tulus. Marrisa sejenak diam lalu setelah mengendalikan jiwanya ia membalas Rahma dengan senyuman.

Ini harus diselesaikan. Setelah bertahun-tahun kebencian ini harus diperbaiki.

"Aku yang salah sepupu. Aku yang mempermainkan Ibra saat itu. Ini bayaran yang pantas untuk diriku mempermainkan ikatan suci hanya karena sebuah cita-cita yang pada akhirnya menghancurkan aku." Marrisa terisak pelan.

"Aku mau kita berdamai, dosaku terlalu banyak untuk kalian. Bahkan beberapa saat yang lalu aku masih saja berniat jahat." pernyataan Marrisa di luar dugaan Rahma.

"Tapi dibalik itu semua Tuhan masih sayang dengan kamu. Tuhan memberikan putri yang cantik untukmu." Marrisa mengangguk sambil sesegukan.

"Andai kamu tahu bertahun-tahun aku meninggalkannya. Aku mencari impian di luar sana. Aku berkerja sekuat tenaga dan entah kenapa aku tidak tenang jika uang itu tidak kuberikan untuk biaya hidupnya. Aku tahu aku salah.." Rahma semakin mendekat dan menarik tubuh Marrisa dalam pelukannya. Ia tidak perlu bertanya secara rinci, penjelasan Dalilah dan Ibra dirasa sudah cukup untuk mengambil kesimpulan.

Hidup Marrisa tidak baik-baik saja.

"Lalu saat aku benar-benar merindukannya aku malah membuatnya kecewa. Aku melemparnya ke dalam hidup ayahnya. Aku mencintai putriku tapi aku juga membencinya." suara Marrisa penuh penyesalan.

"Selama ini aku berusaha tidak termakan rasa cinta karena aku tidak pantas menerimannya. Semua keluargaku mengucilkanku." Rahma menepuk punggung Marrisa.

My Love Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang