Chapter 22

14.2K 655 11
                                    

Zahra POV

Seperti biasanya kegiatan di pagi hariku, kulalui dengan menyiapkan sarapan pagi. Sejak semalaman perutku tidak berhenti bernyanyi, mungkin karena terlalu lelahnya aku berpikir sehingga banyak energi yang harus aku keluarkan. Saat aku berjalan menuju dapur aku sempat melewati depan kamar Derian, kulihat pintunya masih tertutup rapat entah ada penghuninya atau tidak. Sempat terbesit dalam pikiranku untuk mengetuk pintunya sekedar memastikan pria itu sudah pulang atau belum. Tapi aku mengurungkan niatku, karena kupikir seorang Derian hanya perlu dipancing dengan aroma masakanku saja dia akan datang menghampiriku.

Menu sarapan kali ini agak kubuat sedikit berbeda karena aku benar-benar membutuhkan banyak energi sekarang. Tidak sampai satu jam makanan olahanku sudah tertata rapi di atas meja, tidak seperti biasanya aku belum melihat kemunculan Derian di hadapanku.

Pasti dia belum pulang

Aku mengunyah makananku pelan-pelan sambil memijat-mijat dahiku yang terasa nyeri, nampaknya aku membutuhkan aspirin untuk meredakannya. Entah kenapa setelah menikah dengan Derian kepalaku menjadi sering sakit dan sepertinya aku juga mulai kecanduan aspirin. Pikiran-pikiran itu belum juga bisa hilang dari dalam kepalaku, membuatnya semakin bertambah berat. Aku tidak tahu sampai kapan semua gangguan ini dapat hilang dariku.

Saat aku masih sibuk dengan sakit kepala, sarapan dan pikiranku aku mendengar suara pintu kamar Derian yang berdebum. Sepertinya aku telah salah kira, tapi aku memilih untuk tidak menghiraukannya, kembali melanjutkan aktifitasku meskipun ada sedikit rasa waspada. Aku mengernyitkan dahiku saat pendengaranku mendengar suara asing yang tidak pernah kudengar sebelumnya, kupikir itu hanya khayalanku saja tapi saat aku menajamkan telingaku, terdengar suara mirip tawa seorang wanita yang semakin mendekat. Aku menggelengkan kepala takut itu hanya halusinasiku akibat sakit di kepalaku, tapi apa yang kulihat di hadapanku telah menjawab semuanya.

Derian dengan senyuman sumringah yang tersungging di bibirnya nampaknya sedang asik menikmati godaan dari seorang wanita yang ada di rangkulannya. Keduanya nampak tidak terkejut sama sekali saat melihatku sudah duduk terpaku menatap tingkah aneh mereka berdua.

Aku merasa sedikit jijik melihat kelakuan kedua sejoli di hadapanku, dimana Wanita itu sedang asik bergelayut sambil menggesek-gesek bagian depan tubuhnya ke dada telanjang Derian, apalagi ia hanya menggunakan kemeja putih mungkin milik Derian, dan kelihatannya tanpa menggunakan apa pun di dalamnya, sehingga aku dapat melihat warna kulitnya samar-samar.

Yang lebih membuatku jijik, Derian justru sangat menikmatinya bahkan mengeluarkan suara erangan yang aneh saat wanita itu menggigit telinganya. Mereka terus melakukan kegiatan menjijikan itu sambil berjalan menghampiriku, suara tawa mereka menggelitik seluruh tubuh hingga ke dalam lambungku, membuatku ingin muntah.

Derian nampak tidak peduli ada aku di hadapannya, ia bahkan mempersilahkan wanita jalang itu duduk di sampingnya dan menyuruhku untuk menyiapkan satu sarapan lagi untuk wanita itu. Aku benar-benar tidak habis pikir seberapa bejatnya pria yang sekarang ini kuanggap sebagai suamiku, bisa berbuat zina di hadapan istrinya.

" Siapkan satu sarapan
lagi untuknya ! " Derian memutar kedua bola matanya membuang muka enggan menatapku.

" Aku tidak mau ! Siapkan saja sendiri aku bukan pembantumu ! " Aku menggebrak meja dengan keras lalu segera beranjak dari kursiku, lebih baik aku pergi daripada harus menahan rasa mual melihat kelakuan mesum suamiku. Tapi langkahku tiba-tiba dijegal oleh Derian, ia berdiri di depanku dengan jarak yang cukup dekat, bahkan aku bisa melihat kilat kulit dadanya dan hangat tubuhnya di depanku.

" Minggir ! " aku membelalakkan kedua mataku mengancam.

" Siapkan sarapan itu sekarang atau aku akan menghukummu ! " Derian berbisik mengancamku balik, di depan wajahku.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang