"Buuu.. Aku malas masuk sekolah." Hyeri berguling-guling di kasurnya ketika sang ibu membangunkannya.
"Tumben sekali sayang? Biasanya kau selalu semangat." ibu mengusap kepala Hyeri. Hyeri cemberut. Ia juga sih, tadinya ia selalu bersemangat. Masa hanya gara-gara The Gangster yang payah itu jadi menurunkan semangat Hyeri mengejar cita-citanya menjadi ilmuwan?
"Tidak jadi malas deh bu." Hyeri bangun dan melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi. Ibunya hanya dapat tersenyum melihat tingkah lucu sang anak.
Selesainya Hyeri bersiap untuk sekolah, ia turun menemui ayah dan kakaknya yang sudah siap di meja makan.
"Diantar oppa lagi?" Wajah Hyeri kontan menunjukkan ketidak sukaan. "Tidak mau!"
"Kenapa eoh?" Taekwoon menggoda adiknya, menggelitik perutnya sehingga Hyeri menggeliat kegelian.
"Oppa tak ingat terakhir kali mengantar membuatku mual-mual?" protes Hyeri tentu saja sambil tertawa-tawa.
"Apa benar begitu?" ibu bertanya khawatir. Wanita paruh baya yang kecantikannya tak tergerus usia itu hafal benar kejahilan Taekwoon pada adiknya.
"Iya bu!" seru Hyeri.
"Aish.. Berhentilah menjahili adikmu." hardik ibu.
"Maaf bu, habis ia lucu benar kalau mukanya sedang kesal." Taekwoon tertawa.
"Lebih baik sekarang kalian menghabiskan sarapan, lalu berangkat." Ayah tersenyum melihat tingkah kedua anaknya.
"Baik yah." jawab keduanya kompak.
Hyeri terpaksa menuruti keinginan ibu dan ayahnya. Sehabis sarapan ia diantar Taekwoon ke sekolah. Dan benar dugaannya, kakaknya itu tak pernah lepas dari yang namanya 'ngebut di jalan'! Mereka bahkan baru saja menerobos lampu merah. Jantung Hyeri serasa meloncat ke ubun-ubun.
"Suatu saat kau akan jera untuk mengebut di jalan, oppa! Ingat itu!" Kata Hyeri.
"Apa yang membuatku jera?" tanya Taekwoon tak acuh.
"Entahlah, tabrakan misalnya?" Hyeri terlalu kesal sampai bicaranya melantur. Taekwoon hanya tertawa ringan.
"Tidak mungkin pembalap ahli sepertiku mengalami kecelakaan." ucap Taekwoon sombong.
"Terserah oppa sajalah."
Mereka sampai, dan Hyeri merasa dunianya berputar cepat ketika memijakkan kaki di tanah. Ia sepuluh kali lebih mual dari yang kemarin dirasakan. Sampai-sampai Hyeri harus berjalan sambil berpegangan agar ia tidak ambruk.
Kakak sialan! Awas saja dia.
Lalu seseorang mencegatnya. Jika ingat akan hal ini Hyeri merasa mengalami Deja Vu. Kemarin pun ia sedang sempoyongan dan tiba-tiba muncul berandal menahannya.
Namun kali ini yang muncul adalah Ravi sendiri. Ia berkacak pinggang di depan Hyeri, bersiap menghardik gadis itu.
"Maaf Ravi, aku harus ke kamar mandi." wajah Hyeri pucat pasi. Di tatapnya Ravi dengan takut campur kebingungan.
"Lo mau gue temenin ke toilet?" tawar Ravi. Seketika suara tawa menggelegar di sekeliling mereka.
Sumpah, Hyeri sudah tak kuat menahannya. Tubuhnya makin melemah. Perutnya serasa makin terkocok. Baiklah, kalau itu keinginan pria itu. Jangan salahkan Hyeri karena ia sudah memperingati!
Hoeeekkk
Hyeri membungkuk, napasnya ngos-ngosan. Siswa-siswa yang ada disana sontak mengerubunginya.
"Si cupu muntah di depan Ravi!"
"Cari mati ya dia? Di depan pentolan Gangster gitu loh!"
"Lihat tuh, sepatu mahalnya Ravi jadi kotor gak karuan! Hahaha"

KAMU SEDANG MEMBACA
(On Hold) Lovely Gengsta
Fiksi Penggemar{Cover - @yoon-hana's artwork} "Kaya, tampan, terkuat, berpengaruh. Disini aku yang paling berkuasa!" -Kim Ravi Pria yang memiliki segalanya. Hampir di butakan gemerlap dunia. Hingga suatu hari dirinya harus percaya bahwa bumi selalu berputar, dan i...