Chapter 27

14.1K 807 53
                                    

Derian POV

Mendengar Zahra meminta izin padaku untuk menemui salah satu temannya telah menyalakan sinyal curiga di kepalaku. Wanita itu mungkin terlalu polos sehingga mengira aku dapat dengan mudah membebaskannya. Karena sebenarnya tanpa diketahui oleh Zahra aku sudah mengirim salah satu orang kepercayaanku untuk memata-matainya.

Selama berada di kantor, walaupun sekarang aku sedang berada di tengah meeting, mata dan pikiranku tidak bisa berpaling dari layar monitor laptopku. Sesekali aku berusaha memfokuskan diri, namun tetap saja otakku tidak mampu kualihkan. Aku menunggu informanku itu mengirimkan beberapa berita tentang Zahra.

Alasan sebenarnya aku melakukan ini semua karena aku curiga dengan sikap Zahra yang tiba-tiba berubah kepadaku. Seperti ia sedang menyembunyikan sesuatu dariku, sehingga membuatku banyak berpikiran aneh tentangnya. Bahkan, aku sempat beranggapan sepertinya Zahra sedang berhubungan dengan pria lain di belakangku. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berpikir sebodoh itu, apa mungkin aku sudah menjadi seorang posessive ?.

Saat aku sedang sibuk dengan isi kepalaku sendiri, tiba-tiba sebuah tanda email masuk muncul di layar laptopku. Sontak karena refleks aku pun segera menepuk tanganku satu kali sambil menegakkan tubuhku di kursi, dan mulai menatap laptopku dengan antusias. Tanpa menyadari banyak mata yang menatapku aneh, tapi aku tetap tidak memperdulikannya dan berusaha tetap stay cool sambil menyuruh mereka meneruskan meeting.

Jantungku berdegup cepat, saat aku membuka email itu, dan benar saja mataku langsung membelalak saat kulihat foto Zahra sedang bersama dengan seorang pria di tengah sebuah taman. Ku lihat mereka berdua nampak sangat dekat, bahkan mereka sempat saling berpelukan. Melihat satu-persatu foto itu membuat kepalaku mendidih, sampai wajahku memanas dibuatnya. Bahkan untuk mengendalikan emosiku, gigiku sampai bergemelutuk dan tubuhku bergetar.

" sir apa anda baik-baik saja " Lily sekertarisku menepuk pundakku untuk menyadarkanku, tapi emosi yang sudah membakar seluruh tubuhku tidak mampu ku redam lagi

" Meeting selesai ! " Aku menutup laptop dengan keras dan segera beranjak keluar dari ruang meeting. Mata-mata kebingungan dan kekecewaan tampak jelas dari orang-orang di dalam ruangan itu, namun aku sungguh sedang tidak bisa berpikir jernih lagi.

" Argghhhhhhhhh " Setelah kembali ke ruanganku, aku segera mengunci pintu dan meninju dinding di belakangku. Berulang kali aku mengacak rambutku untuk melampiaskan rasa frustasiku.

Namun, nada pesan dari ponselku membuatku berpaling, kuraih cepat benda itu. Saat ku lihat tanda pesan dari informanku, aku pun segera membukanya tidak sabar. Saat kulihat satu persatu foto di dalamnya mataku terasa semakin panas. Di dalam foto itu jelas terlihat kalau pria itu bersama dengan Zahra sedang berada di dalam sebuah bandara.

Namun, sinyal di mataku menangkap hal yang lain. Dengan penasaran aku memperbesar gambar itu dan memfokuskannya pada wajah sang pria, dan benar saja betapa terkejutnya diriku. Saat aku menyadari bahwa pria itu bukanlah orang asing yang belum pernah ku kenal. Ya, ternyata pria itu adalah orang yang terlihat sama seperti bertahun-tahun lalu di saat aku membunuh ayahku di depan matanya.

Meskipun penampilannya saat ini sedikit lebih dewasa tapi aku merasa yakin kalau dia adalah Zain kakak dari Zahra. Tak lama saat aku masih dibuat terpana dengan sajian kenyataan di depan mataku, dering telfon kembali mengagetkanku. Lalu ku angkat saja tanpa kulihat caller id yang tertera di layarnya.

" Hallo "

" Tuan! Ini saya leo, saya ingin memberitahu anda bahwa istri anda baru saja berangkat dengan penerbangan menuju Jerman " jawaban dari sebrang membuat tubuhku menegak dengan mata yang membelalak. Tubuhku terasa kaku, di saat detik waktu terasa berhenti, mulutku pun menjadi kelu tidak bisa berucap satu patah katapun.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang