Zahra POV
Detik-detik pengikraran janji pernikahan sudah bergulir, tidak ada sedikit pun rasa bahagia atau terharu di hatiku. Pikiranku terlalu berkabut hingga tidak bisa lagi mengenal mana kebahagiaan dan mana penderitaan. Gelisah, takut, marah semua menjadi satu di dalam emosiku. Mata ini terasa sangat pedih, sedari tadi menahan air mataku agar tidak merusak make up yang sangat tebal melekat di wajahku. Aku sampai tidak bisa mengenali bayanganku di dalam cermin, semua terlihat sangat sempurna. Wajahku dirubah bak ukiran patung para dewi mitologi, gaun pernikahan yang kupakai begitu pas melekat di atas kulitku , warnanya yang putih susu sangat berkilau bertaburan kristal svarovski di bagian atasnya , sedangkan bagian bawahnya sangat manis berhiaskan corak kupu-kupu hitam kecil bertaburan mengelilingi lingkar gaunku. Ini semua berkesan sangat istimewa disiapkan Derian untuk sebuah pernikahan palsu. Kalau saja ini disiapkan untuk pernikahanku dengan orang yang sangat aku cintai, pasti aku tidak bisa berhenti tersipu mengagumi kecantikan ini.
Lamunanku terbuyarkan saat bunda melangkah masuk ke dalam kamar, aku tidak bisa memahami apa yang sekarang ada di pikirannya ketika dia terpaku menatap dari ujung rambut hingga ujung gaunku. Dari air mata di bawah kelopak matanya tersirat rasa sedih akan kehilangan,dan dari kedua bola matanya aku melihat sebuah penyesalan dan rasa kagum, tetapi dari senyum di bibirnya yang bergetar menandakan rasa bahagia juga takut, ia sama sepertiku, semua warna emosi sedang menari di dalam hatinya.
" Kau cantik sekali Zahra " Pujian bunda terdengar tercekat menahan tangis, sentuhan lembutnya di atas kepalaku, seolah melemaskan seluruh ketegangan di ototku dan melarutkan emosi-emosi negatifku.Aku tidak akan pernah membenci ibuku, sebesar apapun kesalahan yang ia perbuat. Tetapi ketenangan di bawah lindungannya tidak akan bisa menumbuhkan dendam di hati ini.
" Cobalah untuk tersenyum Zahra, kecantikanmu tidak pantas untuk dinodai dengan kesedihan " Tangan bunda menarik sisi pipiku membuatku tersenyum. Aku tidak bisa menahan diriku, untuk memeluk bunda. Tubuhnya bergetar dalam dekapanku, air matanya menetes ke atas pundakku.
" Maafkan bunda nak, maafkan bunda"tangisan bunda semakin terisak.
" sstt....sudah bunda aku sudah melupakannya " kuusap lembut punggungnya yang rapuh, dan kami berdua tidak berbicara lagi. Tidak perlu serangkaian kalimat untuk melampiaskan semua yang terdapat dalam hati dan pikiran kami, hanya dengan berbagi kehangatan ini saja sudah membuatku ingin menghentikan waktu untuk selamanya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu, terpaksa memisahkan pelukanku dengan bunda. Suara sepupuku Liza terdengar dari balik pintu meminta agar aku membukanya." Biar aku saja " Bunda menghentikan tubuhku dan segera membuka kenop pintu. Aku dapat melihat Liza seperti memberitahu sesuatu kepada bunda. Bunda hanya menganggukan kepalanya sekilas sebelum berbalik menatapku.
" Zahra pengantin laki-lakinya akan masuk untuk menemuimu, ibu harus keluar dulu " aku kaget mendengar ucapan ibuku, padahal rasanya baru tadi pagi aku dirias dan sekarang prosesi ijab kabul sudah selesai.
" Jadi sudah resmi bun ? " bunda hanya tertawa dan menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaanku, dan segera menghilang dari balik pintu.
Aku tidak percaya, padahal tadi aku baru saja mengharapkan berbagai hal-hal konyol yang akan terjadi agar pernikahan ini akhirnya dibatalkan, tapi kenyataannya prosesi itu berlangsung secepat kilat, dan sekarang kami sudah benar-benar resmi sebagai suami istri, dan aku harus menemui suamiku, dan ia akan melihat auratku. Ya, Allah bagaimana bisa aku harus memperlihatkan auratku kepada seorang pria yang hanya mengharapkanku sebagai hadiah dari sebuah permainan judi.
Mood ku berubah menjadi panik, aku tidak tahan untuk menghabisi semua kuku di jariku. Aku sangat galau sekarang, seluruh hati dan pikiran ini benar-benar menolak untuk menyajikan auratku di depan mata Derian. Terpintas di pikiranku untuk mencoba meraih jilbabku yang bertengger pada kursi di samping kiri kasur, tapi sekarang posisiku berada di depan meja rias di sisi kanan kasur. Ukuran kasur ini cukup besar jadi kupikir akan butuh waktu lama kalau aku harus memutarinya dengan gaunku yang berat ini. Dengan tanpa berpikir terlalu lama, aku segera menarik gaunku ke atas agar memudahkan kakiku untuk naik ke atas kasur agar aku bisa menyebranginya. Ku rentangkan satu tanganku untuk bisa meraihnya, tapi ternyata kain di bagian lenganku begitu ketat sehingga menyulitkan aku untuk memanjangkanya. Aku benar-benar bersusah payah untuk menggapainya, dan giliran ujung jariku sudah hampir menyentuh jilbabku tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/48504770-288-k413471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband For Zahra
Любовные романы" bunda aku memang selalu memimpikan diriku untuk menikah, tapi tidak dengan cara seperti ini bu, aku mohon....sadarlah bunda..ini tidak baik...ini sama saja kau menjual diriku !!!" Zahra menangis terisak-isak suara gerungan tangisannya terdengar be...