Setelah balik ke hotel, gue langsung nyamperin Louis yang lagi ada di depan kamarnya. Anjir, gue deg-degan parah tolong. Sebenernya di depan kamar bukan cuma ada Louis doang sih, ada yang lain juga.
Tadi gue sama Diana emang misah gitu, mereka berempat masuk ke empat mobil yang berbeda. Biasa, kan, mereka emang gitu kalo mau ke acara-acara gitu. Pasti ada di mobil yang beda-beda.
"Louis," panggil gue dan bukan cuma Louis doang yang nengok, tapi mereka berempat juga ikutan noleh. Ini yang namanya Louis ada banyak ya di sini? "Get a second to talk?"
"I think you won't talk to me again," Louis ketawa, ketawanya nyindir banget.
Astaga, kalo gini caranya gue bisa makin grogi. "Please."
"All right," kata Louis. "Guys, I'm going to somewhere."
Semuanya ngangguk dan seketika itu pula Louis langsung pergi melesat dari temen-temennya dan berjalan menuju lift, menginstruksikan gue buat ikut sama dia. Gue grogi parah, mau pipis. Gemeteran. Anjeng.
Kita berdua masuk ke lift dan seketika suasana hening bener-bener mencekam atmosfer di sini, sepi dan senyap. Cuma ada gue dan Louis, sedangkan ga ada di antara kita yang mau mulai ngomong. Kesannya kayak abis gue berantem sama dia waktu itu, jadi awkward banget situasinya.
Gue kalo sama dia jadi kayak canggung banget sumpah.
Kaki gue ngelangkah keluar dari lift, dan seketika gue bingung. Ini sebenernya dia mau ngajak gue ke mana?
"Where are we going?" tanya gue dengan penasaran. Kan, sebenernya gue ga enak juga ninggalin Diana yang lagi ngenes sendirian di kamar hotelnya.
Louis noleh. "A private place?"
"I just want to say sorry."
"I should be the one to say sorry, though," respon Louis. "You're not sorry."
"We –"
"Shut up. No words," sela Louis.
Jadi gue diem. Gue diem doang, serius. Ga ada ngomong apapun selagi kita jalan dan masuk ke dalem mobilnya Louis. Dan kali ini bukan Louis yang nyetir, tapi supirnya.
"We're going to Gaucho Canary," papar Louis.
Gue kayaknya familiar deh sama nama ini, kalo enggak salah sih nama restoran. Bentar, gue inget-inget dulu. Oh iya! Gaucho Canary tuh restoran yang Louis bilang punya steak yang enak parah dan di restoran itu juga dia hampir nyium gue dan dia cerita semuanya dan gue nangis kejer dan Harry jemputin gue ke sana.
No, anjing.
Ini kenapa dia harus ngajak gue ke sana? Ada maksud tertentu apa gimana?
Banyak pertanyaan yang mulai muncul di kepala gue tapi gue sama sekali ga tau jawabannya dan gue ga berani buat nanya ke Louis. Dia lagi sibuk banget sama iPhone-nya yang lagi bunyi-bunyi dan dia senyum-senyum.
"Isn't she beautiful?" tanya Louis ke gue sambil nunjukin iPhone-nya ke gue.
Oh, jadi nih cewek yang bikin Louis senyam-senyum? Tunggu, kayaknya gue pernah liat tuh cewek tapi gue ga tau namanya, lupa. Cuma pernah liat sekali. "She is," kata gue. "Are you and her a thing?"
"I'm into her," kata Louis sambil senyum. "She looks like... someone."
"Isn't she that girl from Disney... or whatever, I saw her once but now can't recognize the name," gue inget-inget nama tuh cewek, serius gue pernah liat dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] fangirl ;; lt
FanfictionBeing one of those fangirls doesn't make the life of Avrillia Zara easier than the other normals. It does not okay to be judged by a lot of people because she likes -oh even loves, even addicts to 1D so much. The thing is; they will never know how m...