Moonlight

322 25 35
                                    

Makanan rumahan ibu selalu menggugah selera seburuk apapun situasinya. Karena itu hati Hyeri sedikit terhibur. Apalagi Taekwoon membawa mereka ke bagian taman Rumah Sakit yang belum pernah Hyeri datangi. Ada danau kecil disana. Tampaknya jadi seperti piknik musim panas.

Mereka duduk di atas taplak piknik. Mengelilingi santap siang dan masing-masing menggenggam gelas air isi limun untuk diadukan ke satu sama lain.

Ravi tidak berkomentar banyak selama acara makan siang. Mulutnya terisi penuh dan kalau diajak bicara hanya bergumam. Menghindari pembicaraan serius, mungkin?

"Oke. Ingat tujuan kita kesini selain makan siang, 'kan?"

Taekwoon memandang Hyeri setelah itu Ravi. Mereka tetap diam membisu, namun tak mungkin lagi menghindar setelah semua makanan sudah habis.

"Ravi dan Hyeri, aku bertanya pada kalian. Apa kalian bertengkar?"

"Tidak."

Jawaban cepat dari Ravi mengejutkan Hyeri. Terlebih sekarang Ravi mengulurkan tangan kearahnya. Deg, sentuhan Ravi seperti sengatan listrik di kulit Hyeri.

"Hyung lihat? Kami baik-baik saja." Ravi menggenggam tangan Hyeri dan diayunkannya di udara.

Hanya justru sikapnya yang terbalik dengan perlakuan Ravi. Wajah garang itu tanpa perasaan dan suaranya datar. Ia sama sekali tak melihat Hyeri, seperti mencomot tangan boneka saja.

Set, Hyeri menepis tangan Ravi dan mungkin saja baru mengacaukan akting pria itu di depan Taekwoon. Ravi menatapnya tajam.

"Itu semua jelas buatku," kata Taekwoon.

"Kakak bicara apa? Beginilah kami, tidak lebih dan tidak kurang." Hyeri bicara dengan nada suara agak tinggi.

"Kau berjanji untuk tidak pernah bohong padaku, Hyeri."

"Aku tidak berbohong."

Taekwoon menghela, "jadi kalian mau seperti ini terus? Ravi. Kau lupa alasanmu ada disini dan dapat luka itu? Hyeri. Kau lupa penye--"

Hyeah menarik pundak Taekwoon, hati-hati berbisik di telinganya. "Jangan katakan itu."

Taekwoon menoleh hingga ujung hidungnya menyentuh hidung Hyeah. Hyeah mengendik ke belakang, menarik kepalanya lagi.

"Kenapa tidak?"

"Mereka akan semakin canggung oppa. Iya, 'kan?" isyarat Hyeah.

Taekwoon melihat lagi pada Ravi dan Hyeri yang sekarang memancarkan aura perang dingin. Ia mengangguk.

"Oppa, yang harus kita lakukan adalah beri mereka waktu berdua."

"Ya sudah. Kalau kalian tidak mau bilang padaku, tidak apa-apa. Tapi mohon pikirkan ini: ingat alasan kalian berada sejauh ini. Untuk apa dan siapa."

Hyeah mengemasi wadah-wadah makanan di atas taplak piknik. Taekwoon membantunya. Setelah itu mereka berdiri, pamit undur diri.

"Kalian mau kemana?" Hyeri ikut berdiri.

"Tidak bisa meninggalkan Starish terlalu lama, kami punya shift sore sampai malam."

Hyeah membungkuk, "sampai jumpa Hyeri unnie. Semoga cepat sembuh, Ravi oppa."

Hyeri duduk kembali. Matanya tak lepas dari punggung Taekwoon dan Hyeah yang makin lama makin menghilang di balik cakrawala.

"Gue ingat alasan gue ada disini."

Hyeri tidak memutar kepala untuk melihat Ravi. Cukup mendengar suaranya saja, terlalu takut kalau Hyeri menoleh ia akan melihat Ravi menjauh dan pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang