Kenapa rak buku di perpustakaan tinggi-tinggi?
Hyeri mendesah jengkel sambil mendongak menatap rak dihadapannya yang bahkan ujungnya saja tak terlihat. (Saking tingginya)
Pasti kalian langsung menjawab, karena jika lebih tinggi rak bisa lebih banyak memuat buku. Tapi Hyeri kurang setuju akan hal ini. Menurutnya buku-buku yang ada di rak bagian paling atas takkan sering di baca. Ya, bagaimana bisa dibaca? DIAMBIL SAJA SUSAH.
Mungkin ini hanya keluhan yang dirasakan Hyeri, berhubung badannya yang mungil tak terlalu tinggi.
"Perlu bantuan?"
"Ya, sangat-sangat perlu."
He? Hyeri terheran-heran. Daritadi dia hanya sendirian, jadi siapa yang mengajaknya bicara?
"Buku apa yang mau kau ambil?"
Hyeri kaget bukan main saat melihat Hakyeon di sebelahnya beranjak naik ke atas tangga. Tunggu, sejak kapan pula ada tangga di sebelah Hyeri?"Aku yang bawa tangga ini." Seakan Hakyeon bisa membaca pikiran Hyeri. Ia tersenyum bangga saat sampai di puncak. "Ini masalah cukup serius bagi orang-orang yang pendek seperti kita, Hyeri. Kalau dibiarkan lama-lama jadi merepotkan, note that! Makanya aku bawa tangga."
Hyeri menutup mulutnya berusaha menahan tawa. Ia menggeleng-geleng melihat sahabatnya yang terlalu 'inovatif' itu. Orang jenius memang beda dari yang lain.
Kenapa gak bikin lift saja sekalian, Hakyeon?
Selesai dengan urusan ambil-mengambil buku, Hyeri dan Hakyeon menuju tempat biasa mereka duduk. Seakan orang-orang mengerti, membiarkan meja itu kosong untuk di tempati keduanya.
"Tumben kau bawa bekal." tanya Hakyeon pada Hyeri. Ia melongokkan kepala pada isi kotak bekal gadis berkepang dua itu.
"Soalnya tadi pagi aku tak sempat sarapan.." jawab Hyeri. Ia menyuapkan satu sendok penuh nasi ke mulutnya. "Mmhh.. Kauwh mwauw?"
"Hahaha.. Telan dulu makananmu. Nanti menyembur keluar mengenaiku!" seru Hakyeon.
Hyeri menelan makannya. Menghembuskan napas lega kemudian berbicara lagi. "Kau mau mencicipi bekalku?"
"Boleh, boleh." Hakyeon membetulkan kacamatanya yang melorot sambil menatap bento Hyeri dengan tertarik.
"Oke, ini dia." Hyeri menyodorkan satu sendok nasi dan lauknya, yaitu bulgogi sapi. Hakyeon membuka mulut dan hap! Makanan sukses mendarat.
"Enak, bibi Jung memang hebat." puji Hakyeon sambil mengunyah.
"Sebenarnya aku yang buat bento ini. Makanya aku tak sempat sarapan tadi karena sibuk menyiapkan makanan." Hyeri cekikikan.
"Woah... Masakanmu lezat Hye. Dua jempol untukmu!" Hakyeon mengacungkan jempol kiri dan kanan pada Hyeri.
"Terima kasih, aku tahu kok." Hyeri salah tingkah.
"Tapi kau belum coba masakanku...." Hakyeon menggantungkan kalimatnya membuat Hyeri penasaran.
"Lebih enak dari punyaku?" Sinis Hyeri.
"Uh, bahkan aku gak bisa memasak."
Hyeri melempar sekepal kertas pada Hakyeon. Hakyeon tertawa-tawa sampai perutnya sakit.
"Benar-benar lelucon garing."
"Namanya juga usaha." Hakyeon mengusap matanya yang berair.
Sebuah pesan singkat mampir ke ponsel Hyeri yang ada di atas meja. Hyeri membukanya dan ternyata pesan itu dari ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
أدب الهواة{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...