"Pokoknya kalau sampai hari ini terulang, hyung tidak akan segan-segan untuk menyeret mu dengan motor."
Glek! Ravi mati kutu. Ia semakin tak berkutik saat mata tajam Taekwoon menatap seakan ingin mengulitinya.
"Hyeri, kamu sadar sekarang jam berapa? Anak gadis mana yang baru pulang tengah malam?"
"Op- oppa..."
"Kasihan Hyeri, hyung. Dia capek.. Biarin dia istirahat. Hyung bebas marahin gue, mo sampe besok juga gapapa."
"Ya sudah kalian berdua tidur, sana." Taekwoon menyerah saat melihat mata sembab sang adik.
"Kajja," isyarat Ravi pada Hyeri. Namun Hyeri tak menggubris dan semakin tenggelam dalam tangisannya di depan Taekwoon.
"Oppa mianhae... Aku siap diberi hukuman yang penting oppa memaafkan ku."
"Aish, kau ini bicara apa? Sudah lupakan saja semua omelanku tadi. Kau benar-benar membuat oppa khawatir!" Taekwoon memeluk Hyeri.
"Tolong antarkan Hyeri ke kamarnya."
Hyeri menggeleng. "Aku mau diantar oppa."
"Ey? Baiklah."
Sekarang Ravi di penuhi perasaan bersalah. Mungkin saja Hyeri marah padanya karena ia telah lancang mencium gadis itu. Besok.. Ia harus memperbaikinya.
***
Ravi memandang sebuket mawar merah yang ia genggam. Tadi saat melewati toko bunga, seseorang langsung muncul di pikirannya.
Mawar itu cantik kayak Hyeri. Kenapa gak gue beliin aja buat dia?
Jadilah sekarang Ravi membawa buket mawar itu ke Sekolah dan mencari-cari Hyeri.
"Culun! Lo liat Hyeri?" Ravi meneriaki Hakyeon.
"Eh, maaf gue keceplosan. Lo liat Hyeri gak? Biasanya dia sama lo." Ravi meralat.
"Tadi ia memang bersamaku, tapi sekarang tidak tahu kemana."
"Geez... Masa gak tahu?" Ravi sewot.
"Sepertinya ia bersama Hayoung. Oh iya! Akhir-akhir ini mereka selalu bersama."
"Hayoung?"
"Iya, kau tak tahu? Dia murid pindahan."
"Gue tahu.. Yaudah, thanks deh." Ravi melanjutkan pencariannya. Tak berapa lama ia melihat sosok Hyeri bersama seorang wanita berambut coklat sebahu.
Senyum Ravi mengembang. Ia sudah tak sabar ingin memberi bunga mawar ini pada Hyeri.
"Annyeong Ravi! Kebetulan banget ya kita ketemu lagi?" sapa Hayoung.
"He'eh. Hyeri, ikut gue yuk. Gue mau ngomong berdua aja." Ravi menyembunyikan mawar di balik punggungnya.
"Hyeri? Kenapa lo diem aja?"
Hyeri tersenyum tipis. Matanya mengerjap bimbang sebelum akhirnya berkata. "Aku mau mengenalkan mu dengan Hayoung.. Ia bersedia jadi partner mu di lomba lari."
"Benar! Hyeri bercerita kalau kau tak punya pasangan untuk lomba terkenal itu, jadi aku bersedia kok.. Kalau kau mau." Hayoung tersenyum manis.
Ravi mengusap keningnya dengan bingung. "Urusan itu entar aja.. Tapi gue harus ngomong sama Hyeri."
"Eumm.. Itu apa sih di balik punggung mu? Wah, cantik sekali!"
Ravi menunjukkan mawarnya. Ia menatap lurus kepada Hyeri. "Ini buat lo..."
"Buatku? Kyaaa! Kau sangat manis!" Hayoung merampas mawar di tangan Ravi dan mendekapnya erat-erat.
"Kayaknya lo salah paham. Itu buat-"
Hyeri melangkah mundur. "Aku harus pergi..."
"Loh, mau kemana?" Ravi mengulurkan tangan. Namun Hayoung menyabet tangan Ravi dan malah menggandengnya.
"Aku dan Ravi akan berlatih untuk lomba lari. Sampai jumpa di perpustakaan!"
Hyeri mengangguk singkat. Kemudian berbalik dan melangkah secepat mungkin.
"Hei kenapa melamun?" kata Hayoung. Sementara tatapan mata Ravi mengekor pada Hyeri, tak rela gadis itu pergi.
"Ravi?"
"Gue ada urusan." Ravi menghentakkan tangannya yg terus diayunkan Hayoung. Memangnya mereka anak tk yang mau menyebrang ya?
"Tapi aku tetap jadi pasanganmu besok, kan?"
"Ya.. Terserahlah." Ravi memacu langkahnya mengejar Hyeri. Tidak mau terlalu jauh, namun juga tidak terlalu dekat. Ravi takut Hyeri akan makin menghindar jadi ia hanya terus membuntuti kemana gadis itu pergi.
"Mwoya.... Kenapa langkahnya limbung sekali? Hei! Astaga!" Ravi heboh sendiri saat melihat Hyeri hampir menabrak tiang. Rasanya ingin ia tuntun gadis itu...
Ke dalam rengkuhannya.
Hyeri berhenti dan berbelok ke taman. Dengan rapuh menghampiri bangku taman yang kebetulan kosong dan menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangan.
Apakah ia menangis? Akhir-akhir ini Hyeri sering menangis.
"Biar aku saja."
Ravi menoleh dan ada seseorang yang membentangkan tangan, menghalangi jalan Ravi menuju Hyeri.
"Jangan tersinggung, tapi semakin kau dekati Hyeri semakin kau menyakitinya." Hongbin tersenyum tipis.
"Lo gak tahu apa-apa! Minggir!"
"Aku serius kali ini, Ravi. Hyeri hanya akan bahagia denganku. Bukannya kau sendiri tahu kalau Hyeri menyukaiku?"
"Gue gak perduli. Sekalipun Hyeri terlanjur suka sama lo, gue akan merubah hatinya. Gue bisa bikin dia benci sama lo karena lo pantes dibenci!"
Ravi tertawa nista. "Gak usah sok baik. Lo mau bikin Hyeri bahagia? Bullshit. Gue tahu sosok lo yang sebenernya, Lee Hongbin."
"Denger janji gue. Rekam sebaik-baiknya di otak lo."
"Gue gak sudi Hyeri jatuh kepelukan lo. Gue akan bertindak. Dimulai dari.... Besok."
Ravi menghentakkan kaki dan pergi dengan emosi. Hongbin mengulas senyum kemenangan karena ia pikir ia sudah menang.
Belum.. Peperangan baru akan dimulai.To Be Continued
* @yoon-hana bayangkan ravi dan hongbin pake baju besi... Mereka perang untuk dapetin kakak XD

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fanfiction{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...