Chapter 13

14.9K 734 6
                                    

Author POV

Hari sudah menjelang pagi, namun kedua mata Derian masih tertutup rapat lelap dalam tidurnya, tidak seperti hari sebelumnya, pagi ini Derian sudah melewatkan jadwal minum obatnya, bahkan ia belum mandi dan sarapan.

Sedangkan Zahra hanya duduk diam dalam lamunan menatap wajah Derian yang tenang dan damai dalam mimpi.

Kenapa dia selalu bermimpi buruk dan memanggil-manggil nama ibunya ?
Apa dia pernah memiliki masa lalu yang sangat menyakitkan bersama ibunya ? Aku harus mencari tahu hal ini

Zahra melirik jam dinding yang ada di kamar, yang ternyata sudah menunjukkan pukul 08.30, sekarang sudah waktunya Derian menerima visit dokter. Sedangkan sekarang pria itu masih tertidur pulas dan belum menyentuh obatnya sama sekali. Zahra berpikir berulang-ulang untuk membangunkan Derian, tangannya terulur pelan untuk menyentuh pundak Derian, tetapi ia menariknya kembali. Dan dia mencoba untuk yang kedua kalinya, saat ia mengulur tangannya mendekati pundak Derian pelan-pelan, ternyata secara mengejutkan tangan kiri Derian meraih tangannya, dan kedua matanya mulai membuka perlahan menatap langsung bola mata Zahra yang masih kelihatan membelalak kaget.

" Jangan " Tapi bukannya terbangun dari tidur, Derian malah menutup matanya lagi sambil menggenggam erat tangan Zahra, dan menaruhnya di atas dada, membuat Zahra bisa merasakan denyutan jantung Derian di punggung tangannya.

" Derian ayo bangun ! Ini sudah waktunya kau minum obat ! Sebentar lagi dokter akan visit cepatlah Derian berhenti main-main ! " Zahra mencoba melepaskan cengkraman tangan Derian, namun tetap tidak berhasil. Hingga akhirnya Derian secara tiba-tiba menarik lengan Zahra, hingga tubuhnya yang belum siap melawan harus terhuyung hingga merunduk dan menubruk dada Derian dengan cukup keras membuat kasurnya berguncang. Wajah mereka saling berdekatan satu sama lain, Zahra yang merasa janggal dengan posisinya, mencoba menjauhkan tubuhnya namun ternyata tangan kiri Derian mendorong punggungnya agar tetap mendekat dan menahannya kuat. Tidak disangka meskipun tubuhnya masih dalam tahap pemulihan, tetapi tenaganya tidak bisa dibilang lemah.

Kedua bola mata mereka saling bertemu, namun dengan arti yang berbeda,jika Zahra menatap Derian dengan tatapan menunjukkan rasa bingung dan takut, sedangkan Derian menatap Zahra dengan tatapan yang menunjukkan rasa kagum, terpesona sekaligus bergairah. Derian dengan perlahan semakin mendekatkan wajah mereka, hingga hidungnya menempel dengan ujung hidung Zahra. Zahra yang sedang gemetar ketakutan tidak bisa berbuat apa-apa selain terpaku dan memejamkan matanya.

Ya Allah bagaimana ini ? Derian sepertinya mau menciumku !

Melihat ekspresi ketakutan Zahra tidak membuat Derian gentar, ia malah semakin mendekatkan wajahnya dan bahkan mulai memposisikan bibirnya di dekat bibir Zahra. Nafas mereka saling bertemu satu sama lain dalam beberapa saat, dan ketika Derian mulai mencoba menempelkan bibirnya.

Tiba-tiba.....

" Selamat pagi " Seorang dokter diikuti oleh beberapa koas masuk ke dalam ruangan, membuat Derian terkejut dan langsung mendorong tubuh Zahra menjauh.

Keduanya kelihatan semakin salah tingkah ketika para dokter itu tersenyum malu-malu, kecuali wajah jhonson yang ikut serta dalam kelompok koas, ia lebih terlihat datar dan dingin.

" mm..Derian bagaimana kalau aku tinggal dulu, aku mau pergi sarapan dulu, apa ada yang kau mau?" Zahra bertanya sambil mengusap-usap lehernya.

" Aku mau coklat panas saja " Zahra menganggukkan kepala kemudian berlalu dengan cepat meninggalkan ruangan. Wajahnya saat ini kelihatan sangat merah, apalagi saat ia harus berpapasan dengan jhonson,pipinya menjadi benar-benar merona seperti kepiting rebus.

-----------------------------------------------------------

Zahra POV

Aku tidak habis fikir bagaimana bisa tadi Derian mau menciumku. Dia benar-benar pria yang sangat sulit ditebak, aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran seorang Derian tentang diriku. Dia seolah-olah memiliki berbagai macam sudut pandang tentangku. Aku berhasil dibuat bimbang olehnya.

Beruntung aku bisa langsung teramankan dari situasi yang sangat menyudutkanku itu. Entah kenapa dalam pikiranku tidak terpintas sedikit pun kalau Derian ingin menciumku karena dia sudah terpikat olehku, tapi yang kuyakin sekarang ia ingin menciumku karena dia adalah pria mesum yang sedang dalam pengaruh obat dan luka benturan di kepalanya. Kecelakaan ini memang sudah merubah akal sehatnya.

Setiap kali memikirkan Derian selalu menimbulkan nyeri di dalam dadaku, karena aku selalu mengingat apa yang telah ia perbuat padaku sebelumnya, semua kata-katanya tentang ibuku benar-benar sudah tertanam kuat di hatiku. Aku sudah mencoba berkali-kali untuk menghapusnya tapi ternyata terlalu sulit untukku, katakanlah aku memang orang munafik meminta maaf pada orang lain tetapi hatiku sendiri masih sulit memberi maaf.

Terpintas dalam benakku untuk mencoba mengungkap kebenaran dari perkataan Derian waktu itu. Aku mulai merencanakan sebuah ide untuk bisa bertemu dengan ibu tanpa sepengetahuan Derian. Aku harus bisa pergi secepatnya.

Suasana cafe yang hangat membuat otakku mudah untuk berpikir. Seusai sarapan dan membelikan Derian coklat panas, aku meminta izin padanya untuk berjalan-jalan keliling rumah sakit dan kebetulan dia masih sibuk dengan pekerjaannya jadi dia tidak menghiraukanku.

Aku berjalan menuju ruangan dokter Louis, dan dalam ketukan ketiga terdengar suara pria mempersilahkan aku masuk. Saat aku membuka perlahan masuk ke ruangannya, betapa terkejutnya aku saat melihat ternyata si mata biru sedang bersandar di depan meja menatapku.

" Dimana dokter Louis ? " aku bertanya heran ke arahnya sambil menundukkan kepalaku.

" Dia sedang keluar mungkin ada operasi " Suaranya terdengar datar.

"Ada perlu apa ? nanti akan ku sampaikan " katanya

" Mmm tidak, tidak perlu biar nanti aku kembali lagi kesini " bibirku rasanya sedikit kelu saat harus berhadapan dengan si mata biru ini. Dengan salah tingkah aku kembali melangkah menuju pintu, tapi aku tidak tahu kenapa rasanya kedua kakiku berkehendak lain. Mereka malah menggiringku untuk kembali berhadapan dengan si mata biru.

" Mmm, maaf mungkin pertanyaan ini agak sedikit aneh...apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? " dari tudung jilbabku aku bisa melihat ia sepertinya tersenyum kepadaku. Membuat hatiku perlahan-lahan menghangat dan meleleh. Ya, Allah ada apa denganku saat ini ?.

***********************************

Sorry ya readers, tadi authotnya ngantuk jadi belom kelar eh kepencet jadinya diterbitin deh, sory banget yahhhhh nanti aku terusin lagi....

Husband For ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang