Chapter 23

14.1K 661 8
                                    

Derian POV

Aku tidak tahu kenapa aku bisa sekalut ini, nafsuku pada Zahra sudah memuncak hingga ke ubun-ubun. Wanita ini terasa begitu menggiurkan untuk kunikmati, suara isak tangis dan gerakan agresif perlawanan tubuhnya membuatku semakin menggila. Ku sesap seluruh rasa di dalam mulutnya sampai ia kehabisan nafas, rasanya benar-benar seperti berada di surga.

Benar kata sahabatku bahwa nafsu mampu mengalahkan benci. Aku belum pernah merasakan segairah ini saat bercumbu dengan wanita lain. Meskipun ia seorang model terkenal, atau artis tercantik di negri ini. Zahra satu-satunya wanita yang mampu membangkitkan nafsuku hingga di ujung-ujung sarafku. Aku sudah gelap mata, tidak peduli dengan rasa benciku pada putri Purnama, asalkan seluruh gairah ini mampu kulampiaskan maka aku bisa tersenyum bahagia, meskipun untuk sesaat.

Ku kerahkan seluruh tenagaku untuk bisa menaklukannya, dia sungguh wanita yang sangat pas untukku. Biasanya ketika aku " bermain " dengan wanita-wanita one night stand ku yang lain, aku tidak perlu bersusah payah seperti ini, karena mereka akan sangat mudah ku taklukan dan kadang mereka sendiri yang memintanya. Sedangkan Zahra adalah tantangan yang sangat menyenangkan buatku, kucoba untuk menyesap seluruh rasanya hingga ke setiap sudut terkecil namun entah kenapa itu masih belum cukup.

Kucoba untuk melihat seluruh tubuhnya, yang selalu membuatku pernasaran. Pertama kulihat setiap helaian rambutnya, yang ternyata lebih indah dari benang emas dan lebih lembut dari segumpal kapas. Dan itu masih belum cukup, sekarang aku ingin melihatnya lebih terbuka, dengan tidak sabar ku robek bagian depan pakaiannya hingga terlihatlah kulit dadanya yang terpampang di depan mataku.

Kulitnya benar-benar indah dan bersinar, bibirku ini semakin gatal untuk mengecup setiap inchi sudut tubuhnya. Namun, sekarang aku merasa ia sudah melemahkan pertahanannya, kakinya tidak lagi meronta-ronta bahkan suara isak tangis dan teriakannya pun teredam. Dengan penasaran kulirik wajahnya, dan ternyata wanita itu sudah terkulai lemas.

Astaga dia pingsan

" Hei Zahra ! Bangun ! Bangunlah ! Zahra ! " aku menepuk-nepuk pipinya namun ia tetap tidak sadarkan diri.

" Arggghhh " Aku segera bangkit untuk membebaskan tubuhnya dari tindihanku. Seketika gairahku pun menurun, biarpun ini kesempatan baik untukku tapi aku bukanlah tipe lelaki bejat dengan kelainan seksual yang biasa bersetubuh dengan wanita yang " tidak bergerak ".

Segera ku raih ponselku untuk menelpon salah satu dokter pribadiku. Ku tatap wajah Zahra yang kelihatan sangat kusut dengan rambutnya yang terurai berantakan akibat ulahku, bajunya pun sudah terkoyak tak berbentuk lagi di bagian atasnya. Melihat kondisinya seperti itu sedikit memantik rasa kemanusiawian dalam hatiku.

Kutarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dan tanpa sengaja aku menyentuh kulitnya, sekuat tenaga aku harus menahan hasratku.

Sepertinya aku butuh mandi air dingin

*************

" Dia akan baik-baik saja mungkin karena shock dia menjadi seperti ini, sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan sampai dia pingsan ? " Rachel melirik tajam ke arahku.

" Bukan suatu hal yang penting untuk kau ketahui ! " Aku menampikkan satu tanganku kepadanya.

" Bukan begitu Derian, sebagai seorang dokter tentu saja aku harus melakukan anamnesa secara mendetail agar aku bisa menyimpulkan diagnosa yang tepat " aku tertawa lirih mendengar alasannya.

" Bla bla bla bla tapi kau juga punya kode etik untuk menjaga privasi klien mu kan ? Dan lebih baik kau cepat pergi setelah semua pekerjaanmu selesai ! Biar aku yang mengurusnya " Rachel mendecih sambil membereskan seluruh alat kedokterannya ke dalam tas dan beranjak meninggalkanku dengan satu acungan jari tengahnya.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang