Chapter 10

17.4K 930 6
                                    

Author POV

Derap langkah Zahra terdengar mengetuk lantai dengan cepatnya, didorong rasa tidak sabar untuk segera mengetahui kondisi Derian saat ini. Kerudung biru mudanya terlihat berkibar cepat seperti ombak yang bergulung, mengikuti setiap langkah kakinya. Namun sesampainya tepat di depan pintu kamar perawatan Derian tiba-tiba tubuhnya kaku, entah kenapa semangatnya menjadi ciut. Ia kembali berpikir jika ia bertemu dengan Derian pasti yang ada hanya perdebatan sedangkan saat ini yang ia inginkan hanya untuk bisa mengetahui kondisinya, bukan karena ia cinta dan sudah mengkhawatirkan suami bejatnya, tapi ini lebih seperti rasa solidaritasnya kepada sesama muslim. Ia menghembuskan nafas berkali-kali untuk memantapkan hati, setelah mengucapkan basmallah di dalam hatinya, dengan sangat pelan ia mulai mendorong pintu, dia mengintip sedikit dari balik pintu. Dilihatnya Derian sepertinya sedang tertidur.

Dengan langkah yang sangat pelan ia mulai masuk dan berjalan mendekati Derian. Di tatapnya dengan teliti tubuh Derian yang terlelap dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut. Masih beruntung anggota tubuhnya masih lengkap hanya ada perban yang membalut kepala dan tangan kanannya. Karena penasaran ingin memastikan lebih dekat lagi, Zahra menarik kursi dan duduk di samping kasur menatap langsung wajah Derian yang kelihatan sangat tenang dalam tidurnya. Ia menatap wajah Derian dalam diam, namun isi kepalanya berjalan memutar waktu.

" Ayahhhhh !!!!! " Zahra kecil berlari dengan cepat menghampiri sang ayah yang sudah berdiri siap menyambut putrinya.

" Hap ! " Sang ayah berhasil meraih tubuh Zahra dan memutar tubuhnya dalam gendongan. Suara tawa geli Zahra membuat ayahnya tersenyum semakin lebar. Ia lalu membawa Zahra yang masih memeluk erat lehernya menuju ke sebuah pohon besar dan duduk bersandar dengan Zahra di pangkuannya.

" Ayah ! " Zahra menghentakkan kaki membuat kepalanya hampir menyundul dagu sang ayah.

" Iya sayangku..." ayahnya mencium puncak kepala Zahra.

" Ayah tampan sekali ! Aku suka ! " Suara tawa yang besar menyaut pujian dari Zahra.

" Tentu saja dong, kan aku ayahnya si Zahra yang cantik " Puji sang ayah lalu mencubit pipi kemerahan Zahra.

" Ayah..." Zahra menyandarkan pipinya ke pundak ayahnya.

" mmmm " gumam sang ayah.

" Kalau Zahra sudah besar nanti Zahra ingin punya suami yang setampan ayah ! " ucap Zahra dengan nada yang polos.

" Iya kau boleh memilih siapa pun yang kau mau, kau boleh pilih dia tampan atau dia kaya, semua terserah padamu sayang ! Asalkan...." Ayah Zahra menangkup kedua pipi anaknya, dan menatapnya lekat-lekat.

" Suamimu adalah orang yang sangat mencintaimu dan menghormatimu, dia juga haruslah seseorang yang lebih baik darimu mengerti ? " Zahra menganggukkan kepalanya.

Kembali ke masa kini, kedua bola mata Zahra masih menatap wajah Derian lekat-lekat.

Ayah sekarang aku sudah memiliki suami yang tampan bahkan lebih tampan darimu, tapi sayangnya dia tidak mencintaiku dan tidak lebih baik dariku.

Ketika pikirannya melayang tanpa arah, Zahra dikagetkan oleh suara rintihan Derian. Derian terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya gelisah, matanya masih terpejam dan ada kerutan di dahinya. Derian terus menggumamkan kata-kata yang tidak jelas.

" Ibu..ibu...jangan bu...jangan pergi..." Derian merintih dalam tidurnya. Zahra yang melihat itu merasa cemas.

" sstt...ssttt...ssttt semua akan baik-baik saja Derian... " satu tangan Zahra mengelus puncak kepala Derian, dan satunya menepuk-nepuk dengan lembut dadanya.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang