"Gila, pokoknya lo harus ikut gue. Please, I beg you. Nyokap sama bokap gue udah kenal sama lo soalnya, jadi ada sedikit kemungkinan gue bisa pergi ke sana," kata gue dengan nada yang penuh harapan, dramatis abis tapi emang ini beneran. I cried an ocean when I saw that email, sebut aja itu hiperbola murahan yang sering diomongin sama fangirls, masa bodoh karna gue emang bener-bener seneng.
Omong-omong, gue lagi di Starbucks berduaan sama Diana, iya kayak orang pacaran. Duo jomblo yang entar lagi sama-sama taken, tingga tunggu tanggal mainnya aja pokoknya. Hahaha, ga deng.
Ohiya, gue udah ceritain semuanya ke Diana. Serinci mungkin. Mulai dari fan account gue yang ga ada satu orang pun di sekolah yang tau, trus account gue yang tiba-tiba dapat berkah dari Tuhan sehingga dapt follback dari Louis, sampai gue sering dm-an sama Louis. Pokoknya semuanya.
"I beg you, anjing. I beg you," kata gue berulang kali.
"Lagian emangnya siapa yang ga mau ke London gratis ketemu sama 1D langsung, yailah si goblok pake ditanya segala," jawab Diana dengan enteng, sebelah tangannya ngambil gelas yang berisikan green tea.
Gue tersenyum puas, adrenalin gue terasa memuncak. Gue ga tau ini perasaan kenapa. Intinya gue seneng parah. "JADI LO DATENG SAMA GUE KE SANA, KAN?" kalimat itu keluar dari mulut gue dengan spontanitas, nada yang tinggi, sampai ngebuat beberapa orang nengok ke kursi dimana gue dan Diana duduk. Mampus.
"Kecilin suara lu ego," respon Diana, wajahnya meringis.
Gue ngangguk pelan, sambil senyum-senyum sumringah. "Mantap jiwa, alasyu, Diana."
"Alasyu apaan?"
"I love you, dasar goblok. Katro."
"Itu bukan gue yang katro anjir, tapi lo yang terlalu alay," jawab Diana.
Gue memutarkan bola mata. "Omong-omong, jangan pernah bilang-bilang tentang fan account gue ke siapapun, oke? Termasuk Naura, Iren, pokoknya semuanya deh. Lo tau kan –"
Tapi, Diana motong perkataan gue. "Lagian lo juga terlalu kurang kerjaan sampai bikin bokep homo segala macem, nge-tweet yang berhubungan samah homo. Untung aja lo temen gue."
"Astaga iya gue tau, makanya gue ga ngomong ke lo," kata gue. Sebenernya gue ga mau ngajak Diana buat ke sana, tapi apa boleh buat. Bokap sama nyokap gue udah kenal baik sama dia, jadi ngajak dia pergi bareng gue adalah satu-satunya cara supaya mereka kasih izin ke gue.
Awalnya gue mau ngajakin internet bestfriend gue, tapi sayangnya peluang dia bisa mungkin cuma 0,01 jadi... ya udahlah.
"Iya gue ga cepu, kok," akhirnya Diana ngomong demikian. "Gue ga sabar anjir dua bulan lagi gue ketemu sama calon suami gue."
She's carrot af, tapi ga apa-apa. Dia sahabat gue. "Siapa?"
"Harry Styles. Siapa lagi coba kalo bukan dia?"
"Dia homo bego, ga mungkin dia mau sama lo."
"Tapi dia ganteng, sayang banget kalo homo."
"Lo juga pernah bilang 'I'm a lesbian for Cara because she's so hot' fakuy," kata gue dengan nada yang meniru gaya bicaranya dia waktu ngomong perkataan yang pernah dia omongin ke gue. "Intinya Larry is still real no matter what."
Muka Diana langsung cemberut. "Itu, kan, gue bercanda doang. Why can't you get the joke?"
"Ga usah sok inggris anjir," jawab gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] fangirl ;; lt
FanfictionBeing one of those fangirls doesn't make the life of Avrillia Zara easier than the other normals. It does not okay to be judged by a lot of people because she likes -oh even loves, even addicts to 1D so much. The thing is; they will never know how m...