Chapter 14

14.3K 672 6
                                    

Jhonson POV

Siapa yang menyangka kalau aku dan wanita yang pernah aku selamatkan akhirnya bertemu lagi dan sekarang dia ada di hadapanku, aku tidak bisa berhenti menatapnya, dia benar-benar wanita yang sangat cantik. Dia begitu sempurna, ada cahaya yang tersembunyi di balik seluruh tubuhnya yang tertutup.

Aku sungguh sudah jatuh dalam pesonanya, meskipun aku tau ini adalah sebuah kesalahan besar. Karena biar bagaimana pun dia adalah kakak ipar dari sahabatku. Tapi aku tak tahu kenapa hatiku selalu merasa bergetar setiap memandangnya, mungkin karena aku merasa kasihan pada nasibnya yang harus menikah dengan orang sekejam Derian.

" Apa kita pernah bertemu sebelumnya " Dia bertanya dengan lembut, suaranya yang merdu mengalir ke setiap pembuluh darahku membuat lututku lemas. Aku hanya bisa diam dalam beberapa saat, rasanya bibirku ini terkatup rapat takjub akan pesonanya.

" mmm..iya mungkin " Aku menggelengkan kepalaku agar tersadar dari ketidak fokusanku. Kulihat ia tetap menundukkan kepalanya, tapi aku tau kalau dia sekarang sedang bingung.

" Di pesta lajang yang di adakan suamimu " pernyataanku membuat ia mengangkat kepalanya sekilas dengan mata bulat yang menatap gembira ke arahku, lalu ia kembali menunduk. Di balik kerudungnya aku bisa melihat ada senyuman di bibirnya.

" Apa kau yang menyelamatkanku waktu itu ? " dia bertanya dengan gugup

" yah bisa dibilang begitu " Aku bisa melihat ia terpaku selama beberapa saat, lalu ia mulai merogoh saku pakaiannya dan menyodorkanku sebuah kertas kecil, dan aku tau itu adalah pesan yang kubuat untuknya waktu itu. Entah kenapa aku bisa menulis sebuah pesan dengan nada yang menggoda kepadanya, padahal aku tau kalau dia bukanlah seorang gadis lajang. Tapi hatiku rasanya sudah terpikat pada wanita ini semenjak pertama kali aku melihatnya di pesta itu, terbesit dalam hati kecilku untuk mengenalnya dan memilikinya, dan itu semua mustahil bagiku.

" Iya itu pesan dariku " jawabku datar, membuat ia kelihatan tersipu sambil menggigit ujung-ujung jarinya.

" Kalau begitu aku harus mengucapkan terima kasih padamu, dan maafkan aku kalau ucapan ini agak telat karena aku...aku tidak terpikirkan waktu itu " kata-katanya membuat aku tertawa lirih.

" Baiklah, aku terima tapi apakah hanya dengan ucapan itu sudah cukup ? " aku bertanya menggoda kepadanya.

" Kalau begitu apa ada yang kau inginkan lagi ? " Wanita ini semakin membuatku penasaran, dengan pelan aku melangkah mendekatinya, dan benar saja ia langsung mengkerut malu dan berjalan mundur dengan cepat hingga menubruk tembok, aku tidak bisa menahan tawa geliku melihat tingkahnya.

" Tidak usah takut, aku rasa kau berhutang makan siang kepadaku " Ucapanku membuat ia tersenyum geli. Ya, Tuhan aku berani bersumpah kalau tadi itu senyum terindah yang pernah ada di dunia ini. Dia lalu menganggukkan kepalanya menyetujui permintaanku.

" Tapi bolehkah aku minta bantuanmu sekali lagi ? " Dia bertanya dengan nada yang sedikit ragu.

" Mmm, akan aku pikirkan ! Memang apa bantuan yang kau butuhkan ? " tanyaku.

" Apa kau bisa memberikan obat tidur yang berjangka waktu cukup lama kepada Derian, suamiku ? " Aku tidak mempermasalahkan permintannya saat ini tapi aku merasa sedikit nyeri saat mendengar ia mengucap kata suamiku.

" Mm baiklah, tapi apa alasannya ? " aku bertanya penasaran.

" Begini, dia seorang workaholic karena dia terlalu lelah ia sering mengeluh nyeri kepala setiap malam jadi aku berencana untuk membuatnya tertidur selama beberapa jam agar nyeri di kepalanya bisa berkurang " Dia kelihatan gugup saat berbicara, kedua tangannya saling bertaut memilin jari lentiknya. Nampaknya ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang