satu

12K 1.4K 1.1K
                                    

Kalo ada yang bilang peraturan di buat untuk di taati, maka lo anak baik-baik yang terlalu cinta sama peraturan sekolah lo.

Gue, Avril, dengan pedenya ngelangkahin kaki gue masuk ke sekolah ngelewatin pintu gerbang besar dengan sweater warna pink dengan rok span warna abu-abu khas SMA dan sepatu berpoleskan putih di bawahnya yang ga seharusnya gue pake ke sekolah. Prinsip gue adalah; peraturan di buat untuk di langgar.

"Waking up

Beside you I'm a loaded gun

I can't contain this anymore

I'm all yours I got no control, no controooooool."

Lantunan-lantunan lirik lagu No Control dari 1D keluar gitu aja dari mulut gue tanpa harus gue saring, udah menjadi kebiasaan gue untuk nyanyi-nyanyi lagu 1D di pagi hari tepatnya saat gue nyusurin koridor kelas. Kadang, gue ngerasa rada aneh untuk nyanyi lagu No Control. Kan, gue lidah orang Indonesia, gue takut aja kalo entar gue nyanyinya 'No kontooooool' karna r-nya keselip.

Oke. Gue frontal, banget.

"Avril, Avril!"

Gue bener-bener kenal jelas dengan suara itu. Gue sengaja ga nyahut panggilannya tapi malah berenti di tempat sambil nunggu dia ada di samping gue. Saat dia udah berada di samping gue, maka gue kembali ngelangkahin kaki gue untuk jalan lagi menuju kelas.

"Vril, tebak deh," katanya sambil senyam-senyum kayak orang gila.

Well, kenalin, dia adalah Diana Atrixa. Nama belakangnya cukup aneh untuk nama orang Indonesia, tapi itu ga masalah. Panggil aja dia Diana (please gue iri namanya Diana, sama kayak judul lagu 1D). Diana adalah sahabat gue dari tahun kemarin, tepatnya saat kelas sebelas.

Dari dulu Diana emang eksis di kalangannya. Gimana engga, Diana berkulit putih dengan rambut hitam legam yang ikal, di tambah dengan behel berwarna-warni yang menghiasi deretan giginya.

Style-nya juga harus di acungkan jempol, contohnya aja hari ini dia baru aja ganti model rambut wave yang gue yakin dia bakal ganti beberapa minggu lagi. Dia memang ratu modis, anak gaul. Dia sama gue udah bagaikan langit dan bumi, maka dari itu banyak yang ngatain gue manfaatin keeksisan dia doang. Gue juga sebenernya bingung, kenapa orang seeksis Diana bisa bersahabat sama gue yang notabennya hanyalah seoang fangirl dan garing banget.

"Gue ngomong lo denger ga sih," dia ngomel-ngomel sambil dorong pundak gue.

Gue menoleh dengan malas. "Lo ngomongin cogan, kan."

Dan dengan itu, Diana kembali bersemangat ngomong. "Dia nge-greet gue semalem!"

Sambil berjalan, gue ngangguk abis denger omongannya Diana yang ga lepas-lepas dari kehidupan gaulnya atau galau atau cogan. "Bodo amat, pasti gantengan suaminya Louis, Harry."

Dapat gue denger suara hentakan napas Diana abis denger omongan gue barusan. "Sampai kapan lo mau nge-ship orang homo, Avril?"

Gue nyengir. "Larry is real."

Gue bener-bener tau kalo dia udah lelah denger gue ngomongin masalah Larry dan 1D, tapi dia juga harus tau kalo gue bener-bener muak sama topiknya yang kayak gitu-gituan. "1D lagi." Dia mencibir.

"They're my life saver for fuck's sake, Diana."

"I really have no idea what makes 1D is important to you. They're just your idol, come on. Wake up. Find a boy who can treat you like a princess. Don't waste your time for someone who didn't know your existence."

Ngena. Pake banget malah. Diana emang selalu ceramah kayak gitu supaya gue tobat-tobat jadi Directioners, tapi itu ga akan pernah mempan. Karna gue ga bakal mungkin ngelepasin apa yang udah gue cinta untuk empat tahun lamanya.

"I swear to God, you love 1D more than anything, don't you?" Diana mendecak kesel akibat gue ga mengubris ceramahnya barusan.

"I can't help it," kata gue dengan santai. "Mereka yang selalu ada buat gue nangis ─"

Tapi belum sempet gue selese ngomong sama dia, si Gigi Pager itu udah nyerocos aja. "Wandi ini wandi itu, idup lo kapan sih ga penuh sama wandi. Gue deluan, bye."

Wah, sebenernya kata-kata Diana ada benernya juga. Harry, Louis, Niall dan Liam cuma idola gue yang bener-bener gue kenal asal muasalnya. Tapi mereka bahkan ga tau siapa gue, gue cuma satu dari jutaan orang yang cinta sama mereka berempat.

Kadang, gue harus makan hati lagi karna kata-kata yang bener yang di omongin sama orang-orang mengenai idola gue. Tapi seperti yang gue katakan, semua itu ga akan pernah mempan sama gue karna gue adalah seorang fangirl sejati.

Engga deh, bukan gitu. Engga, engga. Bukan gitu maksudnya.

Maksudnya, gue akan selalu setia jadi 1D stan.

***

[1] fangirl ;; ltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang