Zonk

229 27 3
                                    

Sinar matahari menembus melewati tirai jendela yang terbuka lebar, masuk ke kamar mewah Ravi. Tanda bahwa pagi telah tiba.

Ravi terbangun dari tidurnya. Ia menguap, dan menggeliat di atas kasur berukuran king size nya. Tidak ada yang ia rasakan, hari ini sama saja seperti hari sebelum-sebelumnya.

Ia melirik jam weker di meja sebelah ranjang. Masih pagi tapi kenapa ribut sekali di bawah? Pikir Ravi.

Di ambilnya sehelai kaus kutang putih, lalu dipakainya. Jika sedang tidur Ravi memang suka shirtless alias tidak pakai baju. Makanya, jangan sampai ia lupa memakainya sebelum beranjak keluar kamar.

Betapa terkejutnya pria itu saat ia menengok ke ruang tamu. Orang-orang sibuk berlalu-lalang, mengangkut barang-barang mewahnya entah kemana.

"Mau lo bawa kemana semua barang gue?" tanya Ravi galak pada salah seorang petugas disana.

"Ini bukan barang-barang anda lagi. Semua sudah disita oleh negara." dengan cueknya, si petugas pengangkut pun melenggang pergi meninggalkan Ravi yang melongo.

"Bilang sama gue kalo ini cuma mim- AW!!" Ravi menampar pipinya sendiri seperti orang dongo. Sakit! Jadi ini bukanlah mimpi.

Ia harus segera minta penjelasan pada sang ayah. Ravi menuju lantai dua, rumahnya yang bergaya modern ini tak tanggung-tanggung. Setiap naik-turun lantai menggunakan lift!

Abeoji nya saat ini tampak sedang berbicara serius pada seseorang. Salah satunya berseragam hitam, dan yang satu lagi lebih rapi dan high class karena memakai jas. Ravi tak mau mengganggu mereka, jadi ia menunggu sampai selesai.

Ternyata abeoji telah melihat Ravi. Beberapa saat kemudian dua orang tamunya keluar, abeoji pun ikut keluar bersama mereka.

"Ada apa dengan semua ini abeoji?" tanya Ravi.

Sang ayah- menjawab dengan tampang menyedihkan. "Kita tak bisa mengelak. Waktunya pergi, nak."

Ravi menelan saliva nya. Ia pikir semua takkan terjadi secepat ini- SEKARANG IA HARUS APA?

"Maksud abeoji..."

"Untuk kali ini, ayah mohon kabulkan permintaan ayah mu ini." Sang bapak menepuk pundak Ravi, tersenyum dengan terpaksa. "Tinggal lah bersama mereka, ayah percaya pada keluarga itu."

Ravi menepis tangan sang bapak dari bahunya. Ia berlari pergi- tak terima. Apa-apaan semua ini?

Orang tua dan keluarga satu-satunya yang Ravi punya telah menghancurkan masa depannya. Ia tak mau menyerahkan semua begitu saja! Ravi ingin menghajar orang-orang suruhan itu.

Ravi menghampiri seorang petugas dan menghajar dengan bogem mentahnya. Duak! Petugas itu langsung terkapar, seketika suasana menjadi tegang.

"Mau apa lo?!" Ravi di tarik seseorang. Ia menyangsangkan satu tinjuan di wajah pria yang menariknya.

Dan tiba-tiba, begitu banyak orang yang mengerubungi Ravi. Para petugas itu merasa terancam dengan tindakan Ravi yang bagai orang kesurupan, mereka mengeroyok Ravi.

Ravi kewalahan, ia pun menerima banyak pukulan di sekujur tubuhnya. Ia mulai kelelahan, dan saat mencapai titik terlemahnya, Ravi tumbang.

Tenggelam di lautan orang-orang yang murka.

***

Jam 7 pagi.

Hah!

Kenapa ibu tak membangunkan dia?

Hyeri ingat betul- Ini hari Senin, artinya dia harus berangkat sekolah!

Hyeri loncat dan berlari membabi buta ke kamar mandi, ia sudah telat 30 menit. Sekolah masuk jam 06.30, kalau ia lebih lambat dari itu bisa-bisa Hyeri di beri hukuman membersihkan toilet.

"AKU TIDAK MAUU!!!" pekik Hyeri. Ia memakai seragam secepat kilat, menyisir rambut dan mencangklong tas selempangnya.

"Darurat! Penting! Jangan halangi jalanku- Aku terlambat!" Hyeri memulai ritualnya dengan berlari-lari menuruni tangga. Ia mendorong Taekwoon yang kebetulan ingin naik keatas.

Whoooz! Taekwoon nyaris jatuh berguling-guling kalau saja ia tadi tak bisa menghindar.

"Kenapa denganmu eoh?!"

"Kenapa ibu tak membangunkan akuu?!!"

"Kamu gak boleh berangkat sekolah hari ini!!"

Hyeri menekan tombol 'rem' dalam otaknya. Seketika kakinya berhenti berlari, ia melengos pada sang kakak yang berteriak dan menatapnya ingin meminta penjelasan.

"Ibu minta kau merawat tamu kita yang sedang sakit. Sana, pergi ke kamar tamu dan jangan lupa bawa handuk dan air hangat untuk mengkompres lebamnya."

Hyeri bengong. Mulutnya menganga. "Siapa?"

"Tamu. Aku bilang tamu!" Taekwoon tampaknya kesal. Tadi adiknya ini sangat hyperactive seperti cacing kepanasan, kenapa sekarang jadi lemot seperti kura-kura?

"Ya! Aku juga tahu, tapi siapa tamunya? Perempuan atau lelaki? Teman ibu atau ayah?"

Taekwoon mengangkat bahu. "Aku tak kenal. Tapi dia seorang lelaki. Ia pingsan saat tiba kesini, aku sendiri yang membawanya ke kamar tamu."

Lelaki? Ah, Hyeri ragu untuk menghampirinya ke ruang tamu. Kata Taekwoon lelaki itu pingsan karena banyak lebam di tubuhnya. Berarti lelaki itu pastilah semacam preman yang suka bertengkar. Pasti tampangnya menyeramkan, dengan tatto dan jahitan di pipinya. Brrr!

"Oppa sajalah yang mengobati dia." kata Hyeri.

"Wae? Aku harus berangkat ke kampus."

"Kalau dia terbangun, aku harus bilang apa? Kalau dia sampai mengamuk padaku, bagaimana? Aku takut!" Hyeri memeluk Taekwoon. "Oppa saja yang mengobatinya ya?"

"Ah.. Jangan mengada-ada." Taekwoon mencengkram bahu Hyeri, menarik si adik agar tak lagi memeluknya erat. "Malahan dia akan berterima kasih karena lukanya sudah diobati olehmu."

Hyeri memelas pada Taekwoon, tak peduli yang dikatakan si kakak. Lagipula Hyeri punya perasaan buruk tentang pria yang menjadi tamu di rumahnya itu.

"Kau harus melakukannya."

Di sinilah Hyeri berada, memeluk seember air hangat dan handuk kecil. Kakinya seakan terpaku pada tanah, tak mau melangkah ke dalam kamar tamu.

Sudah lebih dari cukup Hyeri mengenal berandal sekolah yaitu Ravi. Masa dia akan kembali berurusan dengan preman yang babak belur?

Setelah menghirup napas dalam-dalam, Hyeri menekan kenop pintu lalu mengayunkan untuk membukanya. Di gerakkannya kepalanya mengintip kecil keadaan di dalam kamar.

Yang pertama kali Hyeri lihat adalah sesosok pria yang sedang berbaring diam dan menutup matanya dengan damai. Rambut biru nya berantakan, wajah tampannya tampak kacau oleh memar kebiruan dan noda darah di kening, hidung, juga sudut bibir. Pria itu masih pakai kaus kutang dan celana training.

"AAAAHHH!!! DI- DIA?"

Hyeri bergerak mundur sampai punggungnya menabrak dinding. Ember yang ia pegang jatuh begitu saja dan air membanjiri lantai. Wajah cantik Hyeri memucat dan matanya melotot menatap orang di dalam kamar.

Hyeri tak peduli dengan penampilan pria itu yang seperti gelandangan. Bukan itu yang membuat Hyeri terkejut!

Masalahnya adalah...

Orang itu adalah KIM RAVI!!!!!

To Be Continued

* yoon-hana Abracadabra~~~ kok bisa Raveh ada di rumah Hyeri? Hayoloh... Ternyata firasat buruk Hyeri ada benernya XD
Masih banyak surprise di chapter selanjutnya. See you kak!! ^^
(Kurang panjang ya kali ini? Mian kakkk:[)

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang