Derian POV
Suara dering handphone milikku menghentikan putaran musik kesukaanku, dengan kesal ku raih handphoneku dari atas meja. Ku lihat ada nama sahabatku Roland tampil di layarnya. Aku menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya ku angkat telfonnya dengan terpaksa.
Pertama pasti dia akan mengejekku
" heeyyy, pengantin baru " suara nyaringnya terasa menusuk telingaku.
" kenapa lama sekali kau mengangkat telfonku ?
Padahal aku mengangkatnya pada dering keempat yang biasanya aku mengangkatnya pada dering kedua, apa itu lama ?
" emm, iya aku sedang istirahat " jawabku datar
" woww apa kau merasa kelelahan sehabis melaksanakan malam pertamamu ? " dia bertanya dengan nada mengejek, dan aku hanya bisa tertawa menanggapinya.
" Nampaknya itu hanya akan terjadi di dalam mimpi basahmu saja rolly "
Kini giliran Roland yang tertawa" hey bung, bagaimana bisa kau tidak mengundangku ke acara pesta pernikahanmu ? Aku kan penasaran ingin melihat bagaimana wujud istrimu si putri Purnama " ujar Roland dengan nada kecewa
" ehh, iya aku memang hanya mengundang beberapa kolega dan keluargaku saja " aku menjawab dengan nada malas.
" Nah, kalau begitu bagaimana kalau sekarang kau merayakannya bersamaku ? Sekaligus perayaan keberhasilan perusahaanmu menguasai seluruh aset milik Purnama grup " Sebenarnya aku merasa sangat lelah, apalagi setelah seharian berdiri menyambut tamu dan berpura-pura ramah tamah dengan keluarga Purnama. Tapi tawaran yang dikatakan Roland terdengar menggiurkan, ku pikir memang tidak ada salahnya jika aku merayakan keberhasilanku ini dengan temanku, lagipula sudah lama aku tidak berpesta.
" Baiklah, dimana kita bertemu ? " tanyaku.
" Di longnight bar and discotique "
" baik aku akan kesana " aku langsung bangkit dari kasurku, meraih jas dan kunci mobilku lalu melangkah keluar kamar. Aku sempat berniat untuk menengok Zahra di kamarnya, sekedar memastikan kalau ia tidak kabur dari rumahku, tapi aku mengurungkan niatku, dan kembali melangkah menuju pintu.
Selama perjalanan ku putar musik kesukaanku perfectly lonely, John Mayer , membuat suasana di malam ini semakin terasa menyenangkan buatku. Apalagi jika aku akan menghabiskannya dengan berpesta bersama beberapa sahabatku , daripada harus mendekam di rumah bersama seorang putri Purnama yang sok alim.
Saat tiba di bar seperti biasa sahabatku Roland dengan gayanya yang cuek sedang duduk bersama dua wanita seksi, dan saat melihatku yang pasti pertama kali ia lakukan adalah menawarkannya padaku.
" Kau pilih yang mana ? " dia menepuk pundakku.
" Tidak usah, aku sedang tidak bergairah " ujarku, lalu kupalingkan wajahku untuk memesan minuman ke seorang bartender. Kulihat Roland sudah mengusir kedua wanita itu dan duduk di sebelahku. Satu tangannya merangkul pundakku.
" Hey, ada apa denganmu bro ? Apa kau sudah merasa puas dengan istrimu hah ? " aku menjitak kepalanya mendengar pertanyaan konyol itu.
" Aku tidak sudi untuk menyentuhnya, kau tau kan " aku mengangkat bahuku
" hei kau pernah mendengar bahwa nafsu dapat menutupi segala amarah dan menghapus dendam, memang si putri Purnama itu bagaimana penampilannya ? " Roland mengedipkan satu matanya, dan menatapku penasaran.
" Dia sebenarnya orang yang menarik, dia putih, tinggi, langsing, wajahnya bersinar, matanya tajam, tulang pipinya tinggi dan bibirnya...lengkung bibirnya sangat indah, dan dia menggunakan jilbab " Mataku menatap gelas minumanku saat mendeskripsikan bagaimana penampilan Zahra, entah kenapa aku bisa sangat mengenal wajahnya seolah bayangan dirinya terpantul di dalam minumanku. Aku tersenyum pahit, menyadari kenyataan bahwa aku memang sudah kagum dengan kecantikan Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband For Zahra
Romance" bunda aku memang selalu memimpikan diriku untuk menikah, tapi tidak dengan cara seperti ini bu, aku mohon....sadarlah bunda..ini tidak baik...ini sama saja kau menjual diriku !!!" Zahra menangis terisak-isak suara gerungan tangisannya terdengar be...