Hyeri tidak bisa tidur. Potongan kejadian hari ini terus berputar di kepalanya. Ia menerawang ke langit-langit kamarnya yang berwarna krem.
"Eh, sudah lama aku tak ke atas atap. Sepertinya itu bukan ide buruk. Aku perlu udara segar." pikir Hyeri. Hyeri bangkit dari ranjangnya, memakai sendal tidur dan berjalan keluar kamar.
Tapi Hyeri sedikit merasa haus. Sebelum menuju ke loteng, Hyeri berbelok ke dapur dan melihat isi kulkas. Ia mengambil sebotol air mineral dingin dan menuangnya ke gelas.
Syuut!
Gelas yang ada di genggaman Hyeri berpindah cepat ke tangan lain, tangan itu besar dan lengannya bertopang di kepala Hyeri.
"Taekwoon Oppa!" Hyeri mendongak. Namun ia terkejut saat wajah yang berada tepat di atas kepalanya bukan Taekwoon.
Pria tinggi menjulang itu menyeringai. "Makasih airnya."Hyeri merengut. Ravi lagi, Ravi lagi.
"By the way, gue suka lo tanpa tampilan cupu kuncir dua dan kacamata tebal itu." Ravi mengedipkan mata.
"Aish, aku mau tidur lagi." Hilang sudah keinginan Hyeri ke atas atap untuk menghirup udara segar. Secepat kilat ia kembali dan mengunci pintu kamar. Berusaha tidur agar besok tak kesiangan
"Mau cewek modis, cewek cupu, kalo di gombalin tetep aja salting. Hahaha." Ravi menggeleng-geleng dan kembali ke kamarnya sendiri.
***
Burung-burung bersahutan merdu di langit pagi hari. Sang fajar telah terbit, namun tak secerah kemarin. Mungkin ia ikut merasakan mendung di hati Hyeri.
"Nak, jangan lupa bawa payung. Sepertinya nanti akan datang hujan!" suruh ibu.
"Aku harap tidak begitu." Hyeri menarik sebilah payung di tempatnya. Tas ransel telah melingkar apik di punggungnya. Hyeri tinggal memakai sepatu.
"Hus, hujan itu membawa berkah. Ya kan nak Ravi?"
"Betul, tante." jawab Ravi. Ia pun telah siap berangkat sekolah. Tampilannya tak berbeda dari yang biasanya. Dua kancing teratas di buka, tidak pakai dasi, kemeja lecek, dan memakai anting.
Di sekolah, para siswa tak di perbolehkan memakai tatto. Namun Ravi mempunyai nya di lengan kiri dan lehernya.
"Apa itu tatto betulan?" tanya ibu.
"Iya tante." jawab Ravi santai.
"Ayahmu memperbolehkan mu memiliki tatto?"
Ravi mengendikkan bahu. "Ayah setuju aja." ia berbohong. Lagipula setuju atau tidak Ravi akan tetap membuat tatto di tubuhnya, karena ia pikir itu keren.
"Pakailah jas sekolahmu, untuk menutupinya." kata ibu.
Ravi terdiam sebentar. Kenapa dia harus menutupi tatto keren nya?
"Eung, baiklah." Daripada membuat keributan, akhirnya Ravi memakai jas sekolah warna biru tua nya.
"Bu, aku mau berangkat dulu." Pamit Hyeri. Ravi bangkit dari meja makan dan menghampiri Hyeri.
"Saya juga mau pamit, tante."
Hyeri melirik Ravi.
Dia setuju aja berangkat bersama ku?
"Baik-baik ya kalian. Jangan pulang kemalaman." pesan ibu. Hyeri mengangguk dan melambaikan tangannya sebelum melangkah keluar.
Setelah berada agak jauh dari rumah, Ravi melemparkan jas nya pada Hyeri. Hyeri kelabakan menangkapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fiksi Penggemar{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...