Pergi Tanpaku

189 19 8
                                    

Tap tap tap

Ravi semakin dekat dengan ruang pengolahan kayu, bahkan sayup-sayup mendengar suara Hyeri yang ketakutan. Ini sangat meresahkan hatinya.

Ravi pun mengintip lewat jendela yang kaca nya sudah pecah. Tunggu dulu, ternyata anak buah Junhyung yang menjaga Hyeri cuma dua orang. Mereka sedang asyik main kartu tak jauh dari Hyeri yang terikat di kursi kayu.

Beruntung lah, keduanya membelakangi Ravi. Tanpa ragu ia mengendap-endap mendekati mereka. Saat itu matanya bertubrukan dengan mata Hyeri.

Ssshhh, Ravi memberi isyarat dengan jari telunjuk di depan mulutnya. Hyeri mengangguk dan bersikap seakan tak melihat apapun.

Dor! Dor!

Kepala mereka terkulai lemas di atas meja. Ravi segera berlari pada Hyeri dan berlutut di depannya, membuka sapu tangan yang menyumpal mulut gadis itu.

Kau tau bagaimana perasaan Ravi? Untuk pertama kalinya dalam beberapa jam ini ia merasa sangat lega. Karena yang terpenting Hyeri baik-baik saja.

"Ravi ... Kau datang juga ... " Hyeri terisak-isak. Ravi memeluknya, tanpa berkata apapun menyatakan bahwa Hyeri tak perlu takut lagi.

"Tapi kau dalam bahaya jika menyelamatkan ku. Junhyung tidak akan membiarkan ... "

"Lo gak usah khawatir," ucap Ravi. Ia mendekap kedua pipi Hyeri dan kening mereka saling menempel, "kita pasti bisa keluar dari sini."

Hyeri memejamkan mata seraya perlahan mengangguk. Ravi membuat hatinya sejuk, entah kenapa ia ingin waktu berhenti agar mereka bisa terus begini.

Ia juga ingin waktu berhenti agar Junhyung tidak bisa menemukan mereka ...

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Junhyung masuk dan menghantam pintu reyot itu dengan tongkat baseball. Ravi dan Hyeri terkejut dan langsung pasang sikap waspada.

Damn. Anak buah yang mengekori Junhyung lebih banyak dari yang Ravi kira. Sedangkan peluru bius nya takkan mampu melumpuhkan mereka semua.

"Akhirnya anak kodok masuk jebakan." Junhyung tertawa.

"Kalian semua mau ngeroyok gue?" Ravi menyembunyikan Hyeri di balik punggung nya.

"Pura-pura bego?" geram Junhyung.

"Huft, ternyata lo pengecut juga ya Junhyung. Kenapa kita gak duel satu lawan satu?" Ravi mengulas senyum meremehkan.

"Oke! Gue gak sabar buat hancurin tulang-tulang kurus itu pake tangan gue sendiri."

Dengan aba-aba Junhyung, semua anak buahnya melangkah mundur teratur.

"Jangan lakukan itu!" pekik Hyeri. Perasaannya buruk melihat Ravi dan Junhyung saling berhadapan sengit.

"Gue akan menang," sahut Ravi yakin. Hyeri menghela napas dan akhirnya tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendukungnya.

"Ku pegang janjimu," Hyeri menatap Ravi penuh pengharapan.

"Pasti ... " Ravi menggapai puncak kepala Hyeri, namun disaat itu Junhyung menariknya terlebih dahulu.

"Cukup bercakap-cakapnya?!"

"Gue rasa begitu." Ravi menggulung lengan hoodie nya.

"Gue pastiin ini jadi terakhir kalinya lo lihat Hyeri!"

Junhyung melontarkan tinju ke wajah Ravi. Swung! Ravi membungkuk menghindar. Junghyung tak mau membuang waktu jadi ia mengeluarkan bogem mentah yang lain kearah perut Ravi.

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang