Chapter 16

14.1K 713 4
                                    

Zahra POV

Mengikuti les sore ini rasanya tidak seperti biasanya, tubuhku terasa begitu lemas dan kepalaku pusing. Mungkin karena aku melewatkan makan siangku tadi.

Apalagi pelajaran matematika yang disajikan di hadapanku ini membuat perutku seperti dikocok. Entah sudah tidak terhitung lagi, berapa kali aku melirik ke jarum di jam dinding. Menghitung setiap menit yang harus kulewati bersama angka dan setumpuk buku yang tidak menggugah seleraku. Keadaanku tidak jauh berbeda dengan beberapa temanku yang duduk tidak jauh dariku, mereka juga sepertinya bosan dan beberapa bahkan mulai mengantuk.

Keheningan di ruang kelas bimbinganku tiba-tiba terusik oleh suara ketukan keras di pintu. Dan benar saja tanpa menunggu lama seorang pria yang kukenal sebagai sekertariat tempat bimbingan belajarku masuk dengan tergesa-gesa menghampiri guruku. Ia lalu terlihat saling berbisik sebentar sebelum membalik tubuh besarnya menghadap ke arah kami.

" Siapa disini yang bernama Zahra Salsabiela ? " pertanyaan yang ia ajukan di depan kelas sontak membuatku mengangkat tangan tinggi-tinggi.

" Dek, kamu sudah dijemput, ayahmu jatuh sakit " mendengar pernyataannya yang mengejutkanku, membuatku refleks segera berdiri dan dengan cepat memasukkan semua buku dan alat tulisku.

Tanpa memberi salam atau ucapan sampai jumpa pada teman-temanku, aku langsung berjalan cepat keluar gedung tempat bimbingan belajarku. Di depan sudah ada mobil jemputanku menunggu, tanpa harus menanyakan lebih jauh aku langsung saja masuk ke dalamnya dan melaju cepat meninggalkan tempat itu.

Pintu besar ruangan kamar ayahku kudorong kuat-kuat hingga suaranya berdebum keras. Kulihat Ayah sedang terbaring di atas kasur dengan wajah yang sangat pucat, dikelilingi oleh beberapa pelayan dan seorang dokter pribadi. Wajah mereka kelihatan tidak bersahabat, bahkan aku dapat melihat seorang pelayan kesayangan ayah menggetarkan bibirnya menahan tangis. Perasaan aneh mulai menghinggapi hatiku. Dengan langkah yang bergetar aku segera menghampiri tubuh ayahku, kulempar tasku jauh-jauh dan berlutut di samping kasur.

" Ayahhh....." kuusap lembut wajah tampannya yang sekarang terasa sedingin es.

" Ayahh bangun ayahh....Zahra sudah ada di sini " Aku meraih tangannya dan menciumnya lembut, tapi tidak ada jawaban atau senyuman yang tersirat di wajahnya untuk menyambutku. Bibirnya tetap terkatup rapat, matanya pun masih terpejam.

Aku mendekatkan wajahku ke padanya dan mencium pipinya dengan lembut. Berharap ia bisa menyadari kehadiranku, tapi ternyata usahaku nihil.

" Zahra " tangan dokter Mike menyentuh pundakku.

" ayahmu sudah meninggal dunia " pernyataan yang diberikan olehnya seolah menusuk kepala hingga ke dalam jantungku.

Duniaku terasa runtuh rata dengan tanah, isi kepala dan hatiku masih sulit menerimanya. Kuguncang tubuh ayah lebih kuat berharap ia bisa bangun dan memberi senyumannya padaku.

" Ayahh.....bangun ! Ini aku Zahra Ayah.....! Bangun ayah ! " Aku menggerung dalam tangisanku di atas pundak ayah yang dingin.

Gubrakkk ! Suara pintu yang terbuka keras mengagetkan semua orang di ruangan itu tanpa kecuali diriku. Ku lihat kakak dan bundaku berjalan dengan tatapan kosong menatap tubuh ayah yang telah terbujur kaku di sampingku.

Penampilan mereka berdua sangat kacau, wajah bunda terlihat sangat kotor dan ada luka di pinggir bibirnya yang masih berdarah. Begitu pun dengan kakakku Zain, kelopak matanya membiru dan ia berjalan dengan terpincang-pincang. Aku tidak tau apa yang habis mereka berdua lakukan, pikiranku tidak memperdulikannya.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang