Chapter 15

14.2K 681 4
                                    

Zahra POV

Sedetik kemudian kehangatan itu menjauhi tubuhku, melepaskan dekapan bunda terhadapku. Matanya kini terlihat kebingungan, keduanya bergerak tidak menentu menyorot wajahku dan pria asing yang berdiri di belakangku.

" Kau tidak datang bersama Derian ? "
Bunda bertanya heran kepadaku

Untuk pertanyaan yang satu ini cukup membuat otak di kepalaku bekerja lebih keras, mencari jawaban yang paling aman agar ibuku tidak marah. Jujur saja untuk orang yang sulit berbohong sepertiku,ini adalah persoalan yang rumit.

" mmm.." aku bergumam sambil memilin jemariku, tapi belum sempat mulutku terbuka sepenuhnya. Pria itu sudah mengulurkan tangannya dan menyelaku.

" Saya jhonson nyonya, saya salah seorang teman dekat Derian, dan dia memintaku untuk menemani istrinya bertemu dengan anda karena kondisinya masih kurang stabil " jawaban yang ia berikan telah membuatku menganga kaget, tapi sedetik kemudian aku mengangguk setuju.

Tapi aku rasa alasan yang telah Jhonson berikan masih kurang meyakinkan bunda. Terlihat dari dahi bunda yang masih berkerut curiga dan menatapku tajam.

" Kalau begitu silahkan masuk ! hangatkan tubuh kalian " Bunda mempersilahkan kami masuk, dan menggiring kami menuju ruang tamu.

Ku teliti setiap sudut ruangan rumahku, semuanya masih tetap sama hanya saja sekarang kelihatan lebih kusam dan terdapat label merah menempel di setiap perabotannya. Suasananya juga tidak sehangat dulu dan terasa asing di hatiku.

" Tuan bisakah anda menunggu di sini, saya hendak berbicara dengan putri saya sebentar " Bunda secara tiba-tiba menarik lenganku untuk mengikuti langkah cepatnya menuju ruang kerja, tanpa memperdulikan jhonson yang masih berdiri terpaku menatap heran tingkah bunda.

" Zahra ! " bunda memindahkan cengkramannya ke pundakku agar menghadap langsung ke wajahnya yang merah padam.

" Katakan yang sejujurnya padaku ! Siapa pria itu ? Bagaimana bisa kau datang ke rumah ibumu bersama pria asing ? " Bunda membelalakkan matanya kepadaku.

" Bunda...di...dia itu teman "

" Kau bohong ! " Teriakan bunda memotong perkataan terbata-bata ku.

" Kau pikir bunda bisa dengan mudah kau bohongi ! Cepat katakan yang sejujurnya Zahra ! Sebelum bunda marah dan mengusir kalian berdua dari rumah ini ! " Peringatan bunda membuat wajahku seolah ditampar.

" Bun..bunda ini tidak seperti yang bunda pikirkan "

" Pikiran apa Zahra ? Bagaimana bisa aku tidak bisa berpikir macam-macam melihatmu datang bersama pria yang jelas-jelas bukan muhrimmu ! " Bunda mengguncang tubuhku cukup kuat.

" Bun..bunda...aku mohon tenanglah dulu biarkan aku menjelaskannya " kataku lirih membuatnya melemaskan cengkramannya di tubuhku, dengan nafasnya yang kelihatan naik turun menahan marah. Lalu aku dengan kedua tanganku menggiring tubuhnya untuk duduk di kursi berusaha meredakan emosinya.

" bun...sebenarnya dia memang bukan teman Derian " mata bunda terlihat semakin melebar dengan warna merah padam di skleranya.

" Zahr ! "

" sssstttt " Aku mencegah letupan amarah bunda dengan menutup bibirnya menggunakan telunjukku.

" Bunda aku mohon tenanglah sebentar, ini tidak seperti yang ibu pikirkan " bunda terpaksa diam dalam frustasi, lalu dengan kesal ia menyingkirkan tanganku.

" Aku datang ke sini memang tanpa sepengetahuan Derian, pria itu adalah seorang dokter magang, tadinya aku ingin ke sini sendirian tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan dan dia menawarkanku bantuan dengan terpaksa aku menerimanya " Bunda tidak memberi respon apapun ia hanya mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, dengan wajahnya yang kelihatan semakin masam membuatku bergidik takut.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang