Dan saat itu kita hanya pasrah

33.7K 1.9K 61
                                    

Tatapan mata itu benar-benar kosong. Rasa takut akan kebenaran baru saja ia dengar.

Tak percaya? Sudah pasti.
Ingin tak percaya? Mustahil.
Pasrah? Itulah yang ia hadapi.
Hadapi? Harus bisa.

Prisilla terus saja terdiam di kamar tanpa melakukan aktifitas nya sebagai pelajar di sekolah. Setelah tahu kejadian kemarin sore adalah ancaman untuk dirinya ia menjadi takut untuk keluar rumah. Ia menjadi takut menjadi keturuan keluarga Vegas.

"Kak aku nggak mau dijaga banyak penjaga kaya gini.."

"Harus Silla, ini demi kebaikan kamu.. Masih banyak ancaman yang datang."

"Tapi semakin hari aku semakin dijauhi teman kak.."

"Sillaa sekarang berbahaya kalau kamu bebas berkeliaran di luar rumah. Kakak pria tentu saja masih bisa di andalkan. Lagi pula mereka tidak tahu kakak putra papa. Suatu kebocoran fatal mereka tahu papa punya putri."

"Aku takut kak. Aku takut seperti mama yang menjadi korban musuh-musuh papa. Kenapa papa hidup di dunia seperti ini. Kalau papa sayang sama kita papa pasti menemani kita. Bukan hanya mengirimkan penjaga."

"Silla cukup kakak yang menjaga kamu saat ini. Kakak sudah berjanji dengan papa.."

"Kakak janji selalu ada untuk Silla?"

"Kakak janji."

"Biarpun kakak lagi asik berduaan sama Kim?"

"Kamu tahu?"

"Jelas aku tahu, semalam wangi tubuh Kim sangat jelas tercium bau nya kakak.."

"Kamu jangan bilang-bilang yang lain yah. Kim masih belum siap."

"Tenang saja kak aku bisa menyimpan rahasia."

Tok Tok Tok...

"Masuk..."

"Kim..." Prisilla mendekati Kimberly yang baru saja memasuki kamarnya.

"Kamu masih sakit?" Prisilla menggeleng. Kimberly lalu menarik tangan Prisilla keluar kamar.

"Ayo ikut aku. Ada yang mau ketemu sama kamu." Prisilla hanya diam mengikuti Kimberly keluar rumah. Tepatnya menuju taman perumahan. Sore itu taman tampak sepi. Cuaca mendung dengan rintik-rintik hujan membuat para penghuni komplek enggan bermain di taman.

"Mau ngapain ke taman Kim? Ini gerimis. Aku juga nggak mau keluar rumah Kim..." Kimberly hanya tertawa dan tidak menghiraukan pertanyaan Prisilla.

"Ar..." panggil Kimberly ketika sudah berada di lapangan basket. Ia menunjuk seorang anak laki yang sedang bermain bola basket sendirian. Prisilla menjadi salah tingkah saat mengetahui siapa yang bermain basket. Wajahnya memerah menahan malu. Kemarin sore ia sempat marah tidak beralasan kepada pria itu.

"Kim kenapa nggak bilang ada dia?" bisik Prisilla sambil merapikan bajunya. Hatinya tidak karuan serba salah. Terang saja ia gugup. Pakaian Prisilla sungguh jauh dari kata wanita dewasa, mendekati remaja saja masih diragukan. Prisilla mengenakan daster winnie the pooh berikut dengan sandal busanya. Penampilan nya sangat mirip anak sekolah dasar.

"Ar mau bertemu kamu tuh.." bisik Kimberly dengan nada menggoda.

"Ar sini.." Ar berjalan santai sambil membawa bola basket disatu tangannya. Wajahnya tersenyum bahkan terlihat seperti menahan tawa menatap Prisilla. Sadar tatapan Ar seperti meledek Kimberly memberikan kode pada raut wajahnya. 

"Silla kenalin ini teman aku Ar..." Prisilla dilanda rasa gugup. Rasa malu terus saja membuat dirinya kikuk.

"Oh jadi lo nama nya Silla.. Pantes... Ckckckck..." Ar terlihat santai, ia menjulurkan tangan nya ingin bersalaman dengan Prisilla. Kimberly menyikut lengan Prisilla.

My Love Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang