Author POV
Zahra sedang berhias diri di depan cermin, wajahnya yang cantik berpoleskan make up tipis terlihat bersinar cerah terpantul sinar mentari pagi. Seulas senyum tidak terlepas dari sudut bibirnya, hari ini ia merasa sangat lega karena pada akhirnya ia dapat berjumpa dengan bunda secara baik-baik. Terdorong rasa tidak sabar ia pergi ke lantai bawah hendak menemui Derian di kamarnya, hanya sekedar untuk memastikan pria itu sudah menyiapkan diri. Jantungnya berdegup keras saat mengetuk pintu.
Satu ketukan
Dua ketukan
Tiga ketukan
Masih belum ada suara jawaban dari dalam kamar Derian, membuat Zahra menjadi sedikit gelisah. Ia takut kalau ternyata persetujuan Derian kemarin memang benar hanya janji palsu pria itu saja. Hatinya mulai merasa sedikit kecewa, ternyata kebahagiaan yang dia bayangkan tadi malam hanya akan menjadi bunga tidurnya saja. Dengan langkah yang lemas ia berjalan meninggalkan pintu kamar Derian. Namun, baru ia hendak membawa telapak kakinya menuju tangga, terdengar suara klakson mobil yang sangat bising di luar. Zahra penasaran dan langsung berlari cepat membuka pintu depan rumah, dilihatnya Derian sudah berada di dalam mobil melambaikan tangan padanya menyuruhnya untuk cepat masuk. Tanpa menunggu lama, Zahra segera masuk ke dalam mobil, dengan mengenakan sepatu seadanya.
Zahra terlihat tertawa kecil, pipinya merona sedikit karena rasa senang yang meledak-ledak di hatinya. Ia cukup merasa bersyukur memiliki suami dengan penuh kelabilan seperti Derian, karena ia sangat pintar membuat jantungnya berdegup tanpa henti karena kejutan-kejutan yang ia berikan.
Melihat ekspresi ceria yang tercetak di wajah Zahra sempat mengalihkan dunia Derian, matanya tidak bisa berhenti memandangi Zahra, bahkan tubuhnya sekarang menjadi sangat kaku seperti patung. Ia sempat menjadi lupa akan rasa benci dan marahnya selama beberapa detik tapi sedetik kemudian moodnya kembali ke mode Derian yang dulu.
Mereka menghabiskan perjalanan dalam kesunyian, dan ini jauh lebih menyenangkan bagi mereka berdua ketimbang harus saling berkomhnikasi yang berujung perdebatan. Sesampainya di depan pintu kediaman ibunda Zahra, Derian dengan lembut menepuk bahu Zahra membangunkannya dari tidur. Kesunyian dan ketenangan selama perjalanan tanpa sadar sudah menghipnotis Zahra. Matanya kelihatan mengerjap-ngerjap berkali-kali untuk mengembalikan kesadaran.
"Cepatlah keluar ! Kita sudah sampai "
Derian tiba-tiba menarik tangan Zahra untuk mengikutinya keluar mobil.Zahra yang masih setengah sadar harus terhuyung saat mencoba mengikuti seretan langkah Derian. Tangan Derian yang besar dan hangat menggenggam kuat pergelangan Zahra seolah wanita itu akan kabur dari tangkapannya. Dengan langkah santainya sampailah ia membawa tubuh mereka berdua berdiri di depan sebuah pintu besar. Zahra terlihat sedikit gugup tangannya terasa dingin dan berkeringat di dalam genggaman Derian, ia juga menghembuskan nafasnya berkali-kali untuk menenangkan degupan jantungnya. Ia tidak tau kenapa harus merasa segugup ini, padahal ia hanya harus bertemu sang bunda mungkin karena sekarang ia akan menemui bundanya itu bersama dengan Derian. Ia menjadi takut kalau bundanya nanti mulai menanyainya berbagai hal tentang kehidupan rumah tangganya bersama Derian, isi kepalanya sudah mulai memanas memikirkan banyak alasan bohong yang harus ia rangkai untuk menjawabnya.
" Ayo ketuk pintunya tunggu apa lagi " Suara Derian membuat Zahra tersentak kaget.
Tok tok tok
Tok tok tok
Tok tok tok
Tok tok tok tok bunn ! Assalammualaikum ! Ini Zahra !
Belum juga ada jawaban terdengar dari dalam rumah, membuat mereka berdua saling melirik bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Husband For Zahra
Romance" bunda aku memang selalu memimpikan diriku untuk menikah, tapi tidak dengan cara seperti ini bu, aku mohon....sadarlah bunda..ini tidak baik...ini sama saja kau menjual diriku !!!" Zahra menangis terisak-isak suara gerungan tangisannya terdengar be...