Author POV
Tanpa terasa setahun sudah Zahra pergi menjauh dari sosok Derian. Meskipun bayang-bayang kegelapan itu masih menghantuinya, tapi ia merasa setidaknya hidupnya saat ini cukup bahagia.
Banyak perubahan yang ia lalui selama pergi dan memilih menjalani hidup bersama Zain. Karena sekarang ia memperoleh seorang anggota keluarga baru, yaitu Aisyah putri pertama sang kakak. Kesehariannya banyak dihabiskan bersama keponakannya itu. Terlebih lagi sekarang mereka sudah memiliki kediaman baru, yang cukup tenang di pinggir kota.
Karena kondisi psikologis Zahra masih belum terlalu baik, jadi ia memilih untuk vakum dari aktivitas profesinya. Tidak banyak hal yang ia lakukan sehari-hari, sekarang ia hanya disibukkan dengan membantu kakak iparnya mengurus Aisyah.
Siang ini hujan turun dengan derasnya namun tidak cukup kuat untuk melawan kehangatan yang tercipta di tengah meja makan. Zahra, zain bersama istrinya dan Aisyah, sedang sibuk bercengkrama berbagi kisah-kisah kenangan masa kecil mereka yang menyenangkan. Sambil sesekali tertawa oleh ulah menggemaskan Aisyah. Namun, kehangatan itu buyar seketika saat terdengar suara bel pintu berkali-kali.
Memaksa Zahra untuk berdiri meninggalkan meja makan, dan berjalan menuju pintu. Namun, sedetik kemudian saat kedua bola matanya mengetahui siapa tamu yang sudah mengganggu makan siangnya, seluruh kehangatan itu terasa terenggut paksa dari dalam dadanya. Membuat tubuh Zahra terhuyung ke belakang karena rasa terkejut, kedua katup bibirnya pun kelu tak mampu mengungkapkan satu patah kata pun.
" Zahra ini aku " Kata-kata yang keluar dari mulut Derian terdengar bergetar bukan hanya karena kedinginan tapi rasa rindu yang sudah menusuk hati hingga ke kerongkongan, membuatnya ingin segera merengkuh tubuh Zahra sekarang juga. Namun, ketika ia melihat reaksi Zahra yang terlihat ketakutan terhadapnya, menjadikan hatinya terasa nyeri.
Zahra tetap bergeming, tubuhnya kaku dan dadanya terasa sesak, sehingga air mata kembali menetes di pipinya.
" Zahra...
" K..kkaau "
" Siapa yang datang Zahra ? " Tanya Zain berjalan menghampiri Zahra yang masih terpaku dengan tubuh yang menegang.
" De..derian ? " Zain ikut terkejut melihat kehadiran Derian di kediamannya, dari pemgamatannya Zain yakin kalau kondisi pria itu sedang sangat buruk. Tubuhnya kelihatan kurus dengan jenggot dan jambang menutupi sinar ketampanan pria arogan itu. Ditambah tetesan air hujan yang membasahi rambut dan wajahnya menjadikannya terlihat semakin kusam dan lusuh.
" Ap..apa yang ingin kau lakukan ? " Zain segera melindungi Zahra dan mendekap tubuh wanita itu dengan erat
" Aku tidak bermaksud buruk, yang ingin kulakukan sekarang hanya ingin bertemu dan berbicara dengan Zahra, dan ini semua demi kebaikannya " Derian berkata dengan lirih.
" Kalau kau ingin melakukan hal yang akan membuatnya menjadi lebih baik, seharusnya kau menghilang dari kehidupan Zahra selamanya ! Jadi aku mohon pergilah ! " Zain segera mendorong pintu untuk menutupnya, namun satu tangan Derian menahannya.
" Aku hanya ingin memberikan ini untuknya " Derian menyodorkan sebuah map, yang dengan ragu Zain meraihnya dan membukanya.
" Surat perceraian ? " Zahra yang tadinya membenamkan seluruh wajahnya di dada sang kakak, segera memalingkan wajahnya dan meraih surat itu.
Cukup lama Zahra diam dan membaca setiap deretan kata di surat itu, hingga akhirnya ia memutuskan
" Masuklah ! Kita bicara sebentar ! " Zain dan Derian sama-sama membelalakkan kedua matanya dan menatap Zahr.
" Tapi Zahra bagaima....
" Kak ! Ini adalah urusan rumah tanggaku ! Aku tidak ingin ada ikut campur dari orang lain okey ! So sekarang biarkan kami bicara berdua saja " Cukup lama Zain menimbang-nimbang keputusan adiknya, hingga ia akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband For Zahra
Romance" bunda aku memang selalu memimpikan diriku untuk menikah, tapi tidak dengan cara seperti ini bu, aku mohon....sadarlah bunda..ini tidak baik...ini sama saja kau menjual diriku !!!" Zahra menangis terisak-isak suara gerungan tangisannya terdengar be...