Morning Coffee

207 20 6
                                    

Satu Minggu Kemudian

Hyeri berjalan lunglai di trotoar menuju halte bus. Ia harus tetap bersekolah, tentu saja. Tapi karena kakaknya yang belum ada perkembangan baik, membuat hari-hari Hyeri suram.

"Hoaaaammm..."

Di sebelah nya ada Ravi yang sedang menguap sambil meregangkan lengannya. Hyeri melirik kearahnya dengan malas. Sejak semua peristiwa yang terjadi, ibu mewanti-wanti agar Ravi selalu menjaganya. Dan anehnya Ravi tak protes, malah mengiyakan dengan mudah.

Ah, bukan kah Ravi sudah banyak berubah sejak saat 'itu'? Hanya narsis nya saja yang masih berlebihan.

"Sebentar, gue mau beli kopi." ujar Ravi. Ia berlari ke mesin otomatis yang ada di pinggir jalan, memasukkan sejumlah koin. Hyeri mendekat dan mencium aroma pekat kopi hitam yang keluar dari mesin.

"Kopi lagi? Tapi kamu baru aja minum satu gelas besar di rumah." tanya Hyeri heran. Kakak nya juga maniak kopi, sehari mampu menghabiskan 11 cangkir.

"Gue masih mengantuk, perlu kopi lebih banyak." jawab Ravi singkat sambil meneguk kopi yang baru saja ia beli.

"Heran deh, kenapa para namja sangat suka kopi?" Akhirnya Hyeri menyuarakan rasa penasarannya.

"Kopi hitam, bukannya sangat pahit? Apa enaknya?"

Ravi tersenyum sambil menyodorkan gelas kertasnya. "Lo coba aja sendiri."

Hyeri terlihat ragu. Tapi kemudian dia menyambut gelas dari Ravi dan menyesap sedikit cairan kental yang harum nya menerjang indra penciuman Hyeri.

"Aigoo" Hyeri mengkerutkan hidungnya. Mulutnya bergerak-gerak mengecap rasa pahit di lidah, yang kemudian di julurkan karena tidak tahan.

"Gue rasa lo gak menemukan jawaban atas rasa penasaran lo..." Ravi tertawa karena ekspresi lucu Hyeri yang menjulurkan lidah.

"Sebenarnya," Hyeri menimbang-nimbang. "Kopi gak seburuk yang ku pikir."

"Maksud lo?"

"Awalnya memang pahit.. Pahit sekali. Tapi di akhir ada rasa manis yang unik." Hyeri menganalisa bagai seorang pengamat.

"Iya, lo baru tau?" Ravi meminum kopi yang di julurkan Hyeri.

"Soalnya ini pertama kali aku minum kopi. Walaupun aku kerja di cafe, Taekwoon oppa dan ayah maniak kopi, tapi aku gak pernah mau mencobanya." Hyeri mengangkat bahu.

"Serius? Tinggal di planet mana lo gak pernah coba minuman senikmat ini?" Ravi berdecak sinis.

Hyeri menyikut pinggang Ravi. "Susu lebih enak dan bergizi!"

"Yeee... Dasar bocah. Minum susu terus!"

"Kamu gak bisa sehari aja gak ejek aku?!" Hyeri berucap sebal.

Ravi tak berbicara, malahan ia bereaksi secepat kilat mendekati Hyeri dan menariknya ke dalam pelukannya. Whuuuzzz!!

Suara bising melewati mereka, bahkan terasa sangat dekat di telinga Hyeri. Tapi hanya sebentar, setelah itu menghilang. Tadi itu apa ya?

"Kalo mau ngomel sama gue... Perhatikan juga keselamatan lo." suara Ravi terdengar dalam dan serius, meruntuhkan niat Hyeri untuk marah-marah.

"Memangnya aku.. Kenapa?" Hyeri menatap Ravi heran sambil memiringkan kepala.

"Lo jalan terlalu ke tengah, mobil tadi hampir nabrak lo." sahut Ravi.

Hyeri bengong dengan mulut terbuka membentuk huruf O. Benarkah ia se-sembrono itu? Andai saja tadi tidak ada Ravi yang menariknya, Hyeri tak tau akan bernasib bagaimana.

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang