Zahra POV
Merawat dan meladeni seorang Derian yang sedang terbaring sakit ternyata jauh lebih menyebalkan dan melelahkan. Padahal baru satu hari aku merawatnya rasanya sudah seperti setahun.
Karena pada dasarnya Derian adalah seorang pemimpin perusahaan, ia jadi tidak punya banyak waktu untuk
hanya berdiam diri bahkan untuk istirahat saat sedang sakit. Sebenarnya aku memang sudah terbiasa untuk merawat seseorang karena itu juga sudah menjadi bagian dari profesiku tapi merawat Derian berbeda , karena selain meladeninya memenuhi kebutuhan dasar, aku juga harus membantunya bekerja.Jangan pernah bayangkan kalau adegan merawat seorang Derian akan seromantis kisah-kisah cinta ala film korea, karena kenyataannya tidak ada satu cuplikan adegan itu yang aku dan Derian lakukan, aku pun sebenarnya tidak mengharapkan hal-hal aneh macam itu. Rutinitas yang kulakukan menjadi dua kali lipat sibuknya, aku harus menyuapi Derian, membelikannya kopi, membacakannya koran,dan setumpuk laporan, membantunya untuk tanda tangan berbagai perjanjian, membeli bergelas-gelas kopi dan kue untuk meeting, membantunya ke kamar mandi, dan seterusnya sampai malam saat Derian tertidur aku pun masih dibuat sibuk oleh mimpi buruknya.
Tubuh dan otakku rasanya remuk,aku benar-benar membutuhkan break time. Seperti sekarang ini aku sengaja mencuri waktu di sela tidur siang Derian, setelah melakukan berbagai cara untuk membuatnya tidur, mulai dari membujuknya, sampai aku harus menghubungi dokter untuk memberikan Derian obat yang bisa membuatnya mengantuk. Bukan karena aku egois, tapi memang itu juga dibutuhkan oleh tubuh Derian saat ini, contohnya semalam karena seharian dia sibuk dengan berbagai laporan dan terus menatap laptop di pangkuannya, akhirnya waktu tidur malamnya terganggu karena nyeri kepala hebat dan mimpi buruk.
Di siang hari yang terik duduk sendirian di tengah taman yang sepi mungkin kelihatannya agak sedikit aneh, tapi aku tidak menghiraukannya, panas matahari yang berada di tengah puncaknya, tidak terlalu menggangguku karena lindungan dari dahan pohon yang rindang dia atasku.
Angin sepoy-sepoy meniup lembut pipiku, membawa sedikit demi sedikit kelelahanku terbang bersamanya, ditemani segelas ice cappucino dan sepotong crape, sungguh lengkap sudah break time ku ini. Lalu, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk menelfon bunda, sudah lama rasanya semenjak aku menikah dengan Derian aku tidak pernah menghubungi bunda. Selain karena masalah waktu, juga karena yah, kalian tau lah...bagaimana aktivitasku bersama Derian yang kuhabisi hanya dengan air mata dan suara teriakan, membuatku enggan untuk membagi penderitaanku pada bunda. Aku tidak mau dia juga ikut merasa sedih mendengar curahan hatiku, biar bagaimanapun alasan bunda menikahkanku dengan Derian selain karena ia menjadikanku taruhan tetapi lebih karena ia ingin aku bisa hidup serba tercukupi dan bahagia bersama suamiku.
Aku merogoh saku gamisku dan meraih handphoneku, kutekan nomor bunda,dan menelfonnya. Setelah menunggu nada sambung ketiga pada akhirnya suara bunda menyahut lirih dari sebrang. Jantungku berdegup kencang serasa tidak sabar untuk berbicara banyak hal bersama bunda. Terlintas kembali kenanganku dulu saat masih tinggal bersama bunda kami sering menghabiskan waktu libur kami dari sore sampai malam hari hanya untuk mengobrol dan bercanda berdua.
" Assalammualaikum bunda..."
" Wahh Zahra putriku..." Suara bunda terdengar sangat senang, bahkan aku bisa merasakan bahwa dia pasti sedang tersenyum dengan girang saat ini.
" Bundaa aku kangen ...." Kataku dengan nada manja, dan tanpa sadar kedua tanganku memeluk tubuhku sendiri.
" Bunda juga nak...bagaimana keadaanmu disana ? Kau sehat ? Apa ada masalah ? Bagaimana Derian ? Kapan kau akan menjenguk mama bersama suamimu ? " rentetan pertanyaan dari bunda membuatku tersenyum pahit.
" Aku insyaAllah baik-baik saja, tapi Derian sekarang sedang sakit dia kecelakaan, dan kondisinya sekarang sudah membaik " terdengar suara bunda mengucapkan istighfar.
![](https://img.wattpad.com/cover/48504770-288-k413471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband For Zahra
Romance" bunda aku memang selalu memimpikan diriku untuk menikah, tapi tidak dengan cara seperti ini bu, aku mohon....sadarlah bunda..ini tidak baik...ini sama saja kau menjual diriku !!!" Zahra menangis terisak-isak suara gerungan tangisannya terdengar be...