Chapter 29

15K 776 81
                                    

Sudah sebulan dilalui Sarah dengan banyak rasa sakitnya penyesalan dan pembalasan dendam, kini di setiap ia tertidur bayangan tentang kisah Derian selalu hadir dalam mimpinya, dan di setiap kali ia terbangun serentetan penyiksaan sudah menunggunya. Derian tidak datang setiap hari hanya beberapa saat saja ia datang, namun di saat itulah berbagai siksaan untuk penebusan dosa disuguhkan untuk Sarah. Kadang di siang hari Sarah harus merasakan rasanya tersengat langsung sinar matahari dengan tubuh yang terikat di atas kursi, begitu pun ketika hujan turun maka Derian akan membiarkan Sarah kehujanan.

Hari ini Derian datang dengan wajah yang sangat sumringah, entah ide gila apa lagi yang muncul di kepalanya untuk menyiksa Sarah.

" Hallo ! Apa kabar ? "

" Apa kau merasa kesepian ? Apa kau merasa membutuhkan seseorang ? "
Derian bertanya tepat di depan wajah Sarah yang masih lusuh.

" Akan kuberikan bukan hanya satu tapi sepuluh dan tidak hanya hari ini tapi nanti di beberapa hari ke depan juga akan ku berikan " Sarah hanya diam saja melihat tingkah Derian yang kini menaruh sebuah kamera mengarah kepadanya yang duduk di atas kasur.

" Untuk apa benda itu ? " Sarah memberanikan dirinya untuk bertanya namun Derian nampak tidak menghiraukannya, malah pria itu duduk di atas kursi dan meraih ponselnya.

" Masuklah ! Semua sudah siap ! "
Sarah masih menatapnya penuh tanya dan rasa waspada. Hingga munculah sekitar sepuluh pria dengan wajah yang sangat asing, dari pakaian mereka nampak berbeda-beda ada yang sangat rapi dengan stelan jas seperti pengawal, ada yang nampak lusuh dan seperti pemabuk.

Mereka menatap Sarah dengan intens, menanggapi tatapan itu membuat bulu kuduk Sarah menjadi berdiri.

" Ya ! Tunggu apalagi silahkan nikmati santapan kalian " Setelah Derian memberi aba-aba tanpa menunggu lama kesepuluh pria itu satu persatu membuka pakaiannya dan mulai mendekati tubuh Sarah.

" Apa mak....sud semua ini ?! Ti ti tidaaakk tidaakkk Derian ! Derian ! Derian " Sarah meronta hebat saat para pria itu mulai mengoyak pakaiannya dan menindihnya, bahkan sebagian lagi mulai melumat bibir dan menjilati tubuhnya.

Derian nampak tidak memperdulikannya malahan ia tersenyum bahagia sambil berjalan meninggalkan tempat itu. Suara teriakan dan rintihan tangis seorang Sarah yang terdengar begitu memilukan bahkan tidak sedikit pun mengganggunya.

Ia terus berjalan hingga menuju ke teras rumah dimana mobil mewah miliknya sudah terparkir.

" Ayo kita pergi ! Nampaknya sudah saatnya kita menjemput sang tuan putri Zahra " Derian lalu menghilang bersama mobil hitamnya yang melaju bagaikan angin.

*********

Setelah berjam-jam penyiksaan itu telah berlalu masih menyisakan jeritan tangis, air mata, dan keringat. Sarah dengan tubuh yang masih gemetar dan tatapan mata yang kosong, masih tidur meringkuk di atas kasurnya dengan tubuh yang kotor dan bau. Ia masih belum mampu untuk berdiri di atas kakinya yang lemas seperti tanpa tulang, tubuhnya pun remuk menjadi bubur apalagi hatinya mungkin sudah hilang menjadi butiran debu.

Air mata terus mengalir di atas pipinya yang lengket, hatinya terasa begitu sakit, perih, panas, dan entah kata-kata apalagi yang mampu ia gambarkan untuknya.

" Ma...aaf....."

" Ma...maafkan...aku..... "

" Tol....long akuuuuu......" Sarah berkata lirih dengan bibirnya yang bergetar, ia tahu percuma saja ia berteriak karena tidak akan ada seseorang yang akan menolongnya

" Zah...raaaa " Dengan tatapan yang kosong ia hanya mampu memanggil nama sang malaikat yang sangat ia rindukan.

" Zahraaaaa "

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang