Childhood Memories

237 24 6
                                    

"Huh... Akhirnya sampai di rumah!"

Pintu terbuka membelalak dan Hyeri serta Ravi masuk dengan langkah gontai. Biasanya jika mereka pulang akan langsung di sambut ibu, namun beliau dan ayah sedang berada di rumah Sakit menjaga Taekwoon.

"Kasuuur, aku datang!" Hyeri berlari semangat menuju kamarnya di lantai dua. "Agh!!"

Ravi yang sedang mengambil air mineral di kulkas mendengar erangan Hyeri. Tidak peduli lagi dengan rasa hausnya, ia segera membanting pintu kulkas dan menghampiri Hyeri. "Tsk, kenapa bisa jatuh?"

"Tersandung.. Kaki ku lemas sekali.." Hyeri mengaduh saat Ravi memegang pergelangan kaki nya.

"Kayaknya kaki lo terkilir." Ravi segera mengangkat Hyeri ke sofa ruang tamu dan membaringkan gadis itu disana. Sekali lagi di sentuhnya pergelangan kaki Hyeri, namun kaget bukan main saat jeritan bergema di setiap sudut ruang tamu.

"Gue belum nyentuh kaki lo! Kenapa lo jerit-jerit terus?!"

Hyeri menyeringai, setengah geli tapi juga sambil menahan sakit. "Aku menjerit duluan agar kau tak memegang kaki ku."

"Niat gue baik. Mau mijitin kaki lo." Ravi duduk di samping Hyeri.

"Memangnya kamu bisa?"

Ravi diam tak menjawab. Perlahan ia mengangkat kaki kanan Hyeri di atas pangkuannya. Ia mulai menekan ibu jarinya selembut dan sepelan mungkin dari pergelangan atas sampai punggung kaki Hyeri.

Hyeri tak bisa berkata-kata. Matanya terpaku pada kaki kanan yang sedang dipijit, lalu beralih ke wajah serius Ravi. Rasa denyutnya berkurang, Hyeri bahkan tak merasakan apapun lagi.

Ah.. Hyeri merasakan sesuatu. Terkesan?

"Siapa sangka berandalan bisa jadi tukang pijit?" Hyeri terkekeh geli.

Ravi mendelik tajam. "Siapa sangka kutu buku bisa kayak cacing kepanasan?"

"Mwo? Kenapa begitu?" Hyeri melongo.

"Pokoknya lo gak bisa diem, bikin masalah terus."

"Hellooo.. Mr. Kim, sepertinya kamu yang pantas dapat gelar itu." Hyeri mendengus. Ia menarik kaki kanan nya dari pangkuan Ravi. "Kaki ku sudah tidak sakit. Gomawo."

Ravi menaikkan alisnya tanpa bilang apa-apa, kemudian ia berbalik pergi dari ruang tamu.

"Ada apa dengan bocah itu?" Hyeri meregangkan tubuhnya. Tak berniat sedikitpun untuk beranjak, malahan bermalas-malasan di atas sofa. Kedua tangan Hyeri bergerak sembarangan ke berbagai arah, hingga tak sadar menjatuhkan sesuatu.

Agak kepayahan Hyeri menjulurkan badannya meraih benda di bawah kolong sofa. Untunglah benda tersebut tidak terjatuh terlalu jauh hingga Hyeri berhasil menggapainya.

"Naruto?" Hyeri memandang komik di tangannya, sudah lepek dan berdebu termakan usia. Sejak kapan ia punya komik Naruto? Dan seingatnya, Taekwoon tidak suka baca komik.

Dibolak-balik komik itu. Tidak ada yang aneh. Lalu Hyeri membuka halaman pertama, tertulis tanda tangan di pojok nya.

Senyum mengembang di bibir tipis Hyeri. Dipandangi sebentar tulis tangan asal-asalan yang ada di halaman pertama komik, sebelum akhirnya membuka halaman lain. Pikirannya melayang ke 10 tahun yang lalu.

Taman Bermain Dekat TK, 15.00 KST, 10 Tahun yang Lalu

Gadis kecil bertudung merah sedang menanti sang ibu untuk menjemputnya. Kepalanya menoleh kesana-kemari berharap yang ditunggu segera datang, karena rasa bosan menyerangnya.

(On Hold) Lovely GengstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang