Chapter 8

18K 844 8
                                    

Author POV

Seusai sarapan dengan " panas ", yang seharusnya di hari Minggu ini ia bersantai-santai tapi ternyata Zahra harus disibukkan dengan membereskan seisi ruangan bekas pesta lajang Derian. Padahal, ia sedang flu dan demam, tapi mau bagaimana lagi Zahra tidak tahan untuk melihat betapa kacau balaunya rumah Derian. Karena ia juga yang akan merasa tidak nyaman jika kondisi itu dibiarkan saja.

" Haahhh " Zahra menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, membereskan rumah membuat tubuhnya berkeringat. Jilbab yang ia pakai sudah terasa gatal dan lengket, ketika ia ingin membuka jilbabnya, ia harus terbangun dulu, lalu menengok ke kanan, kiri, depan, belakang, untuk memastikan tidak ada siapapun yang melihatnya termasuk Derian. Ia tau tidak ada salahnya jika ia memperlihatkan auratnya kepada suaminya sendiri, tetapi jika suaminya adalah si Derian mesum itu pengecualian. Ia merentangkan tubuhnya di atas sofa, membuat rasanya darah mulai mengalir kembali ke tubuhnya.

Matanya menerawang menatap dinding langit-langit, ia berpikir tinggal beberapa hari lagi ia akan pergi ke Selandia Baru. Hatinya sungguh tidak sabar untuk mempercepat waktu, agar segera ia pergi menjauh dari gangguan Derian.

Ia segera bangkit dari posisinya dan kembali menggunakan jilbabnya berjalan menuju kamar, sesampainya ia, dengan berhati-hati mengambil sebuah buku catatan usang di dalam lemarinya, tersembunyi di balik tumpukan baju miliknya. Ia membuka tiap lembaran buku itu, hingga ia berhenti di sebuah halaman, yang terdapat foto di dalamnya. Di dalam foto itu terlihat ada seorang gadis kecil yang sedang dipeluk oleh seorang anak laki-laki yang usianya mungkin lebih tua sedikit dengan gadis itu. Di foto itu senyum indah merekah di wajah mungil mereka yang kelihatan mirip.

" Kakak...sebentar lagi kita pasti akan bertemu lagi " tetesan air mata Zahra jatuh membasahi buku itu.

Foto itu adalah milik Zahra, dan potret gadis kecil itu adalah dirinya, dan anak laki-laki itu adalah sang kakak Zain. Zain adalah satu-satunya alasan kenapa Zahra sangat ingin pergi ke Selandia Baru. Zain sudah menghilang sejak 7 tahun yang lalu, ia pergi meninggalkan keluarga Purnama persis setelah kematian ayahnya. Selama itu pula Zahra terus mencari sang kaka, beruntung berkat seorang informan yang ia percaya Zahra akhirnya berhasil menemukan alamat tempat kakanya bekerja dan itu di Selandia Baru. Selama ini memang bisa saja ia pergi sendiri tanpa harus menunggu adanya beasiswa, tapi itu akan sulit bagi Zahra karena ibunya pasti akan sangat melarangnya. Sehingga, Zahra menciptakan alibi untuk bisa pergi ke negara itu. Hitung-hitung sekalian mencari ilmu ia juga mencari saudaranya.

Zain adalah sosok yang sangat ia kagumi, dulu saat ayahnya masih hidup, Zain pernah digadang-gadang akan menjadi penerus yang paling diperhitungkan di Purnama grup. Karena kakanya dikenal sebagai sosok yang ambisius tapi lembut dan sangat bijaksana. Tapi, entah apa yang telah terjadi pada sang kaka hingga ia akhirnya menghilang meninggalkan sang bunda berjuang sendirian mempertahankan perusahaan itu.

Kini pintu itu sudah terbuka sedikit demi sedikit, Zahra bertekad jika nanti ia bertemu kembali dengan sang kakak, maka ia akan membuatnya mengambil kembali Purnama grup dari tangan Derian.

Selama ini Zahra memang tidak pernah peduli dengan bagaimana kondisi perusahaan Purnama, tapi karena sekarang perusahaan keluarganya itu sudah jatuh ke tangan Derian yang ia kenal licik, kejam dan juga angkuh. Membuatnya berubah pikiran, karena ia tidak mau jika suatu hari nanti perusahaan Purnama yang dulunya dikenal sebagai perusahaan yang bersih, dirubah menjadi pusat kemaksiatan oleh Derian.

Lamunan Zahra di kejutkan oleh Derian yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan menatap Zahra dengan dengan tatapan yang ia tidak mengerti. Segera Zahra menyembunyikan buku itu di bawah pantatnya, dan Derian berjalan pelan mendekati Zahra membuatnya semakin heran. Saat ia persis di depan Zahra, Derian menundukkan kepala mendekatkan mulutnya ke telinga Zahra, membuat bulu kuduknya berdiri dan tubuhnya gemetar ketakutan.

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang