Chapter 1

31.2K 1.3K 14
                                    

"Hahahaha...."suara tawa kemenangan dari seorang pria terdengar bergaung di dalam sebuah ruangan besar yang sangat kokoh, dindingnya yang berwarna hitam menonjolkan sisi gelap dan angkuh dari penghuninya. Bau citrus bercampur amber dan wood terasa sangat kental menyebar ke seluruh sisi ruangan, sesosok pria dengan setelan jas hitamnya yang sangat pas sedang berdiri dengan arogan menghadap keluar jendela, aura bahagia dan kepuasan terkuar dari balik senyum misteriusnya.

Pria itu dikenal dengan nama Derian Lucas Pratama, seorang pewaris utama dari Pratama corp, salah satu perusahaan kenamaan di negri ini. Ia adalah pengusaha muda yang sangat ambisius dan bisa dibilang kejam. Ia akan berani melakukan berbagai cara dari yang halus hingga yang sangat kotor dan hina sekalipun, demi menjatuhkan saingannya. Seperti saat ini, ia tidak menyangka impiannya untuk menjatuhkan sebuah perusahaan besar milik keluarga Purnama, dapat terwujud dengan cara yang sangat mudah. Sebenarnya ini bukanlah track record terbesarnya, sudah banyak perusahaan yang lebih besar daripada purnama grup yang berhasil ia taklukan. Tapi sebuah api kebencian dan dendam akan penderitaan yang ia alami selama tujuh belas tahun, pada akhirnya dapat terbalaskan. Menjatuhkan perusahaan purnama grup dan melihat Sarah si pemiliknya mengalami kehancuran, adalah sebuah anugerah terbesar untuknya.

" Ibu, anakmu sudah berhasil membalaskan semua penderitaanmu" Derian berbisik pelan, dari bibirnya terukir sebuah senyuman dingin, kedua bola matanya yang berwarna hitam gelap terlihat bersinar karena genangan air mata di pelupuknya.

" Rian, kami sudah datang, sesuai dengan janjimu hari ini kita akan melamar seorang putri Purnama, kami sudah siapkan semua perlengkapannya, apa kau sudah siap untuk berangkat ? " Pertanyaan dari seorang pria setengah baya yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangannya, mengejutkan Derian dari lamunannya. Tapi, ia tidak terlihat marah sedikit pun, kini di wajahnya justru tersungging senyum yang sangat lebar hingga memenuhi wajah dingin dan kerasnya.

" Tidak pernah aku merasa sesiap ini paman, ayo kita harus cepat untuk mengikat sang putri sebelum ia kabur dengan keledainya " Ia membalikkan tubuh besarnya dan dengan langkah yang cepat Derian keluar dari ruangannya. Di dalam kepalanya kini sudah tersimpan berbagai rencana keji untuk menyiksa seorang Sarah Purnama. Jantungnya berdegup cepat tidak sabar melihat bagaimana wajah tersiksa dari seorang wanita yang selama ini sudah membuat ibunya menderita.

---------------------------------------------------------

Cahaya sang mentari mulai menelusup ke setiap sudut kamar Zahra,dan menyalurkan kehangatannya ke atas permukaan tubuh Zahra yang sedang tertelungkup di atas sajadah. Setelah berdebat dengan sang bunda, Zahra mengunci dirinya di dalam kamar, ia tidak mau makan ataupun berbicara. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan bersujud dan berdoa mencurahkan segala kegundahannya kepada sang Maha pemilik hati, hingga pagi menjelang. Karena terlalu lelah menangis dengan tubuh yang lemas karena tidak makan seharian, Zahra tertidur di atas tempat peraduannya dengan sang ilahi, tangan mungilnya masih menggenggam erat butiran tasbih. Dalam keadaan mata yang masih terpejam, buliran air mata terlihat menetes dari sudut matanya. Ia sebenarnya sadar bahwa matahari sudah meninggi, tetapi ia masih enggan untuk membuka kelopak matanya. Ia lebih memilih untuk terlarut dalam dunia mimpi daripada harus tersiksa dalam kenyataan.

Suara keras ketukan pintu kamarnya, membuat Zahra terkejut, dengan sangat terpaksa ia membuka kelopak matanya yang sangat lengket, beberapa kali ia mengerjap untuk menjernihkan penglihatannya, dengan tubuh yang terasa lemas dan kepala yang begitu sakit ia mencoba berdiri, suara ketukan dari pintu kamarnya yang terdengar semakin keras mengakibatkan sakit di kepala semakin menjadi-jadi, sambil melangkah terhuyung mencoba meraih kenop pintu dan membukanya. Dilihatnya sang bunda sudah berdiri menatapnya dengan penuh kecemasan, kedua mata sang bunda terlihat sangat bengkak mungkin bundanya juga menangis semalaman. Zahra terkejut ketika bunda tiba-tiba menariknya masuk ke pojok kamar dan membanting pintu dibelakangnya.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang